Share

Istri Rahasia Kepala Sekolah
Istri Rahasia Kepala Sekolah
Penulis: Piemar

Bab 1

“Bagus! Utangmu lunas dan aku takkan mengambil rumah ini setelah Malati jadi istri keempatku!”

Tawa langsung memenuhi ruangan.

Paman dan Bibi dari Malati bahkan tampak bahagia sekali mendengar penuturan dari lintah darat itu.

Mereka mengabaikan gadis berhijab itu yang terus menunduk–menahan pedih di hati karena dijadikan penebus utang.

Sungguh, Malati benar-benar tak menyangka Paman dan Bibinya itu begitu kejam!

Seusai pulang kampus, dia mendadak didandani. Kerudungnya bahkan sempat dipaksa untuk ditanggalkan, hanya untuk menyambut lintah darat ini.

Untungnya, Malati dapat mempertahankannya meski harus meronta-ronta.

Andai saja orang tuanya masih hidup, dia pasti tak akan bisa diperlakukan seperti ini!

“Hey, Cantik! Aku ingin melihat wajahmu yang cantik itu!”

Tiba-tiba saja, Hanan Jagal sudah berada di sampingnya.

Tangannya mengangkat dagu Malati kemudian menilik dengan seksama wajah cantiknya yang mirip dengan wanita yang dulu ia kejar, tapi selalu mengabaikannya.

Malati spontan menatap pria tua bangka itu.

Rasa jijik tiba-tiba mengalir di dirinya.

Entah memperoleh ilham dari mana, Malati pun menggerakan bibir mungilnya dengan hati-hati, “Maaf, tapi saya tak bisa menerima lamaran Tuan Hanan,” ucapnya.

“Apa maksudmu? Kau mau mempermainkanku?” bentak Hanan. Jelas sekali, juragan kaya raya itu tak suka mendengar kata penolakan.

Junaedi dan Nia sontak panik. Jika Malati menolak, tamatlah riwayat keduanya!

Bisa-bisa Paman dan Bibi Malati itu menjadi tunawisma bersama kedua anak mereka.

Sayangnya, belum sempat melakukan sesuatu, Malati sudah kembali berbicara, “Maaf, Tuan Hanan. Tapi, saya sudah tidak perawan. Saya mengatakan ini agar Tuan Hanan tidak menyesalinya setelah mengeluarkan biaya besar untuk pesta pernikahan nanti,” bohongnya.

“Sekali lagi, maafkan saya.”

Perkataan Malati jelas membuat syok semua orang yang berada di sana.

Terlebih, air mata penuh penyesalan tampak di wajahnya, hingga paman, bibi, dan dua sepupunya pun percaya dengan drama yang sedang dilakukannya.

“Sialan!” maki Hanan. Ia lalu menatap paman Malati dengan sorot kemarahan. “Juned, katamu keponakanmu masih perawan? Kalau seperti itu aku sudah bisa mendapatkan jalang dengan harga berapapun. Bahkan lelang perawan juga takkan semahal utang yang kau tunggak,” geramnya.

Plak!

Tak tahan dengan kemarahan Hanan, sebuah tamparan pun didaratkan Junaedi tepat di pipi Malati.

“Kau sudah bikin malu keluarga! Kau sudah membubuhkan arang di wajah Om dan Tantemu,” kata Junaedi dengan muntab.

Dia melimpahkan kesalahan pada Malati.

Hal ini jelas membuat orang-orang Hanan yang masih sanksi dengan pernyataan gadis itu–terkejut.

Brak!

Hanan Jagal menggebrak meja, tak terima. “Dengar! Aku sudah cukup sabar menghadapi kecoa seperti kalian! Aku beri waktu kalian seminggu untuk mengemasi barang-barang kalian dari rumah ini! Atau kau tukar gadis ini dengan putrimu yang lain!”

Junaedi dan Nia tersentak mendengar ultimatum Hanan Jagal.

Pria tua itu tak pernah bermain dengan kata-kata. Ia selalu serius.

