Share

SISI LAIN DOSEN KUTUB

Penulis: Shova Nst
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-17 11:05:16

“Nasi uduknya enak, kamu beli dimana?”

Ana tidak lagi menunggu suapan demi suapan dari Ray, melainkan menyuap sendiri makanan khas Betawi yang sangat populer dan mudah ditemukan di setiap sudut kota Jakarta itu.

“Minum dulu, An.” Ray menyodorkan segelas air yang baru saja ia ambil dari dispenser yang tersedia di ruangan itu.

“Saya beli di tempat yang kamu bilang tadi. Kalau beli tempat lain takutnya kamu gak suka,” sahut pria itu, kemudian.

“Makasih ya, kamu jadi repot gara-gara aku. Lain kali kamu gak harus gini juga.”

“Gak masalah. Saya malah senang kalau kamu minta sesuatu ke saya.” Ray menatap wajah cantik istrinya.

Ana yang mendengar pernyataan tersebut hanya membalas dengan sebuah anggukan kecil.

Ray sadar kalau Ana masih merasa sungkan. Gadis itu bahkan tidak berani membalas tatapannya secara terang-terangan.

Beberapa menit kemudian, meja yang ada di hadapan sepasang suami istri itu telah kosong. Bungkus-bungkus makanan telah mereka bersihkan dan dibuang pada tempatnya. Ray kembali mendekati sofa setelah memeriksa sesuatu di laptopnya. Kini, lengan kemeja pria itu juga tampak kembali rapi, tidak seperti tadi yang ditarik hingga siku.

“Jam istirahat udah hampir selesai. Nanti kamu masuk di kelas siapa?” tanya Ray pada Ana yang sedang bersantai sambil memainkan ponsel.

Ana langsung melihat jam yang tertera di layar ponselnya dan segera bangkit dari sofa seraya berujar,

“Pak Syam, mata kuliah Kimia Fisik.”

“Okay. Belajar yang serius. Jangan melamun seperti tadi.” Ray mengingatkan.

“Tadi, aku gak melamun kok.” Ana dengan cepat membantah.

“Jadi, apa?”

“Ng-nggak, gak ada. Pokoknya aku gak ngelamun. Kamu aja yang salah paham.” Ana grogi.

Jangan sampai Ray tahu kalau tadi ia sedang terpana melihat ketampanannya.

“Baiklah, tapi kamu tetap harus mengerjakan tugas yang saya beri.”

“Iya-iya. Gitu amat,” sahut Ana sewot, lalu beranjak dari sofa menuju pintu keluar.

Dua langkah mencapai pintu, Ana tiba-tiba berhenti dan berbalik menatap Ray yang ternyata telah berdiri tepat di belakangnya. Sontak, hal tersebut membuat Ana kembali canggung karena jarak mereka yang terlalu dekat.

“Kamu mau ngomong sesuatu?” Ray tersenyum kecil melihat Ana yang tampak gugup.

“Makasih makanannya,” gumam gadis itu, nyaris tak terdengar.

“Sama-sama.”

Detik selanjutnya, Ray mengulurkan tangan memegang kedua sisi lengan Ana lalu mencondongkan tubuh dan mendaratkan kecupan pada kening istrinya itu.

Ana menegang. Tubuhnya kaku merasakan sentuhan Ray yang hangat. Pria itu benar-benar ahli dalam membuat perasaannya tidak karuan. Sementara itu, Ray menutup lembut kedua matanya menikmati apa yang ia lakukan, sebelum akhirnya menjauh dari Ana dan tersenyum lembut.

“Pergilah,” titahnya.

Ana lagi-lagi menurut. Ia langsung pergi dari hadapan Ray dan meninggalkan ruangan itu dengan wajah memerah dan jantung yang berdebar kencang. Demi apapun, ia sangat malu dan merasa telah melakukan kesalahan besar.

“Bodoh bodoh bodoh, kenapa tadi gue gak menghindar, sih?” tukasnya, antara kesal dan senang.

Saat melintasi lorong menuju kelas, Ana berkali kali terlihat mengusap keningnya tempat dimana Ray meninggalkan kecupan. Ana tidak bisa membohongi dirinya kalau perlakuan Ray berhasil membuat perasaannya berbunga-bunga. Hanya saja, ia masih sangat canggung mendapat perlakuan seperti itu. Sekalipun Ray adalah suaminya, tapi mereka baru saling mengenal tidak lebih dari 1 minggu. Mereka juga menikah bukan karena cinta, dan yang paling membuat Ana heran, bisa-bisanya Ray semudah itu bersikap baik kepadanya.

