Mentari pagi telah bersinar, kutatap jendala dengan tembusan cahaya dari celah-celah jendala. Kuterbangun dari tidurku, didalam angan kubertanya mungkinkah akan datang keajaiban dalam hidupku ini. "Zahwa, kamu sudah bangun?" sapa sahabatku dengan lembut membuat lamunanku buyar seketika. Aku membalasnya dengan senyuman kearah sahabatku itu."Oh iya bagaimana rencanamu tadi malam itu, jadikan?" tanyanyaAku hanya menganggukkan kepala berisyarat bahwa aku mengiyakannya, rasanya untuk mengeluarkan sepatah kata dari mulutku sangat berat"Yaudah sana kamu mandi dulu, setelah itu kita sarapan dan berangkat!" ucapnyaSetelah sarapan kami bergegas untuk pergi ke hotel, tempat Aku dan Reza berdua. Dari kejauhan, mataku sudah dapat menangkap siapa yang sudah menunggu diluar sana, tak lain adalah pria batu yaitu Reza."Astaga, Zahwa itu kan pria yang tadi malam ngeyel ngajak kamu pergi sama dia kan?" tanyanya penasaran. "Iya Cin," jawabku"Ya ampun Reza! gak ada capek-capeknya ya dia ngejar a
‘’Lepaskan Aku!’’ teriakku. Namun cengkraman Mas Leo begitu kuat, lalu mengungkung tubuhku, mengunci pegerakannya. Mas Leo segera mendaratkan bibirnya begitu rakus, menjamah setiap incih tubuhku tanpa permisi tak peduli dengan aku yang ada dibawahnya sedang meronta-ronta meminta tuk dibebaskan dari cengkramannya.Mas Leo justru menyeringai, menampilkan senyuman liciknya sekilas. Ia terlihat aragon menjamah tubuhku, ‘’Ayo balas aku, balas aku sayang!’’ pintanya memaksa kepadaku. ‘’Berhenti Mas! Aku mohon berhenti!’’ aku memohon supaya Mas Leo melepaskanku sekarang, seiring dengan Mas Leo yang berusaha melebarkan kedua pahaku dengan paksa. ‘’Aku ini suamimu!’’ ucapnya ditelinga kiriku Karena tak ada feedback dari sang istri akhirnya Leo menyudahi adegannya, pria berbadan kekar itu merebahkan tubuhnya disebelah kanan sang istri, tenaganya cukup terkuras. Sementara waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh siang. Pria yang bernama Leo itu melirik kerah istri yang ada disampinya. Zahwa sege
‘’Udah enakan perutmu, sayang?’’ tanyanya dengan perhatian, setelah memberikan aku secangkir air hangat dan mengompres perutku dengan air hangat pula yang ditaruhnya didalam botol kecil.‘’Iya Mas, sudah mendingan!’’ jawabku dengan menganggukan kepala.Sebenarnya rasa sakit diperut ini masih jelas terasa sakit, namun kali ini aku berkata bohong karena aku tak mau suamiku terus-teusan khawatir kepada kondisiku. Seperti malam-malam biasanya sebelum ada prahara dalam rumah tangga kita, Aku dan Mas Leo biasanya melakukan rutinitas berbincang-bincang sebelum tidur, malam ini selain berbincang ringan Mas Leo membicarakan sesuatu yang sangat berat bagiku...‘’Sayang?’’ ucapnya sambil menatap kearahku‘’Iya Mas, ada apa?’’ sahutku pelan membalas tatapannyaMas Leo sejenak menundukkan kepalanya, sepertinya ia berat untuk mengucapakan kepadaku, tak selang lama akhirnya keluarlah kalimat dari mulutnya‘ "Sayang, aku besok ijin keluar kota untuk mengunjungi kantor cabangku yang ada di Yogyakarta y
"Pergi...! pergiiiii...!" teriakku lagiSuara langkah kaki itu semakin mendekat, sepertinya bisa dibilang trauma yang Zahwa rasakan saat ini, Zahwa tak ingin melihat wajah lelaki biadab itu walau hanya sekejap. "Zahwa, kamu kenapa?" ucap seorang lelaki dengan memegang lembut kepalaku. "Pergi! aku bilang pergi!" teriak Zahwa ketakutan. "Zahwa, ini kakek, ada apa denganmu nduk?" ucapnya panik. Saat mendengar kalimat bahwa pria yang ada didekatnya itu sang kakek, Zahwa seketika membuka matanya yang sebelumnya ia tutup dengan kedua tangannya. "Kakek?" lirih Zahwa ketakutan. "Iya nduk, ini kakek, kenapa kamu sampai ketakutan seperti itu?" tanyanya lagi penuh perhatian "Zahwa takut kek?" sahutku ketakutan dan tubuh ini sedikit bergetar Tapi, Aku tak berani mengadukan semua yang terjadi padaku kepada kakek, sepertinya diam adalah opsi terbaik untuk keluarga adinata group, yang aku pikirkan saat ini, jika aku mengadukan semuanya pasti akan menjadi bom waktu yang akan meledak detik ini
