Istri Rahasia Kesayangan CEO Duda

Istri Rahasia Kesayangan CEO Duda

Oleh:  Writergaje23_  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
70Bab
1.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Menikah dengan bosnya sendiri?! Tidak pernah, bahkan di imajinasi terliarnya sekalipun Abia membayangkan itu. Terlebih dengan si CEO galak sekaligus duda beranak satu seperti Arya. Sialnya, karena tanpa sengaja merusak mobil mewah kesayangan sang bos, Arya memberinya dua pilihan; mengganti rugi dengan jumlah uang yang tentu saja fantastis ... atau menikah dengannya. Tentu saja pilihan pertama tidak bisa Abia penuhi. Tetapi pilihan kedua, juga bukan hal yang masuk akal sama sekali. Tinggal dengan Arya setengah hari di kantor saja, Abia tidak tahan. Bagaimana jika mereka tinggal seatap?! *** Pict by Pixabay. Edit by AddText. Free for commercial use.

Lihat lebih banyak
Istri Rahasia Kesayangan CEO Duda Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
70 Bab
CEO Galak!
"Kamu sudah siapkan materi 'meeting' besok pagi?" Pria dengan netra cokelat terang yang tertutup kacamata itu bersuara.Abia mengangguk. "Sudah, Pak. Hanya tinggal dicetak saja." "Berarti belum. Segera selesaikan hari ini!" titah pria dengan tulisan 'Chief Executive Officer' di meja tersebut tegas.Abia menghela napas berat. Oh ayolah! Ini sudah sangat sore. Mungkin, hanya tinggal mereka berdua di kantor berlantai sepuluh ini. Dia tahu gajinya cukup besar, tapi dia tidak pernah berpikir akan lembur setiap hari."Ini sudah hampir malam, Pak. File-nya bisa saya kirim ke Bapak dulu jika ingin diperiksa. Meeting-nya juga besok sore, jadi masih banyak waktu," jelas Abia hati-hati."Lalu? Apa karena masih banyak waktu, kamu boleh lalai? Apa perusahaan ini menggajimu hanya untuk itu?" tanya pria yang kini melepas kacamatanya dengan nada sarkas.Abia menggeleng cepat. Beberapa saat kemudian membungkuk hormat. "Maaf, saya akan cetak materinya sekarang."Tanpa berani menoleh pada makhluk meny
Baca selengkapnya
Anak Pembawa Sial
"Bagaimana keadaannya?" Arya bertanya begitu Dokter sekaligus sepupunya keluar dari ruang rawat."Bagaimana menjelaskannya, ya? Luka bekas kecelakaannya tidak terlalu parah. Tapi, tensinya 80. Sepertinya dia juga kelelahan dan sangat kurang tidur. Jika stress sedikit lagi, mungkin dia akan pingsan." Penjelasan perempuan berkaca mata dengan rambut sebahu itu hanya dibalas Arya dengan anggukan."Hei, dia pegawaimu, kan? Aku yakin dia sampai seperti ini karena bekerja padamu," tebak Dokter dengan name tag 'Cintya A.' itu dengan senyum jahil.Arya mendelik tajam. "Pergilah! Tugasmu sudah selesai, kan?" usir Arya pedas sebelum kemudian berjalan masuk ke ruang rawat Abia.Begitu sampai di dalam, pria jangkung itu menemukan Abia tengah menatap langit-langit ruangan gusar. Sepertinya perempuan itu masih memikirkan bagaimana cara mengganti rugi pada Arya."Sudah merasa lebih baik?" tanya Arya sambil duduk di kursi samping ranjang.Abia mengangguk kikuk. Perempuan itu ingin bangkit duduk karena
Baca selengkapnya
Tidak Pantas Hidup
"Di mana kamu, Abia?!"Teriakan bernada amarah itu membuat Abia menahan napas. Saat ini, dia sedang bersembunyi di balik pohon besar belakang rumahnya. Setelah mendengar bahwa Bisma akan menjualnya pada seorang pria tua, perempuan itu mencoba kabur. Sayangnya, tepat setelah berhasil keluar melalui jendela kamar, Bisma juga masuk.Abia sempat mengambil ponsel dan menelepon Arya---satu-satunya orang yang terlintas di kepala. Sayangnya, benda itu jatuh entah di mana saat Abia tersandung. "Saya tahu kamu ada di sini. Ponsel kamu ada di saya," ucap pria itu lagi dengan suara yang semakin dekat dari tempat Abia bersembunyi.Abia membekap mulut. Mencoba meredam suara deru napasnya yang tidak beraturan. Kakinya gemetar ketakutan. Lebih takut ketimbang saat ia menghancurkan mobil Arya.Abia pikir, waktu itu adalah saat paling mengerikan di hidupnya. Rupanya, menyadari Bisma---Ayahnya sendiri malah berniat menjual tubuhnya jauh lebih menakutkan.Krek!Terlalu sibuk mengontrol tangisnya yang h