“Ana, tunggu!”

Seseorang memanggil namanya, membuat sang empu langsung berhenti dan menoleh ke sumber suara.

“Nicholas, lo kenapa?” tanya Ana kebingungan saat melihat raut kelelahan pria itu.

Nicholas Anderson, pria keturunan Indonesia dan Belanda itu melemparkan senyum manis seraya menetralkan napasnya begitu berhadapan dengan Ana.

“Lo dari mana aja? Dari pagi gak keliatan,” tanya Ana, kembali melanjutkan langkah menuju kelas.

“Tadi gue ada urusan, jadi gak bisa masuk kelas. Ini juga gue sempet-sempetin biar bisa masuk di kelasnya Pak Syam,” jelas pria itu seraya mengimbangi langkah Ana yang terkesan terburu-buru.

“Gimana tadi sama Dosen Ray? Asik gak belajarnya?” tanya pria itu setelah Ana hanya mengangguk kecil menyahuti pernyataannya.

“Biasa aja. Tugasnya banyak. Gue sama Agung kena masalah sama tuh dosen.”

“Loh, masalah? Tumben-tumbenan lo.”

“Ya gitu deh. Gue gak konsen saat ngikutin kelasnya dia, terus disuruh buat jurnal sama makalah,” ungkap Ana, sedikit lesu mengingat tugasya yang semakin menumpuk.

“Ada-ada aja tuh dosen.”

Ana mengedikkan bahunya acuh, tidak lagi melanjutkan percakapan dengan Nicho hingga mereka sampai ke kelas dan mengikuti pembelajaran yang dibawakan oleh dosen berkepala botak itu

***

Para mahasiswa berhamburan begitu dosen yang mengajar pada mata kuliah terakhir pergi meninggalkan kelas. Raut lesu yang sempat menyelimuti wajah para mahasiswa itu seketika sirna dan digantikan oleh senyum cerah setelah mereka berhasil menyelesaikan perkuliahan hari ini.

“Ana, lo pulang naik apa? Dijemput, gak?” Dinda langsung melontarkan pertanyaan begitu ia selesai menyimpan buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas.

“Nggak, Gue naik taksi,” sahut Ana yang juga telah melakukan hal yang sama dengan Dinda.

“Pulang bareng gue aja, An.” Nicholas menimpali.

Pria berkemeja abu-abu yang duduk tepat di samping Ana dan Agung itu menatap gadis itu dengan penuh harap.

“Gak usah, Nich, makasih. Gue naik taksi aja.”

Nicholas hanya bisa tersenyum kecut mendapat jawaban tersebut. Bagaimana tidak, perubahan Ana terasa begitu jelas baginya.

Kamu bener-bener udah berubah, An, batinnya.

Sementara Agung dan Roy menghibur Nicho, Ana menyibukkan diri dengan ponselnya yang baru saja menerima sebuah pesan dari Ray.

Kamu pulang sendiri gak papa, kan? Aku masih ada sedikit kerjaan.

Ana sedikit kecewa membaca pesan tersebut. Padahal, ia berencana mengajak Ray ke toko buku untuk membeli buku yang berkaitan dengan mata kuliah yang diajarkan oleh suaminya itu.

Gapapa. Pesan terkirim.

Ana kembali menyimpan ponselnya dan segera menenteng tas hendak meninggalkan kelas bersama para temannya.

Kelima sejoli itu kemudian tampak berjalan beriringan menyusuri lorong fakultas sambil membicarakan beberapa hal yang sesekali diiringi oleh canda tawa. Mereka melewati puluhan anak tangga dan beberapa kelas yang kini tampak kosong karena penghuninya telah pergi ke tempat tujuan masing-masing.

“Nich, gue pulang bareng lo aja deh, boleh, gak?” Di tengah perjalanan menuju parkiran, Ana menimbang kembali tawaran Nicho, membuat pria itu langsung tersenyum senang.

“Boleh dong, An. Boleh banget,” sahut Nicho yang kini berjalan di samping kanan Ana.

“Tapi, nanti gue mau singgah ke toko buku bentar, boleh gak?”

“No problem. Kebetulan gue juga lagi mau nyari-nyari buku.” Senyum di wajah Nicho semakin mengembang.

Demi apapun, ia tidak menyangka Ana akan berubah pikiran dan hendak ditemani ke toko buku. Membicarakan tentang toko buku, Nicho jadi teringat dengan beberapa kenangan mereka. Dulu, ia dan Ana sangat sering pergi ke toko buku yang berada tidak jauh dari sekolah mereka, mau itu untuk membeli buku atau sekedar menemani Ana melihat-lihat novel keluaran terbaru.

