Candra menatap senyuman Amel yang terukir, ia sedang menunggu respon Amel setelah Pukki menyampaikan kata-katanya."Kamu sudah selesai bicara?" pertanyaan itu Amel ucapkan dengan datar.Tanpa menunggu jawaban dari Pukki, Amel menarik napas panjang lalu melepasnya perlahan."Kamu bilang, kamu wanita dan mengerti perasaanku, bukan?""Wanita baik-baik, tidak akan pernah mau merusak kebahagiaan wanita lainnya!""Wanita baik-baik, tidak akan pernah tergoda sekeras apa pun godaan dari pria yang sudah memiliki anak dan istri!""Kamu hanya pintar bicara! kamu hanya pintar bersandiwara!""Dari awal, kamu sudah tau kalau laki-laki yang mendekatimu itu bukan pria tanpa istri!""Dan dengan kejinya, di belakangku kamu justru mengatakan, kalau kamu tidak serius ingin berpisah dengan suamiku setelah kamu menyetujui permintaanku untuk meninggalkan laki-laki ini!" hati Amel mulai terbakar melontarkan kata-kata yang selama ini ingin ia sampaikan.Di seberang, Pukki bergeming tak mampu menjawab ucapan Am
"Aku sumpahkan, hidupmu akan selamanya seperti itu, MENUMPANG!" umpat seorang pria bernama Candra pada mantan istrinya lewat pesan singkat."Kita lihat, sumpahmu atau sumpahku yang akan terkabulkan!" imbuh Candra tanpa hentinya mencaci maki seseorang yang telah ia khianati."Apa aku ada menyumpahimu?""Dari awal kita menikah bahkan sampai detik ini, justru kamu yang kerap mencaci maki dan menyumpahiku," jawab Amel."Dan asal kamu tau, sebanyak apa pun harta yang dimiliki seseorang akan musnah dalam sekejab mata jika dia berprilaku sombong dan suka merendahkan orang lain!" timpal Amel menambahkan.Lebih dari 60 menit, Candra dan Amel saling berbalas pesan. Tak sedikit hinaan yang di lontarkan Candra pada Amel.Rasa sesak di dada Amel ia tahan sekuat tenaga, tak setetes pun air mata tumpah dari pelupuk matanya. Sebab ia sudah terbiasa mendapat hinaan yang bahkan lebih menyakitkan dari itu selama 8 tahun mereka membina rumah tangga.Kata-kata kotor bahkan Candra lontarkan pada Amel. "S
Malam ini kedua anak Amel sudah terbuai dalam mimpi indahnya. Saatnya Amel memulai kegiatannya yaitu menulis. Amel memang kerap mengambil waktu disaat kedua malaikat kecilnya itu tertidur pulas. Sebab saat itulah Amel bisa mencurahkan segala yang ia rasakan lewat goresan penanya.Tampak ia sedang duduk sendiri di balkon kamarnya, disanalah sehari-harinya Amel bisa menuangkan semua ide yang ada di kepalanya.Namun tak jarang ia menangis tersedu-sedu, kala harus mengembalikan ingatannya ke masa beberapa bulan yang lalu. Beberapa karya yang sudah ia terbitkan tidak lain adalah kisah nyata kehidupannya sendiri.-eight months ago-"Ceraikan aku!" teriak Amel pada Candra di hari ke empat lebaran idul fitri itu."Aku nggak mau, tolong jangan seperti ini bunda!" jawab Candra yang baru saja di bangunkan Amel dari tidurnya. Bukan tanpa sebab Amel membangunkan laki-laki yang sudah mendampinginya selama 8 tahun itu. Ia yang baru saja mengetahui bahwa Candra ternyata sudah berselingkuh, dengan seo
"Kapan kita akan jadi orang kaya, kalau kamu tidak mengijinkanku untuk menikah lagi?" tukas Candra tanpa rasa malu."Astagfirullah...." gumam Amel, menatap lekat pada kedua netra Candra."Kamu tau kan, di agama kita laki-laki di perbolehkan menikah lebih dari satu kali, selama dia mampu?" imbuh Candra mencari pembenaran atas perbuatan dzolim-nya."Apa kamu sudah merasa mampu?" tanya Amel ketus."Ya, aku memang yakin mampu," jawab Candra dengan entengnya."Candra! Lihat aku!" titah Amel."Kamu lihat saat ini aku dan anak-anakmu tidur dimana?" tukas Amel penuh penekanan.Candra tidak menjawab."Kenapa diam!""Apa kamu malu dengan ucapan kamu yang tadi, yang mengaku sudah mampu?""Aku dan kedua anakku saja, masih tidur di rumah ibumu!""Dimana aku harus banyak bersabar dengan sifat ibumu yang juga kerap membuat masalah! karena aku dan anak-anakku masih menumpang di rumahnya!" tutur Amel tanpa jeda."Tapi kamu juga harus tau satu hal lagi Amel, di agama yang kita anut, juga memperbolehkan
