"Terima kasih untuk tumpangannya. Sampai jumpa, Keanu!"
Begitu Keanu menghentikan mobil tepat di halaman Star Group, perempuan itu turun dan berlari masuk. Keanu bahkan belum mengatakan apa-apa.Karena belum puas melihat wajah Abia, pria beralis tebal itu akhirnya memarkirkan mobil. Beberapa saat kemudian turun dan ikut berlari masuk ke kantor berlantai 10 itu."Keanu? Kenapa kau ke sini?" tanya Lintang---ketua tim hiburan di Star Group."Kau pasti mengerti, kan? Untuk apa aku datang sepagi ini ke sini?" tanya pria berwajah Timur Tengah itu balik sambil melepaskan kacamata hitamnya."Ooo ... bertemu Abia?" tebak pria berkacamata itu tepat sasaran."Yap!" jawab Keanu sambil berlari menuju ruang CEO."Katanya mau bertemu Abia, kenapa malah ke ruangan Pak Arya?" gumam Lintang bingung sambil membenarkan letak kacamatanya.Aktor terkenal satu itu memang aneh.***"Selamat pagi, Tuan Malik!" Keanu menyapa begitu membuka pintu ruangan pria itu.Arya yang tengah memeriksa laporan penjualan para aktor dan aktrisnya, kontan menoleh."Kau tahu aku tidak suka dipanggil dengan nama belakangku," peringat pria berhidung mancung itu yang dibalas Keanu dengan kekehan."Ini masih pagi. Setidaknya wajahmu sedikit lebih cerah," komentar aktor senior sekaligus sahabat Arya tersebut.Semua tahu, satu-satunya orang yang berani mengusik Arya hanyalah Keanu. Meski usia mereka terpaut cukup jauh, mereka sudah saling mengenal sejak Keanu masih duduk di bangku SMA.Dan sekarang, saat Arya berhasil dengan agensi entertaiment-nya yang menjadi idaman setiap orang yang ingin menjadi bintang, pria itu juga menaungi Keanu. Menjadikannya aktor terkenal yang sekarang menjadi selebriti dengan penjualan nomor satu.Bisa dibilang, hubungan mereka seperti simbiosis mutualisme sekarang."Ada urusan apa lagi kau datang ke sini? Aku sangat bosan melihat wajahmu," keluh Arya sambil melepaskan kacamata anti radiasi yang kerap dia gunakan saat bekerja."Aku ingin membuat pernyataan cinta. Tapi, aku merasa harus mengkonsultasikannya terlebih dulu denganmu, Kak." Keanu berucap dengan nada serius.Arya mengangguk-angguk, merasa sedikit tertarik. Ini pertama kalinya dia mendengar aktor tengil yang sudah ia anggap seperti adiknya ini membahas perempuan."Kau menyukai siapa dulu?" tanya Arya penasaran."Eung ... seseorang. Ada di kantor ini, lagipula kau seharusnya tahu! Lintang saja tahu, kau memang tidak perhatian padaku." Pria beralis tebal itu malah mendramatisir.Arya memutar bola mata jengah. "Apa peduliku?" tanyanya malas."Intinya ... aku sudah menyukainya bahkan sebelum aku menjadi aktor. Aku menjadi aktor juga karena tahu dia bekerja di sini. Tapi sekarang aku tidak tahan, aku harus memberitahunya!" jelas Keanu yakin.Bahkan, Arya sadar kali ini pria itu lebih serius ketimbang hari pertama syuting film perdananya. Keanu benar-benar sedang jatuh cinta, ya?Pantas saja pria itu sangat sering berkunjung ke kantor akhir-akhir ini. Siapa perempuan yang berhasil membuat seorang Keanu Narendra yang diinginkan banyak perempuan akhirnya menginginkan seorang perempuan?"Kau memang harus mengungkapkannya. Sebelum dia diambil oleh orang lain," saran Arya jujur.Karena itulah dia terburu-buru menikahi Abia begitu punya