“Guys, kita berdua duluan ya.”

Sesampainya di parkiran, Roy dan Agung bersiap memasuki sebuah mobil yang terparkir di antara puluhan mobil lainnya, tidak terkecuali mobil Nicho.

“Yoi, hati-hati, Bro,” sahut Nicho.

“Yoi, Bro.”

Kedua pria manis itu kemudian memasuki mobil mereka dan pergi meninggalkan area kampus. Begitupun dengan Dinda, gadis itu telah pergi beberapa saat yang lalu meninggalkan keempat temannya dengan menaiki sebuah taksi yang ia order secara online. Dinda sengaja tidak ikut dengan Ana dan Nicho karena tidak ingin mengganggu kebersamaan kedua temannya itu. Selain itu, ia juga telah memiliki janji temu dengan seseorang.

Tidak buang-buang waktu, Ana dan Nicho juga langsung memasuki mobil dan segera meninggalkan kampus setelah memasang seltbealt di tubuh mereka.

Tepat setelah mobil sport berwarna merah itu keluar dari area parkir, Ray menghentikan langkahnya saat melihat sosok Ana berada di dalam mobil yang barusan melintas tidak jauh dari tempatnya. Pria itu terdiam seraya memandangi mobil tersebut hingga benar-benar menghilang dari pandangannya.

“Ray, ayo.”

Suara tersebut menyadarkan Ray. Ia lalu mengangguk kecil dan kembali melanjutkan langkah bersama Rahel.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Rahasia Dosen Titisan Kutub Utara   FIRST KISS

    Selesai membayar belanjaan, Ana dan Ray bergegas meninggalkan kasir. Ray sibuk dengan trolli yang kini berisi beberapa bungkus plastik putih belanjaan mereka, sedangkan Ana berjalan di sampingnya sambil sesekali mengecek ponsel. Berhenti di depan lift, Ana dan Ray langsung masuk bersama dengan para pengunjung mall lainnya. Terdapat sekitar 6 hingga 9 orang yang berada di dalam lift tersebut sehingga membuat Ana terjepit di pojokan, di antara Ray dan pria jangkung berjaket merah yang tidak kalah tampan dari Ray. Ana tampak santai sambil memainkan ponselnya, juga tidak segan membalas senyuman yang dilemparkan oleh pria asing tersebut. Melihat hal itu, Ray langsung menarik lembut tangan kanan Ana hingga gadis itu menempel padanya lalu memasukkan tangan Ana ke dalam saku jaket denim yang ia kenakan. Ana menoleh, menatap Ray yang ternyata juga sedang menatapnya dengan lekat. Ray kemudian mengedikkan bahunya acuh lalu kembali menatap lurus ke depan, seolah ia tidak melakukan hal aneh

  • Istri Rahasia Dosen Titisan Kutub Utara   Beruntungkah Ana?

    Beberapa hari telah berlalu sejak Ana kembali dari rumah sakit. Kini, kondisi gadis itu benar-benar pulih dan kembali fit. Ana dan Ray juga kembali melanjutkan aktivitas mereka sebagai dosen dan mahasiswi. Mereka pergi dan pulang bersama ke tempat tujuan yang sama pula, yaitu rumah dan kampus yang menjadi saksi bisu hubungan mereka yang seperti roller coaster, naik turun yang menimbulkan rasa takut juga menyenangkan. Langit sore tampak begitu indah dari biasanya, entah itu hanya perasaan Ana saja atau apa, yang jelas kini senyum gadis itu tampak indah menghiasi wajahnya yang cantik dan mulus berseri. Ray yang sedang menyetir bahkan juga ikut tersenyum melihat hal tersebut. Pikiran Ana lagi-lagi melayang mengingat percakapannya dengan Sasa beberapa waktu lalu saat di rumah sakit. Pertanyaan Sasa mengenai apakah dirinya tidak merasa beruntung menikah dengan Ray kembali Ana tanyakan pada dirinya sendiri. Jujur saja, Ana mulai merasa sedikit bangga dan beruntung, setelah tadi ia lagi

