Share

Pernikahan Rahasia

Author: Writergaje23_
last update Last Updated: 2024-01-12 14:34:34

"Apa ini bisa disebut menikah?"

Pertanyaan dengan nada sinis itu hanya ditanggapi Abia dengan anggukan polos. Selepas akad, Abia menolak acara resepsi dan sejenisnya. Bahkan meski Arya menawarkannya pesta paling sederhana.

Tentu saja Abia tahu 'sederhana' di mata Arya berbeda makna. Jadi, Abia memilih menolak. Alasannya satu saja, perempuan itu tidak mau rekan sekantornya mengetahui pernikahan mereka.

"Apa menikah dengan seorang duda sepertiku begitu memalukan bagimu?" tanya Arya lagi. Tidak habis pikir.

"Bukan begitu, Pak! Saya malah takut Pak Arya yang malu karena menikah dengan perempuan miskin dan jelek seperti saya," sanggah Abia cepat.

"Dengan penampilan seperti ini, apa kau masih merasa jelek?" Arya bertanya takjub.

Abia mengangguk jujur. Arya mengusap wajah frustasi. Demi Tuhan, jika saja bisa mengatakannya, Arya akan memberi tahu Abia seberapa cantiknya dia sekarang.

Dengan gaun putih susu yang elegan, rambut cokelat terang yang dibuat berantakan namun tetap terlihat menawan, juga netra abu-abu yang berbinar manis. Siapa yang berani mengatakan Abia jelek tentu saja punya masalah mata, pikir pria itu.

"Yang jelas, saya sudah memenuhi ganti ruginya. Saya sudah jadi istri Pak Arya sekarang. Jadi tolong setujui syarat saya juga. Saya tidak ingin orang-orang kantor mengetahui tentang kita," pinta Abia memelas yang sejenak membuat Arya berpikir.

Harus memberi syarat apa agar mereka impas?

"Kalau begitu, aku juga punya beberapa syarat." Arya menyahut cepat.

"Apa?"

"Berhenti memanggilku Pak Arya dan jangan menggunakan bahasa formal saat kita tidak bekerja," jawab pria jangkung itu serius.

Abia menggaruk pipinya kikuk. "Sepertinya susah, Pak. Saya sudah terbiasa begini---"

"Kalau kau tidak bisa menerima syaratku, aku juga tidak bisa," sela Arya final.

"Untuk bahasa formal, mungkin saya bisa. Tapi untuk panggilan ... saya bingung harus memanggil apa," gumam Abia ragu.

"Mas," ucap Arya cepat.

"Hah?"

"Panggil aku Mas Arya. Aku suka panggilan itu," putus Arya seolah tidak mau dibantah.

Belum sempat protes, pria itu sudah keluar dari kamar.

"M-mas?" gumam Abia tidak percaya dengan panggilan barunya.

Oh ayolah, baju pengantin bahkan masih melekat di tubuhnya. Bagaimana bisa Abia lupa kalau sekarang dia sudah menyandang gelar istri CEO Star Group---Arya Januar Malik. Ya ... meski pernikahan mereka dirahasiakan sih.

"Mas Arya?" gumam Abia sekali lagi sambil tersenyum geli.

Abia tahu itu panggilan yang normal. Terutama untuk pasangan suami istri. Tapi, menyebutnya membuat perut Abia serasa tergelitik.

Ada perasaan lucu juga senang yang aneh. Abia juga tidak tahu namanya apa.

***

"Neo, ayo sarapan dulu!"

Seperti kegiatan rutinnya seminggu belakangan, Abia memanggil putra sang atasan. Bisa juga disebut putra tirinya.

Tidak ada yang berbeda dari pernikahan mereka kemarin selain status. Abia dan Arya tetap tidur di kamar berbeda. Hanya saja, sekarang mereka tinggal seatap.

"Kau sarapan saja dulu! Dia tidak menyukaimu, kenapa kau terus mencari perhatian?" tanya Arya mulai kesal dan terusik oleh teriakan sang istri.

Dia sudah sangat lelah melihat bagaimana Abia berusaha merawat Neo. Di saat bocah sipit itu malah mengabaikan bahkan semakin membencinya.

"Saya---"

"Aku, Abia! Gunakan 'aku'!" potong Arya tajam.