Setelah sehari Mas Leo pergi keluar kota, rasanya waktu demi waktu yang aku lalui begitu sangat berat. Ditambah orang-orang di rumah ini benci kepadaku, tak ada teman untuk kuajak ngobrol. "Zahwa!" terdengar suara Mama mertua yang secara tiba-tiba teriak memanggil namaku. "Iya Mah!" sahutkuAku segera berlari menghampiri Mama mertua yang suaranya berasal dari arah dapur."Zahwa tolong piring-piring ini cuci semua ya! kalau habis masak segera dicuci jangan ditumpuk seperti ini! dasar jorok!" ketus Mama mertua."Iya Mah maaf, akan Zahwa segera cuci piring-piringnya," sahutku tanpa membantah, aku tak ingin akan terjadi keributan lagi antara aku dengan Mama mertuaku. Kuambil mamajeruk yang ada disamping Mama mertua, dan segera kucuci piring-piring yang sudah menumpuk di kitchen sink, tanpa protes sedikitpun walau Mama mertua hanya mengawasiku layaknya aku seorang asisten rumah tangga yang masih baru bekerja. Prang [suara piring jatuh]Tak sengaja piring yang aku cuci tiba-tiba lepas d
"Sayur kangkung lagi?" sungut Mama mertua saat membuka tudung saji yang ada di meja makan. Gubrak [suara tudung saji yang dilempar oleh Mama mertua]"Aku tak selera makan!" bentak marah Mama mertua kepadaku."Maafkan Zahwa Mah, biar Zahwa masakkan makanan yang Mama inginkan sekarang," tuturku menawarkan masakan yang Mama ingin. Mama mertua tak henti-hentinya mencari kesalahan dan selalu memarahiku layaknya babu. Tak lama kemudian Keisya datang kembali kerumah ini, semenjak Mas Leo tak ada dirumah, Keisya jadi sering main kesini dan seenaknya keluar masuk rumah Mas Leo. "Pagi Tan?" Keisya datang dengan membawa paper bag coklat yang lumayan besar. Entah apa yang ada di dalam paper bag itu, ia tersenyum simpul kearahku layaknya orang mengejek, lalu ia menyerahkannya sebuah paper bag yang ada ditangannya kepada Mama mertuaku. "Wah apa nih sayang?" ucapnya lembut kepada Keisya, perempuan yang sama liciknya dengan Mama"Tante udah sarapan belum?" tanyanya "Boro-boro tante sarapan, l
"Tidakk...!"Zahwa tersentak bangun dengan keringat mengucur deras, jantung berdebar kencang, sekaligus napas terengah-engah seperti orang yang sedang dikejar oleh seekor harimau ganas. "Ya tuhan, apakah ini hanya mimpi buruk?" lirihku, ku sorot ke semua sudut kamar untuk memastikan bahwa tak ada mama mertuaku disini. Semoga ini benar-benar hanya mimpi buruk.Mimpi itu seperti benar nyata, membuat tenggorokanku serak dan haus, mungkin saja tadi teriakan yang keluar dari mulutku memang benar-benar terjadi sperti dalam mimpi. Aku bergegas pergi kedapur untuk mengambil air dingin didalam kulkas, tak lama kemudian kuteguk air dingin yang ada ditanganku ini cepat. "Alhamdulillah!" ucapku bersyukur karena tenggorokanku mulai basah dan rasanya begitu segar saat dirasa. Setelah minum aku langsung bergegas kembali ke kamar, aku menaiki anak tangga setapak demi setapak langkah kaki ini. Suasana malam ini begitu hening sepi hanya sedikit cahaya yang menerangi rumah, cahaya itu bersumber dari
"Tolong dok katakan! ada apa dengan Mama!" cecar pertanyaan Reza kepada dokter yang menangani Mama mertua. "Baik Pak, mohon maaf bahwa Mama anda mengalami kelumpuhan di total di kakinya!" ucap jelas dokter yang menangani Mama itu. "Apa Dok? Innalillahi Wa inna ilaihi rojiun!" ujar kaget diriku.Seketika perasaan adik tiri Leo bergemuruh hebat. Sudut netranya mulai memanas, kulihat kepalan tangan Reza semakin erat mengeringat saat kulihat jelas dimata. "Mama?" bibirnya mulai bergetar ketika ia mendengar kondisi terkini."Jika Bapak dan Ibu ingin bertemu dengan Mamanya, silahkan!" ucap dokter yanga ada didepan kamiAku dan Reza segera menemui ibu yang sedang berbaring diatas tempat tidur rumah sakit, niat hati aku ingin berbicara baik-baik dan meminta maaf kepada Mama mertuaku itu. "Mama!" lirihku memanggil wanita paruh baya itu. "Pergi kamu Zahwa! pergiiii! aku tak mau melihatmu lagi!" teriak Mama mengusirku. Tangisku terisak saat mama mertuaku mengusirku dan tak melihatku lagi.