kesempatan. Arya takut perempuan itu sudah memiliki orang yang dia cintai sebelum Keanu mendapatkannya."Bagaimana dengan skandal? Kau tahu aku aktor, jika aku ketahuan berpacaran ... apa tidak berpengaruh bagi Star Group?" tanya Keanu sedikit ragu."Hei, bodoh! Jangan berkata seolah-olah hanya kau aktor yang menghasilkan uang di sini! Berkencanlah dengan dia jika memang kau ingin. Lagipula, selebriti tetaplah manusia. Kalian bebas menyukai siapa saja," omel Arya yang ditanggapi Keanu dengan senyum lebar."Baiklah! Aku akan mengungkapkan perasaanku secepatnya, Kak.""Omong-omong, siapa perempuan yang kau sukai itu?" tanya Arya baru teringat hal yang mengganjal di benaknya."Abia. Abia Felicia Almetta, kepala tim humas. Hehe ...."Arya melongo. Bingung harus menanggapi dengan ekspresi dan kalimat apa.Keanu mencintai istrinya?!***Sejak Keanu keluar dari ruangannya, Arya tidak bisa fokus. Dia benar-benar bingung harus mengatakan dengan cara apa pada Keanu.Abia itu istrinya. Mereka bahkan baru menikah beberapa waktu lalu. Bagaimana bisa Arya juga baru tahu bahwa Keanu menyukai perempuan itu?"Jika Keanu benar-benar mengungkapkan perasaan dan mengajaknya berpacaran, apa dia akan menerimanya?" tanya Arya pada dirinya sendiri.Meski sudah menikah dengan Abia, Arya tidak tahu banyak tentang perempuan itu. Makanan kesukaannya, apa yang dibencinya, bahkan siapa yang disukainya. Arya benar-benar tidak tahu tentang semua itu."Tapi setahuku dia dekat dengan Lintang. Apa dia menyukai pria dengan mata minus itu? Tapi dia terlihat culun, aku jauh lebih keren." Arya menggumam lagi."Tapi Keanu juga tampan. Siapa yang tahu dia diam-diam juga suka Keanu, kan? Argh ... sialan! Kenapa Tuhan menciptakannya secantik itu? Sainganku jadi terlalu banyak," geram Arya sambil menjedotkan kepalanya ke pinggir meja."Permisi!" Suara seseorang yang sangat dia hapal menghentikan kegiatan pria itu.Abia berdiri di sana. Dengan baju kuning gading lengan panjang juga celana kulot hitam. Rambut ikalnya terikat satu. Arya tidak sempat memperhatikan istrinya di rumah tadi pagi.Tapi begitu melihat perempuan itu sekarang, Arya ingin mengumpat. Pantas saja para rekan kerjanya menyukai Abia."Hei, kau!" Abia tersentak kaget begitu mendapat bentakan dari bos sekaligus suaminya kini."Ada apa, Pak?" tanya Abia sambil berjalan mendekat."Apa pantas mengenakan pakaian itu di tempat kerja?!" tanya pria itu sebal.Abia mengerjap linglung. Kali ini, perempuan itu mengamati setiap hal yang melekat di tubuh tinggi rampingnya."Biasanya saya memang mengenakan ini, Pak. Kenapa?" tanya Abia apa adanya."Ck ... sudahlah! Lupakan saja. Ada perlu apa kau ke sini?" tanya Arya mengalihkan topik."Saya ingin menyerahkan ini. Data yang Pak Arya minta seminggu yang lalu. Karena saya sempat kecelakaan dan tidak masuk kerja tiga hari, saya baru bisa menyerahkannya sekarang." Abia menjelaskan panjang lebar.Arya hanya membalas dengan deheman. Sampai perempuan itu pamit keluar, barulah Arya berlari dan mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka."Kenapa si culun itu memberikannya obat? Itu seperti obat sakit kepala yang sering kuminum. Apa dia sedang sakit?" gumam Arya begitu mendapati Abia malah bertemu Lintang di lorong.Pria berkacamata itu menyodorkan Abia obat. Mereka juga saling tersenyum. Abia bahkan menepuk pundak pria itu."Dia bahkan tidak pernah berani menyentuhku. Sialan kau, Abia!" maki Arya sambil menggertakkan gigi murka.Dia tidak bisa diperlakukan seperti ini. Statusnya jelas sebagai suami Abia sekarang. Seharusnya perempuan itu lebih dekat dengannya, kan?