  • Istri Rahasia Dosen Titisan Kutub Utara   Keraguan

    Setelah mengenakan pakaiannya, Ray kembali melirik Ana yang sedang memainkan ponsel. Gadis itu tampak asik dengan benda pipih itu sehingga tidak menyadari kehadirannya. Lebih tepatnya, Ana sengaja mengabaikan Ray karena masih kesal pada pria itu. Ray berhemem, membasahi tenggorokannya yang kering lalu berdiri di samping kanan ranjang.“Berhenti main ponsel. Kamu harus istrirahat,” ujarnya tegas, lalu mengambil ponsel tersebut dari tangan Ana. “Ray, apa-apaan sih kamu? Balikin!” “Kamu harus istirahat.” Ulang Ray lagi, penuh penekanan. “Gak mau. Balikin dulu ponsel aku.” “Nggak.”“Balikin, Ray.”“Gak. Kamu istirahat dulu.”Ana menghembuskan napas kasar. Kedua tangannya terkepal kuat melihat kelakuan Ray. Pria itu mengabaikannya. “Menyebalkan,” gerutu Ana seraya memalingkan wajahnya.Bertepatan dengan Ana dan Ray yang saling mengabaikan, pintu di ruangan itu tampak terbuka dan menampilkan dua sosok yang begitu Ana kenal. Sontak, senyum di wajah gadis itu mengembang sempurn

  • Istri Rahasia Dosen Titisan Kutub Utara   Rumah Sakit

    Ray kembali memasuki ruangan serba putih itu setelah kembali dari rumah mengambil ponsel dan perlengkapan yang mungkin akan dibutuhkan oleh Ana. Kali ini, pria itu tidak datang sendiri, melainkan bersama kedua orangtua Ana yang juga baru tiba. Ray sudah mewanti-wanti dirinya akan menerima amarah dari keluarga Ana, tapi hal itu tidak kunjung terjadi setelah hampir setengah jam mereka berada di ruangan tersebut.“Ray, kamu sudah makan malam, Nak?” Lela, mama Ana, mendekati Ray yang duduk di sofa sudut lalu ikut bergabung bersama pria itu sebelum melontarkan pertanyaan. “Sudah, Ma, tadi sore di kantin kampus.”Ray kembali khawatir, takut mama mertuanya bertanya lebih lanjut.“Kamu gak perlu takut. Kami tidak akan menyalahkan kamu atas apa yang terjadi pada Ana. Ini bukan yang pertama kalinya dia seperti ini, tapi mungkin ini yang paling parah. Sejak kecil, Ana memang susah diatur dalam urusan makan, hingga membuatnya terkena mag dan jadi separah ini.”Ray menatap wajah mertuany

  • Istri Rahasia Dosen Titisan Kutub Utara   Kekhawatiran Yang Nyata

    “Ana, bangun, An. Ana, sadar.” Ray panik, buru-buru mengangkat tubuh Ana yang terkulai lemas ke atas tempat tidur. “Ana, kamu dengar suaraku? Tolong sadarlah, An.” Ray menepuk-nepuk lembut pipi Ana agar gadis itu segera membuka matanya. Ray bingung. Bertanya-tanya apa yang telah terjadi kepada gadis itu. Seraya berupaya menyadarkan Ana, Ray mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar tersebut. Tatapannya kemudian tertuju pada kaleng-kaleng dan kotak minuman yang ada di atas meja depan sofa. “Kita harus ke rumah sakit sekarang.”Tidak buang-buang waktu, Ray langsung menggendong Ana ala bridal style dan membawa gadis itu keluar kamar. Sepertinya, Ray mulai tahu apa yang sedang terjadi kepada istrinya itu.Takut, cemas dan khawatir menjadi satu memenuhi perasaan dan tubuh Ray. Dengan rasa gelisah, ia mengendari mobil dan membelah kegelapan malam agar segera sampai ke rumah sakit terdekat. Ray yang sedang mengemudi sesekali menoleh ke belakang, melihat Ana yang terkulai lemas di ba

  • Istri Rahasia Dosen Titisan Kutub Utara   Rasa Sakit

    Siapa yang tidak suka bolos? Mungkin sebagian dari mahasiswa sangat menyukai hal tersebut. Bahkan, tidak sedikit juga yang rela pura-pura sakit agar bisa menghindari tugas atau dosen yang akan mengajar di kelas saat itu. Namun berbeda dengan Ana yang semakin merana karena sengaja bolos untuk menghindari berbagai pertanyaan teman-temannya. Bagaimana tidak, Ana sendiri saja sangat syok melihat wajahnya yang terlihat bengkak dan jelek karena kebanyakan menangis, apa lagi teman-temannya. Mereka pasti heran dan bertanya-tanya apa yang telah terjadi padanya. Sungguh, Ana belum bisa menerima serangan pertanyaan rudal yang mungkin akan ditujukan kepadanya. Terlebih lagi, dosen yang mengajar kali ini adalah miss Rahel, yang membuatnya semakin membulatkan tekat untuk bolos. Setelah seharian mengurung diri di dalam kamar, Ana akhirnya bangkit dari tempat tidur dan turun ke lantai dasar untuk mencari sesuatu yang bisa ia makan. Sungguh, ia merasa sangat lapar dan kepalanya terasa pusing, sepe