Baca selengkapnya
Keputusan Besar
"Daddy!" Arya mendelik terkejut begitu mendapati Neo berdiri di ambang pintu kamarnya. Kontan, pria jangkung itu menaruh telunjuk di depan bibir---kode agar bocah sipit itu diam."Kenapa Daddy tidak kembali ke kamarku?!" Neo malah berteriak semakin kencang.Arya yang takut Abia terbangun oleh teriakan sang putra, segera berlari dan menyeret Neo keluar. Setelah menutup pintu dengan pelan dan hati-hati, pria itu menyorot putranya tajam."Daddy kan sudah menyuruhmu tidur. Kenapa kau ke sini? Lalu apa maksudmu berteriak seperti tadi? Bibi Abia sedang tidur, jangan sampai kau mengganggu istirahatnya!" tegur Arya tegas."Daddy marah padaku?" tanya bocah sipit itu malah hampir menangis.Arya mengusap wajahnya frustasi. "Bukan begitu, Neo! Kau---""Daddy sudah tidak menyayangiku lagi? Apa dia akan jadi mama tiriku?" tanya Neo menyela ucapan Arya. Mengabaikan pertanyaan putranya, Arya segera mengangkat tubuh Neo kemudian menggendongnya menuju kamar. "Aku tidak mau mama tiri! Di film yang ku
Baca selengkapnya
Pernikahan Rahasia
"Apa ini bisa disebut menikah?"Pertanyaan dengan nada sinis itu hanya ditanggapi Abia dengan anggukan polos. Selepas akad, Abia menolak acara resepsi dan sejenisnya. Bahkan meski Arya menawarkannya pesta paling sederhana.Tentu saja Abia tahu 'sederhana' di mata Arya berbeda makna. Jadi, Abia memilih menolak. Alasannya satu saja, perempuan itu tidak mau rekan sekantornya mengetahui pernikahan mereka. "Apa menikah dengan seorang duda sepertiku begitu memalukan bagimu?" tanya Arya lagi. Tidak habis pikir."Bukan begitu, Pak! Saya malah takut Pak Arya yang malu karena menikah dengan perempuan miskin dan jelek seperti saya," sanggah Abia cepat."Dengan penampilan seperti ini, apa kau masih merasa jelek?" Arya bertanya takjub.Abia mengangguk jujur. Arya mengusap wajah frustasi. Demi Tuhan, jika saja bisa mengatakannya, Arya akan memberi tahu Abia seberapa cantiknya dia sekarang.Dengan gaun putih susu yang elegan, rambut cokelat terang yang dibuat berantakan namun tetap terlihat menawan
Baca selengkapnya
Menjadi Istri Rahasia
"Terima kasih untuk tumpangannya. Sampai jumpa, Keanu!" Begitu Keanu menghentikan mobil tepat di halaman Star Group, perempuan itu turun dan berlari masuk. Keanu bahkan belum mengatakan apa-apa. Karena belum puas melihat wajah Abia, pria beralis tebal itu akhirnya memarkirkan mobil. Beberapa saat kemudian turun dan ikut berlari masuk ke kantor berlantai 10 itu."Keanu? Kenapa kau ke sini?" tanya Lintang---ketua tim hiburan di Star Group."Kau pasti mengerti, kan? Untuk apa aku datang sepagi ini ke sini?" tanya pria berwajah Timur Tengah itu balik sambil melepaskan kacamata hitamnya."Ooo ... bertemu Abia?" tebak pria berkacamata itu tepat sasaran."Yap!" jawab Keanu sambil berlari menuju ruang CEO."Katanya mau bertemu Abia, kenapa malah ke ruangan Pak Arya?" gumam Lintang bingung sambil membenarkan letak kacamatanya.Aktor terkenal satu itu memang aneh.***"Selamat pagi, Tuan Malik!" Keanu menyapa begitu membuka pintu ruangan pria itu.Arya yang tengah memeriksa laporan penjualan
Baca selengkapnya
Terlalu Cantik