"Aku tidak mencari perhatian! Aku hanya ingin merawatnya dengan baik. Pak Arya---"

"Mas!" potong pria itu lagi.

Abia mendengkus jengkel. "Mas Arya sepertinya jarang memperhatikannya. Apalagi saat dia akan berangkat sekolah," sambung perempuan itu sambil mengoreksi panggilannya dengan nada sedikit canggung.

"Oleh karena itulah aku mencarikannya Ibu. Karena aku tidak bisa melakukan semua itu, aku terlalu sibuk." Arya menjawab santai.

"Seharusnya Mas Arya menjadikanku asisten rumah tangga atau babby sitter saja. Bukan istri. Meski tanpa status istri, aku pasti tetap bisa merawat Neo," komentar Abia yang mendadak membuat naf su makan Arya menurun.

"Siapa kau berani mengaturku?! Terserah aku ingin menjadikanmu apa! Atau kau sudah siap mengganti rugi?" sergah Arya yang kontan membuat Abia diam. Tidak lagi berani berbicara.

"Jika kau belum ingin sarapan, pergilah! Aku muak mendengar ocehanmu," usir Arya pedas.

Abia mengangguk sebelum kemudian bangkit dari meja makan. Beberapa saat kemudian, dia sudah berlari menuju kamar Neo. Dia pasti akan memaksa memakaikan sepatu atau seragam putranya setelah ini.

"Bagaimana bisa aku menyia-nyiakan uang 5 milyarku untuk perempuan berisik dan merepotkan seperti dia?" gumam Arya tidak habis pikir sambil menyendokkan nasi gorengnya dengan brutal.

"Sialan, untung saja dia sangat cantik."

***

"Kaus kakimu salah. Warna yang kiri dan kanannya berbeda," tegur Abia begitu masuk ke kamar Neo.

Bocah sipit itu mendelik sebal. "Aku tahu! Aku punya mata untuk melihatnya!" balas Neo sombong.

Abia mengangguk-angguk saja. Kali ini, tangan perempuan itu beralih pada kancing seragam putih merah putra tirinya yang terbuka.

"Karena kau harus memasang dasi, kau harus mengaitkan kancingnya hingga ke paling atas. Agar terlihat rapi," jelas Abia sambil mengancingkan seragam Neo.

Dia sebenarnya tidak terima. Tapi, karena penjelasan Abia terdengar ada benarnya, Neo diam saja. Membiarkan Abia bahkan sedikit menyisir rambut pirangnya.

"Nah, begini sudah tampan. Apa kau mau Bibi mengantarmu ke sekolah juga?" tanya Abia semangat. Tidak memedulikan wajah masam dan tidak bersahabat sang putra.

Neo menggeleng keras. "Aku tidak akan sekolah jika Bibi yang mengantarnya. Aku akan bolos!" teriak bocah itu tegas.

"Yasudah, tidak apa-apa. Kalau begitu, Bibi berangkat kerja dulu, ya?" pamit Abia sambil meletakkan tas sekolah putranya di atas ranjang.

Baru saja akan berbalik pergi, tangan mungil Neo menahan jemari kelingking Abia. Perempuan itu menoleh heran sekaligus bingung.

"Ada apa?"

"Bibi tidak perlu bersikap sok baik. Aku tahu semua ibu tiri itu sebenarnya jahat. Jadi jangan coba menipuku!" peringat Neo dengan wajah serius yang justru membuat Abia tertawa.

Pemikiran dan khayalan anak kecil memang mengerikan.

***

"Kenapa kau lama sekali?!" teriak Arya marah begitu melihat Abia baru keluar menuju teras rumah.

Abia mengerjap terkejut begitu mendapati pria itu rupanya menunggu. Ia pikir Arya sudah berangkat lebih dulu tadi.

"Pak---eh, Mas menungguku?" tanya Abia yang hanya ditanggapi Arya dengan putaran bola mata malas.

"Menurutmu?" tanya pria itu dengan nada menjengkelkannya.

"Tapi kita tidak bisa berangkat bersama, Mas. Takutnya yang lain malah curiga," ucap Abia serius.

Arya menghela napas kasar. "Seharusnya aku memang tidak menunggu pegawai tidak tahu diri sepertimu."