  • Istri Rahasia Dosen Titisan Kutub Utara   Air Mata Yang Tersembunyi

    “Bagus, Ana, bagus. Teruslah benci saya tanpa sebab.” Setelah berujar demikian, Ray mundur satu langkah menjauhi Ana seraya mengusap wajahnya kasar. “Tanpa sebab? Okey, teruslah berpikir kalau aku membencimu tanpa sebab, Ray!” “Mulai sekarang, kamu tidak perlu peduli padaku lagi. Lakukan apapun yang kamu mau dan aku juga akan melakukan apapun yang ku mau. Persetan dengan orang ketiga yang katamu gak boleh masuk dalam hubungan kita!” lanjut Ana, sedikit keras. “Okay, silahkan. Saya juga tidak akan peduli lagi pada pembohong sepertimu!” bentak Ray. Kedua bola mata gadis itu mulai berkaca-kaca. Sungguh, Ana tidak menyangka Ray akan semarah ini. Andai saja Ray tahu, ia tidak akan bersikap sejauh ini kalau bukan Ray yang lebih dulu bermain api di belakangnya. Tapi sepertinya, pria itu sama sekali tidak menyadari kesalahan yang telah ia lakukan. “Kalau kamu benar-benar berniat merusak pernikahan ini dengan kembali bersama Nicho, silahkan. Saya tidak akan halangi. Kamu bebas memilih

  • Istri Rahasia Dosen Titisan Kutub Utara   Pertengkaran Suami Istri

    Ruangan kelas seketika hening saat Ray bangkit dari kursinya dengan ekspresi yang tidak santai. Dosen titisan kutub itu langsung melayangkan tatapan elangnya kepada Tasya, Amel dan seluruh penghuni kelas. Ray nampak jelas menahan emosi. “Siapa yang meminta kalian melakukan semua ini?” desis pria itu, tajam. Sementara Rahel masih tampak bingung dan sedikit terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Tasya barusan. “Maaf, Dosen Ray. Ini semua inisiatif kami karena kami sangat senang Dosen Ray dan Miss Rahel akhirnya berkencan. Kami melakukan semua ini dengan tulus dan berharap kalian akan terus bersama,” imbuh Tasya, mulai merasa takut melihat ekspresi marah dosennya itu. “Kami mohon maaf kalau ternyata apa yang kami lakukan ini salah." Amel mengulum bibirnya membentuk sebuah garis lurus. “Saya tidak perlu permohonan maaf kalian. Saya pikir, apa yang kalian lakukan ini sudah kelewat batas. Memangnya kalian tahu pasti kalau saya dan Miss Rahel memiliki hubungan khusus? Memang

  • Istri Rahasia Dosen Titisan Kutub Utara   SUPRISE UNTUK RAY DAN RAHEL

    Hari-hari berlalu, sepasang suami istri itu belum juga menampakkan perubahan yang signifikan dalam hubungan mereka. Ray masih tetap memperlakukan Ana dengan baik, seperti biasanya. Sedangkan Ana masih menyimpan dendam dan amarah yang sebisa mungkin ia sembunyikan dari siapapun sehingga ia terlihat baik-baik saja.Bahkan sampai detik ini, tidak ada penjelasan yang Ana terima dari Ray mengenai hubungan pria itu dengan Rahel. Ia juga tidak bertanya apapun mengenai hal tersebut. Ana tidak mau ribet. Toh, ia juga tidak memiliki perasaan apapun kepada suaminya itu.“Kamu gak papa kalau saya tinggal? Gimana kalau nanti Ratna gak jadi datang jemput kamu? Kita ada kelas pagi ini dan kamu gak boleh terlambat.” Ray berujar seraya memakai sepatu hitam kulitnya di teras rumah, sementara Ana berdiri di ambang pintu sambil bersedekap dada.“Gak papa. Nanti aku bisa naik taksi kalau Ratna gak jadi jemput. Tapi, kayaknya gak mungkin deh, dia kan udah janji,” tukas gadis itu sembari memperhatikan Ray y

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status