"Kenapa kau bangun cepat sekali?" Abia menoleh begitu mendapati Arya tengah bersandar di pintu dapur sambil mengucek mata. Sejenak, perempuan itu terpaku. Baru sadar bahkan saat baru bangun tidur pun, suaminya tetap setampan itu.Ya, dia memang mengakui pria itu tampan sejak dulu. Hanya saja, sifatnya membuat Abia enggan membenarkan hal itu. Sayangnya, sejak Arya menolongnya waktu itu, Abia mulai menyadari banyak sisi lembut dan baik sang suami."Masih pagi tapi kau sudah melamun," komentar Arya lagi yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan kulkas. "Maaf," lirih Abia kikuk sambil melanjutkan kegiatan memasaknya.Setelah mendengar dari pembantu bahwa Neo dan Arya menyukai nasi goreng, Abia memutuskan untuk membuatnya. Bisa dibilang, ini masakan pertama yang ia buat untuk orang lain.Sebab biasanya, Abia tinggal sendiri. Meski pandai memasak, perempuan itu hanya akan melakukannya ketika ingin dan sempat. Terlebih, hampir setiap hari liburnya juga kerap tersita oleh pekerjaan.Sud
Baca selengkapnya
Aku Tidak Mau
"Bibi!" Neo memanggil begitu melihat Abia tengah mencuci piring di dapur.Perempuan itu menoleh dengan raut tanya. Agak terkejut juga karena ini pertama kalinya bocah itu mengajaknya bicara lebih dulu."Apa dulu Bibi punya Mama?" tanya Neo penasaran."Punya. Kenapa? Memangnya kamu tidak punya? Kita semua lahir pasti karena punya Mama, kan?" jawab dan tanya Abia balik.Wajah bocah sipit itu berubah murung. Menyadari kejanggalan dari pertanyaan putra tirinya, Abia segera menyelesaikan kegiatan mencuci piring. Kemudian, perempuan itu mengangkat Neo ke dalam gendongan."Kata Daddy, aku tidak punya Mama. Jadi saat teman-teman mengejekku sebagai anak alien, aku bingung harus menjawab apa." Neo bercerita jujur.Abia terkekeh geli. Membuat Neo yang kesal akhirnya menggigit pipi perempuan itu keras."Aduhhh ... sakit, Neo!" ringis Abia sambil mengusap pipinya yang sepertinya tertinggal jejak gigi bocah itu di sana."Siapa suruh kamu menertawaiku! Aku bercerita pada Bibi untuk meminta solusi,
Baca selengkapnya
Sesuatu di Antara Mereka
"Mbak Abia belum datang? Apa dia tidak masuk kerja hari ini?" tanya Aira. Salah satu pegawai magang di tim humas.Pasalnya, sejak beberapa bulan lalu bekerja di sini, tidak pernah sehari pun dia melihat sang kepala tim datang terlambat. Jangankan terlambat, absen pun sepertinya sangat jarang."Aku juga tidak tahu. Jika sampai jam segini dia tidak datang, sepertinya dia memang tidak masuk." Rindi---salah satu tim humas yang bisa dibilang sahabat dekat Abia menjawab."Apa kau menyadarinya? Akhir-akhir ini sikap Abia agak aneh. Beberapa waktu lalu juga dia absen selama tiga hari. Tidak biasanya dia begitu," timpal Bu Anna---perempuan berambut keriting sekaligus orang yang paling tua di tim humas."Aku juga merasa janggal. Saat aku bertanya kemarin, dia bilang dia menginap di rumah Ayahnya. Kupikir dia tidak punya Ayah, karena setahuku dia tinggal sendiri di kontrakan. Selama ini dia juga tidak pernah mengambil cuti dengan alasan menemui Ayahnya," jelas Rindi sedikit heran.Perempuan deng
Baca selengkapnya
Mencari Alasan
Setelah membaringkan Neo yang tertidur di kamarnya, Abia berlari menuruni tangga. Berniat menghampiri sang suami yang sedari tadi duduk di sofa ruang tengah.Begitu sampai di sana, Abia menemukan pria itu tengah berbaring miring sambil menonton TV dengan santai. Terlalu santai sampai Abia ingin melemparinya dengan bantal."Mas!" panggil Abia tidak santai."Kenapa? Kau butuh sesuatu?" tanya Arya tanpa berniat bangkit duduk dari berbaringnya."Mas Arya kenapa mengatakan aku sedang sakit?! Teman-teman kantorku jadi datang menjenguk tadi. Lintang juga sampai mencari ke setiap rumah sakit terdekat dari kontrakanku tadi." Abia protes tanpa bisa menyembunyikan nada emosinya lagi.Perempuan itu bahkan menduduki kaki Arya yang tengah selonjoran di sofa. Sepertinya dia tidak sadar karena sedang panik dan marah."Aku kan hanya mencari alasan. Itu yang terlintas di benakku tadi pagi," jawab Arya lempeng.Abia mendengkus. "Lihatlah! Sekarang kau berani mendengkus padaku? Memangnya kau tahu darima
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status