Belum sempat menyahut lagi, mobil Arya sudah melesat meninggalkan halaman rumah. Abia berlari mengejar tapi sudah terlalu jauh. Perempuan itu cemberut sambil terus berjalan di bahu jalan---berniat menuju halte bus.

"Padahal aku belum mengatakan tidak mau. Dia sudah asal pergi saja," gumam Abia sedikit sebal.

TIN TIN TIIIN!

Klakson beruntun juga tidak sabaran dari belakang membuat Abia menoleh. Rupanya, seorang pria berkacamata hitam melongokkan kepala dari kaca jendela.

"Cepat masuk! Kau butuh tumpangan, kan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Rahasia Kesayangan CEO Duda   42. Aku Tidak Sengaja

    "Putramu begitu kompeten, Kak. Mengapa kau masih belum menyerahkan jabatanmu padanya? Dia sudah pantas menjadi CEO, kan?" Keanu, salah satu sahabat dekat juga mantan aktor di bawah naungannya berkomentar.Arya melengos tidak peduli. Jika saja pria itu tahu kalau malah Neo yang tidak mau menerima jabatan ini. Mungkin pria itu juga akan terkejut jika tahu Neo bekerja di sini dengan mengirimkan lowongan kerja kemudian menjalani interview layaknya pegawai biasa."Ayolah, Kak! Kau sudah tua, kenapa belum pensiun juga? Aku saja bosan melihatmu terus-terusan bekerja, kasihan Abia." Keanu semakin menyudutkan membuat Arya mendelik tajam pada pria tampan meski sudah lumayan tua itu."Jangan urus urusanku dengan istriku. Apa jangan-jangan kau masih melajang sampai setua ini karena masih menyukai Abia?" tanya Arya pedas.Keanu mencebik sebal. Pria tua ini masih saja curiga dan cemburu berat padanya. Mentang-mentang hingga setua ini dia belum menikah juga."Kau tahu seleraku tinggi. Tentu saja aku

  • Istri Rahasia Kesayangan CEO Duda   41. Mengharapkan Kehancuran

    Begitu terbangun dari tidur, pemandangan pertama yang tertangkap oleh Neo adalah sang istri. Perempuan itu tengah memakai sedikit krim siang pada wajahnya yang kian hari terlihat semakin sehat di mata Neo.Padahal, Neo sendiri tahu, yang digunakan Naya hanya salah satu produk perawatan kulit wajah yang kemasan paling besarnya tidak sampai seharga lima puluh ribu. Perempuan itu juga tidak memakainya jika lupa atau sedang tidak ingin.Naya bahkan tidak punya hal sesederhana bedak dan lipstick. Apalagi peralatan make up lain seperti pensil alis, maskara, eyeliner dan peretelannya."Kau sudah bangun?" sapa Naya basa-basi begitu menoleh dan mendapati pria sipit itu tengah berbaring tengkurap sambil memandanginya.Neo mengangguk singkat. Anggukan yang sialnya terlihat menggemaskan di mata Naya. Apalagi dengan wajah khas bangun tidur dan rambut berantakan suaminya. Rasanya tidak adil. Pria sipit itu bahkan terlihat tampan saat baru bangun tidur."Apa kau hanya punya itu untuk wajahmu?" tanya

  • Istri Rahasia Kesayangan CEO Duda   40. Suami yang Buruk

    [Neo, ayo bertemu.][Aku merindukanmu:)]Dua pesan dari Nara.Hal yang membuat Neo langsung menyembunyikan ponselnya begitu Naya masuk ke kamar. Ini sudah pukul sembilan malam. Seharusnya, dia sudah tidur bersama sang istri.Apa yang harus ia jadikan alasan agar bisa keluar setelah ini? Terlebih, Neo sudah bilang pada Naya bahwa ia sudha mengantuk sejak tadi."Kau tidak ingin makan sesuatu? Seperti sate? Ayam geprek? Atau mie ayam?" Neo menawarkan tiba-tiba begitu Naya naik ke atas ranjang dan berbaring di samping sang suami.Naya kontan berbaring menghadap Neo. Membuat pria itu mendadak gelagapan karena takut Naya mengetahui alasan terselubung di balik niat baiknya.Tentu saja perempuan ini tidak boleh tahu dia masih bertemu Nara. Naya pasti akan mengamuk dan membatalkan kerja sama mereka."Tumben kau menawariku tanpa kuminta lebih dulu," tanya Naya heran dan sedikit terkesan.Kebetulan dia sedang ingin makan sate ayam. Entah kenapa, dari tadi pagi sebenarnya dia ingin makan itu. Han