***"Huft ... akhirnya selesai." Abia merentangkan tangannya. Meregangkan setiap otot tubuhnya yang terasa pegal karena terlalu lama duduk.Dua gelas sisa kopi yang sudah tandas bahkan masih bertengger di sisi mejanya. Bekerja menjadi kepala tim humas memang cukup melelahkan. Terlebih jika aktor atau aktris yang mereka naungi terlibat skandal.Bisa dibilang, pekerjaan Abia dan timnya adalah membereskan kekacauan yang dibuat para selebriti."Apa kau sudah selesai bekerja?""Astaga!" Abia terlonjak kaget begitu mendapati suara seseorang.Di sana, tepat di dinding kaca dari arah luar, Keanu menempelkan wajahnya. Tentu saja wajah pria itu terlihat konyol."Kau mengagetkan saja!" kesal Abia tapi tak ayal terkekeh geli. Tidak tahan melihat wajah lucu pria itu yang masih setia menempel di kaca."Mau pulang bersama?" tawar Keanu kali ini membuka pintu kaca dan masuk ke sana."Eum ... boleh. Ayo!" jawab Abia sambil membereskan barang-barangnya kemudian berjalan keluar.Keanu mengekori dari belakang dengan senyum cerah."Eh, tadi pagi kau juga mengantarku. Sekarang kau juga yang mengantarku. Aneh sekali, kau benar-benar datang di waktu yang tepat," ucap Abia sambil tertawa."Aku bosan di rumah. Ingin bermain ke tempat ramai malah merepotkan. Jadi, tempat paling aman ya ke sini." Keanu menjawab setengah benar. Setengah alasannya lagi karena Abia.Mereka berjalan beriringan di lorong kantor berniat menuju lift. Arya yang kebetulan juga baru keluar dari ruangannya, melihat kehadiran dua orang itu."Hei, tunggu!" panggil Arya begitu mereka mulai memasuki lift dan hampir menutupnya.Keanu menahan lift cepat. Membiarkan Arya ikut masuk ke sana."Kau belum pulang rupanya," ucap Arya sambil memandang Keanu malas."Iya, Pak. Kebetulan, dia juga akan mengantarku pulang." Abia menimpali.Arya melotot pada perempuam itu."Kau lupa sekarang kau tinggal di rumahku, bodoh?!" bisik Arya yang seketika membuat Abia melotot."Eh, IYA!" Perempuan itu berteriak tanpa sadar."Kenapa, Abia?" tanya Keanu bingung sekaligus terkejut."Aku ... a-aku harus mengambil berkas di rumah Pak Arya. Kau mengantarku sampai sana saja," alibi Abia cepat."Tidak apa-apa. Aku akan menunggumu mengambilnya kemudian mengantarmu lagi ke rumahmu," jawab Keanu santai."Tidak bisa!" Arya menyahut tegas.Abia dan Keanu kompak menoleh pada pria itu."Kenapa, Kak?""Kau aktor. Apa kau lupa?! Jika seseorang mendapatimu mengantar seorang perempuan, itu bisa jadi skandal. Apa kau senang merepotkan Abia?" tanya Arya logis.Keanu berpikir sejenak. Teringat saat dia menjemput temannya di sebuah kelab malam dulu. Karena hal itu, rumor buruk tentangnya menyebar.Itu semua jelas hanya berita yang mengada-ada, tapi yang paling sibuk memperbaiki kekacauannya adalah tim humas. Terutama Abia yang menjadi kepala timnya."Tapi Abia pulang dengan siapa?" tanya Keanu cemberut."Aku bisa mengantarnya, dia juga akan