Tak mungkin, keduanya menyerahkan putri-putri mereka yang sudah dipersiapkan menjadi menantu pengusaha, kan?

Hanya saja, Hanan Jagal dan rombongannya sudah berlalu sebelum berhasil mereka bujuk.

Beberapa saudara jauh Nia juga memutuskan untuk pulang.

Menyadari rencananya hancur, Junaedi pun pergi entah ke mana.

Kini tinggalah Malati dan Nia yang terlihat seperti monster dan akan menelan gadis itu hidup-hidup.

“Anak sialan! Kau sudah dikasih makan malah menggigit seperti seekor anjing!”

Nia mengamuk, kemudian menjambak kerudung gadis itu dan membenturkan kepalanya ke dinding.

“Ampun Tante!”

Malati memelas. Ia jatuh berjongkok dengan menguncupkan kedua tangannya, melindungi kepalanya agar tidak dibenturkan lagi ke dinding.

Sungguh, kepalanya terasa mau pecah.

“Tiada ampun! Kau harus dikasih pelajaran! Biar tau diri! Malu-maluin keluarga! Semua orang sini sudah tahu kau ini tidak perawan! Malu-maluin!”

Bug!

Nia terus mendorong tubuh mungil Malati hingga terpojok ke dinding.

“Baiklah, karena kau terlanjur jadi jalang kecil, kau akan bekerja di kota ikut Om Setiadji!” ancam Nia tak main-main.

Deg!

Siapa yang tak mengenal Setiadji?

Seorang mucikari yang berkedok penyalur tenaga kerja ke luar kota dan luar negeri.

“Jangan, Tante Nia!” mohon Malati langsung, “aku akan bekerja lebih giat lagi untuk membantu melunasi hutang kalian. Jangan kirim aku ke Om Setiadji! Aku akan melakukan apapun untukmu Tante.”

Malati bahkan langsung memeluk kedua betis Nia.

Namun, Nia sudah gelap mata. Dia justru menyeret kembali tubuh Malati yang ringkih dan mendorongnya hingga terbentur ke dinding untuk kedua kalinya.

Tanpa tedeng aling-aling, wanita paruh baya itu pun langsung menghubungi sang mucikari!

“Stop! Anda sudah melakukan KDRT!”

Suara bariton terdengar dari bibir pintu yang terbuka.

Nia sontak terkejut kala seorang pria berkemeja putih masuk begitu saja meski tanpa dipersilakan oleh sang empunya rumah.

“KDRT?” balasnya Tante Malati itu dengan kasar, “ini namanya sedang memberi pelajaran karena anak ini sudah tidak perawan lagi!!”

“Lagipula, siapa kau?! Ini urusan keluarga kami.”

Nia kembali mendorong Malati hingga terjungkal ke samping.

Untung saja, kepalanya tidak membentur ujung lemari yang sudutnya tajam.

“Aku? Kau tanya siapa aku?” Pria itu melepas kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya–menampilkan wajahnya yang rupawan.

Didekatinya Malati dengan hati-hati. “Sayang, Kau tak usah tinggal di sini lagi! Sudah Mas bilang kita harus segera menikah jadi kau bisa terbebas dari siksaan wanita yang mengaku sebagai walimu!”

Hah?

Malati beberapa kali mengerjapkan matanya. Ia tak paham apa maksud perkataan Aldino Tama Waluyo–kepala sekolahnya waktu SMA ini!

Mengapa pria dewasa itu datang ke rumahnya?

Bukankah beberapa waktu lalu, dia menolak untuk menjadi pembimbing Olimpiade Matematika di sekolahnya dulu?

Lalu, apa maksud perkataannya dengan memanggilnya Sayang?

Di sisi lain, wajah Nia memerah.

Tampak sekali dia sangat emosi. “Siapa dia, anak sialan?” bentaknya, “apa dia yang sudah mengambil keperawananmu!”

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Naih Rita
interesting story
goodnovel comment avatar
Wagia Ningsih
bikin penasaran
goodnovel comment avatar
Mamik Utami
halo ceritanya bagus banget kak no boongan kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status