  • Istri Rahasia Kesayangan CEO Duda   39. Tentang Pasangan Hidup

    Neo mendengkus begitu sore ini tidak menemukan Naya di rumah. Perempuan itu pasti masih pergi bersama sang Mama. "Mereka memang para istri yang lupa suami. Mana mungkin sampai jam segini belum pulang juga?" tanya Neo tidak habis pikir. Pria sipit itu mengambil beberapa cemilan di kulkas sebelum kemudian duduk di sofa dan menyetel TV. Tadi dia ingin makan, tapi melihat lauk di dapur hanya lauk sisa tadi pagi, Neo mendadak kehilangan nafsu makannya.Mereka bahkan pergi tanpa memasak terlebih dahulu. Benar-benar menyebalkan dan tidak bertanggung jawab."Kenapa wajahmu jelek sekali?" Arya bertanya sambil mencomot toples berisi pop corn yang dipangku sang putra.Neo menoleh kemudian memberi kode ke arah dapur. "Biya dan Naya belum kembali. Mereka bahkan tidak memasak. Mereka benar-benar tidak memikirkan kita yang akan kelaparan saat pulang kerja," curhat Neo mendramatisir.Arya memutar bola mata malas. "Lalu apa gunanya pembantu? Itu gunanya Daddy menggaji mereka. Saat Mama dan istrimu i

  • Istri Rahasia Kesayangan CEO Duda   38. Menantu Sepertimu

    Begitu mendapat berita tentang sang menantu yang sakit, seperti biasa, Arya akan mengomeli Neo. Tidak terkecuali Abia yang akan ikut-ikutan melakukan hal yang sama.Tapi, untuk pertama kalinya, Neo tidak balik mengomel pada Naya dan mengeluhkan sikap orang tuanya. Pria sipit itu malah bersikap baik dan perhatian. Seperti saat ini."Kepalamu sudah tidak terlalu sakit, kan?" tanya pria sipit itu memastikan sambil mengancingkan bajunya.Naya yang tengah memakai krim paginya kontan menoleh kemudian mengangguk singkat. Perempuan itu memperhatikan kerah kemeja sang suami yang tampak berantakan dan tidak beraturan."Kau akan melakukan apa hari ini?" tanya Naya sambil meratakan krim yang sudah ia oleskan di wajahnya.Sejak menikah dengan Neo dan tidak memiliki kesibukan lain, Naya mulai senang merawat diri. Perempuan itu bahkan rajin mengenakan produk perawatan kulit setelah diberikan arahan dan bimbingan oleh Nara dan Ima---sahabatnya.Entah kenapa, sekarang dia ingin terlihat cantik."Tumbe

  • Istri Rahasia Kesayangan CEO Duda   37. Tipe Suami

    "Tuan, Non Naya di mana, ya?" Pak Samsul---satpam di kediaman mereka bertanya. Pria berkumis tebal yang biasa menjaga gerbang di posnya itu celingak-celinguk ke dalam rumah. Neo mengernyit. Untuk apa Pak Samsul mencari istrinya sore-sore begini?"Ada apa, Pak?" tanya Neo mengutarakan rasa penasarannya."Ini, tadi Non Naya telepon saya. Katanya minta dibelikan obat lalu diantarkan ke dalam. Saya pikir Den Neo tidak ada, makanya dia nitip ke saya." Pak Samsul menjelaskan apa adanya.Tadi, istri sang majikan memang meneleponnya. Suara perempuan itu terdengar seperti menahan sakit. Oleh karena itu Pak Samsul buru-buru mencarikannya obat lalu mengantarkannya ke sini."Loh, memangnya dia sakit, Pak?" tanya Neo bingung yang dibalas Pak Samsul dengan kernyitan heran."Loh, mana saya tahu, Den. Kan Den Neo yang di dalam dari tadi," jawab Pak Samsul balik.Neo membenarkan dalam hati sebelum kemudian mengambil obat di tangan sang satpam. Begitu melihat obat tersebut, mata sipitnya menyorot Pak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status