Sejak kepergian Amel dan kedua anaknya yang secara diam-diam, tentu membuat riuh suasana di kediaman orang tua Candra, tempat dimana selama 3 tahun terakhir ini Amel dan anak-anaknya tinggal."Udah, biarin aja Amel pergi. Itu sudah keputusannya dia. Nggak perlu kamu cari lagi," tukas ibunya Candra."Tapi Amel bawa anak-anakku mak! biar gimana pun, aku tetap akan mencari mereka!" sahut Candra pada ibunya.Ibunya mendengus kesal atas jawaban Candra.Tahun ke tiga pernikahan Amel dan Candra, sang ibu pernah meminta Candra untuk meninggalkan Amel. Dengan alasan Amel tidak bisa menempatkan diri sebagai menantu di keluarga besar Candra. Namun itu hanyalah alasan sang ibu semata. Fakta yang terjadi tidak lain adalah masalah keuangan yang seluruhnya di kendalikan oleh Amel sebagai istri."Kalau aja kamu belum punya anak, emak sudah minta kamu ninggalin Amel!" ketus bu Yati pada Candra sang putra.Candra tidak sedikit pun melakukan pembelaan terhadap Amel, ia hanya diam bag kerbau yang di tusu
Satu bulan sudah Amel dan kedua anaknya meninggalkan kota Kediri dan selama itu pula Candra kerap meminta Amel untuk pulang. Tanpa rasa bersalah, Candra meminta Amel pulang namun tidak memberi keputusan bahwa ia akan meninggalkan selingkuhannya.Amel yang sudah bertekad tidak akan pernah kembali lagi ke kota Kediri itu, membuat Candra sempat memberi ultimatum pada Amel."Kalau memang keputusanmu sudah bulat, aku tidak akan memaksamu lagi. Tapi aku akan memperjuangkan hakku sebagai bapak dari Galang dan Ruby!" ucap Candra pada Amel melalui sambungan telepon."Silahkan, satu hal yang pasti, aku tidak pernah berniat untuk memutus hubunganmu dengan anak-anak. Justru kamu sendiri yang menjauh dari anak-anak!" jawab Amel."Aku tidak menjauh, tiap kali aku menghubungi mereka, apa mereka mau bicara denganku?""Apa aku tidak berusaha mendekatkan diriku kembali pada mereka?" imbuh Candra."Jangan tanya aku! tanya pada dirimu sendiri, kenapa anak sekecil mereka bisa sampai mempunyai rasa tidak s
Candra yang tak juga merasa puas, bersikeras memberondong Amel dengan segala pertanyaan yang menyudutkannya."Apa kesalahanku pada mereka, sampai mereka begitu bencinya padaku!""Kalau bukan kamu yang sudah mengotori pikiran mereka!" pekik Candra meradang."Kamu masih tanya, apa kesalahanmu?""Wah, hebat sekali anda tidak menyadari apa yang sudah anda lakukan pada kami?" sarkas Amel."Mereka bukan tumbal untuk masalahmu denganku!" ucap Candra."Hey! secara tidak langsung, mereka sudah jadi korban atas perbuatanmu! meski aku yang kamu sakiti, dampaknya pada siapa!" pukas Amel."Kamu boleh tanya pada orang-orang yang senasib dengan mereka, apa mereka baik-baik saja setelah di jadikan korban keegoisan orang tuanya!" imbuh Amel."Aku cuma minta satu hal sama kamu, Mel!""Jangan memutus hubungan antara Bapak dan anak, kalau kamu mau hidupmu lebih tenang.Tak henti-hentinya Candra menuduh Amel telah mendoktrin pikiran anak-anaknya, meski ia telah mendengar sendiri penolakan kedua anaknya.S
Apa Candra pernah menghubungi anak-anaknya?" tanya salah satu saudara Amel melalui sambungan telepon."Pernah kak, tapi anak-anak nggak ada yang mau ngomong sama bapaknya.""Terutama Galang, dia bahkan ngelarang aku berhubungan dengan bapaknya," jawab Amel pada saudaranya tersebut yang bermukim di kota Medan."Bisa di maklumi, dia anak laki-laki dan sudah cukup mengerti keadaan kedua orang tuanya.""Meski begitu, kamu jangan bosan selalu ingetin dia.""Karena bagaimana pun juga, Candra itu tetap bapaknya.""Tapi jangan terlalu memaksakan, biarkan dia belajar untuk menerima dulu.""Semakin kamu paksa dia untuk menerima, semakin hatinya menjauh dan tidak menutup kemungkinan dia bisa melupakan bapaknya," nasehat dari sang kakak untuk Amel."Iya kak, makasih ya kak untuk semua dukungan dan doanya," ucap Amel sebelum mereka mengakhiri obrolan.****Sudah hampir dua bulan Amel menetap di sebuah kota pusat industri, yang letaknya di seberang negara t