ke rumahku terlebih dahulu, kan? Jadi tenang saja," jawab Arya yang diangguki Abia setuju."Iya! Aku bisa diantar Pak Arya," sahut Abia cepat.Mendengar itu, Arya tersenyum penuh kemenangan. Memang hanya dia yang boleh mengantar Abia pulang.Tidak Keanu apalagi pria lain. Andai saja bisa, Arya juga akan mengumumkan kepada semua orang bahwa Abia adalah istrinya.Sayangnya, perempuan menyebalkan ini malah lebih senang menjadi istri rahasia."Kenapa kau menelepon?" tanya Naya sambil menempelkan ponsel di telinganya. Malam ini, dia baru saja tiba di rumah. Naya pikir, setelah lepas dari pelatnas (tidak menjadi atlet maupun pelatih lagi), jadwalnya akan sedikit senggang. Namun, sepertinya Naya memang menerima terlalu banyak kerja sama.Sejak memutuskan untuk fokus pada dunia entertaiment dan muncul kembali setelah sebulan lebih menghilang, Naya terkejut menyadari popularitasnya yang kian melesat. Naya tidak tahu kenapa, padahal dia merasa tidak sepantas itu untuk disukai sebanyak itu.Jadi, agar tidak mengecewakan para penggemarnya, Naya mencoba untuk melakukan yang terbaik dan lebih bekerja keras."Kau sudah pulang?" tanya Neo dari seberang sana yang dibalas Naya dengan deheman.Sambil menghempaskan tubuhnya di ranjangnya yang sudah ia rindukan, Naya memijat pangkal hidungnya guna meredakan pening. Semalam, dia benar-benar hanya tidur satu jam. Lalu hari ini dia pulang pukul 11 malam nyaris 12 tepat."Kau sudah makan?" Su
"Kau serius tidak apa-apa jika media datang meliput?" Neo bertanya serius begitu Naya masuk ke mobil. Naya tersenyum menenangkan sambil menggangguk penuh yakin. "Memangnya kenapa? Aku juga sering membuat konten selama di pelatnas, kan? Kenapa sekarang mereka tidak boleh meliput?" jawab perempuan itu cepat.Neo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tapi kan ... ini berbeda. Ini pertama kalinya kau muncul di publik lagi setelah sebulan lebih menghilang," sahut pria sipit itu yang membuat Naya lagi-lagi tersenyum."Jangan terlalu mengkhawatirkanku. Aku sudah baik-baik saja, sangattt baik. Sungguh!" pungkas Naya yang akhirnya mau tidak mau dipercayai saja oleh Neo."Omong-omong ... kau sudah membeli hadiah ulang tahunnya?" tanya Naya antusias yang dibalas Neo dengan kernyitan tidak mengerti."Maksudmu bagaimana? Siapa yang akan menerima hadiahnya?" tanya pria sipit itu balik.Ya, ini hari ulangtahun Bagas. Adhitama Bagaskara, orang yang sebulan lalu masih sempat mengolesi Naya krim per
"Sudah bangun?" Pertanyaan bernada lembut itu membuat Naya yang baru bangun tengah malam ini mengernyit bingung."Kau di sini? Sejak kapan?" tanya perempuan itu dengan suara serak dan paraunya.Neo mengusap rambut Naya lembut sambil mengangguk. "Sejak tadi sore, aku menunggu sampai kau bangun baru pulang." Naya terdiam sejenak. Siapa yang memberitahu Neo kalau dia ada di sini? Padahal, dia sudah meminta Abia dan Arya merahasiakannya."Kenapa? Kau tidak ingin aku ada di sini? Kalau begitu aku pergi saja. Lagipula kau sudah bangun, aku lega jika sudah melihatmu." Ucapan Neo seketika membuat Naya mendelik panik.Apalagi begitu Neo benar-benar bangkit berdiri dan berbalik hendak pergi, Naya dengan susah payah mencoba bangkit duduk. Namun, karena nyeri hebat di kepala juga tubuhnya yang terasa remuk redam, perempuan itu meringis kesakitan."Akkhh ... sssh .... " rintih perempuan itu yang seketika membuat Neo menoleh terkejut dan buru-buru kembali ke posisi semula."KENAPA KAU BANGUN?!" b
Sejak menemuinya ke rumah sakit di hari kecelakaan, Neo tidak pernah lagi bertemu Naya hingga seminggu lamanya. Perempuan itu tidak bisa dihubungi, apalagi bisa ditemui. Terlebih Neo dipaksa Abia untuk dirawat setidaknya sampai seminggu di rumah sakit meski ia merasa kondisinya sudah sangat baik."Aku tidak mau tahu, aku akan ke rumah Naya setelah ini." Neo memutuskan final sambil menatap Abia sebal.Abia yang tengah melipat pakaian putranya hanya terkekeh geli. Neo sangat mirip dengan Arya. Caranya mencintai Naya, uring-uringan saat tidak melihat perempuan itu sehari saja, bahkan caranya cemburu mengingatkan Abia pada sang suami."Kenapa kau ingin menemuinya? Mungkin dia merasa terganggu, makanya tidak pernah menghubungimu selama ini." Komentar Abia seketika membuat Neo tertegun.Pria sipit itu menatap sang mama tidak terima. "Bagaimana Biya bisa berkata sekejam itu?" tanya Neo merasa sakit hati."Loh, Biya kejam karena mengatakan kebenaran?" tanya Abia balik.Mendengar itu, Neo sema
"Neo di mana?" Arya dan Abia menatap terkejut perempuan dengan wajah pucat sekaligus panik di depan mereka. Dengan cepat, Abia menariknya untuk segera duduk di kursi besi depan ruan IGD."Neo di mana, Bunda? Dia bagaimana?" tanya Naya sekali lagi dengan raut kalut.Abia bahkan dapat merasakan tubuh perempuan itu yang gemetaran saat tangan mereka bersentuhan. Dalam hati, perempuan itu meringis."Kenapa kau datang, Sayang? Kata Neo kan kau masih sakit. Lihatlah, wajahmu sangat pucat." Abia malah mengalihkan topik yang tidak ditanggapi lagi oleh Naya. "Neo masih ditangani di IGD. Kau tenanglah dan berdoa semoga dia baik-baik saja," jawab Arya mengerti apa yang ingin perempuan itu dengar. Arya mencoba menenangkan Naya, meski nyatanya dia juga sedang cemas bukan main. Abia yang duduk di samping Naya pun segera memeluk perempuan itu sambil menangis di sana.Abia tidak berbohong jika dia juga sangat khawatir. Tadi, dia mendapat telepon dari seorang polisi lalu lintas yang mungkin menemuka
"Kau yakin akan pulang hari ini?" Neo bertanya pada Naya yang sedari tadi bersikeras membawa kopernya sendiri di bandara.Naya mengangguk sambil membenarkan letak topi hitam yang bertengger di kepalanya. Hari ini, Naya memang mengenakan kacamata hitam, topi hitam, juga masker hitam dengan pakaian berwarna senada.Bukan tanpa alasan Naya melakukan itu. Ia harus tidak dikenali agar bisa tiba di bandara Indonesia dengan nyaman. Sebab, katanya sudah ada begitu banyak reporter dan fans yang menunggu kepulangannya di sana.Naya sebelumnya heran kenapa mereka melakukan hal tersebut. Tapi, setelahnya ia menyadari dirinya saat ini adalah publik figur, baik di dunia olahraga bahkan entertaiment. Terlebih setelah kasus kematian Bagas yang dirumorkan dekat dengannya mencuat."Nanti saat kita sampai di Indonesia, jangan berjalan bersamaku," peringat Naya tanpa memandang pria sipit di sampingnya."Loh, kenapa?" tanya Neo tidak mengerti."Jelas saja kita bisa dikenali," jawab Naya yang diangguki Neo