Calia melanjutkan langkahnya, meninggalkan Divya yang masih terperangah oleh kata-katanya. Ya, tadi sangat jelas Lucius menyuruhnya untuk masuk ke dalam kamar mereka. Itu artinya tidak ada siapa pun yang sudah menggantikan dirinya di kamar lama mereka, kan. Setidaknya itu sedikit memberinya keberanian untuk melawan sang mertua dan Divya yang masih dan tak henti-hentinya menginginkan Lucius.Ia bahkan tak peduli jika Lucius memang sudah menikah dan mungkin sudah memiliki anak dengan wanita lain. Tapi … cincin pernikahan mereka tak pernah lepas dari jari manis pria itu. Saat ia mendatangi Lucius malam itu dengan tiba-tiba, hingga sekarang.Bukan perasaan Lucius yang selama ini menjadi masalah dalam pernikahan mereka. Juga bukan berapa banyak wanita yang menginginkan pria itu. Dirinyalah masalah dalam pernikahannya. Perasaannya yang masih melekat pada masa lalu merekalah yang menjadi masalah dalam pernikahan mereka.Begitu masuk ke dalam ruangan luas yang menjadi kamar utama kedua di rum
“Apa?” Caleb melompat berdiri saling terkejutnya dengan apa yang baru saja dijelaskan oleh Calia. “B-bagaimana mungkin aku tidak tahu tentang ini, Calia. Aku yang menunggumu di depan ruang operasi.”“Lucius pasti menyembunyikannya dari siapa pun, Caleb. Aku… aku bahkan kehilangan kata-kata untuk semua yang dilakukannya padaku.Kening Caleb berkerut, mendadak teringat sesuatu. “Ah, ya. Hari itu dia tiba-tiba mengatakan ada perjalanan bisnis keluar negeri dan kembali satu minggu kemudian.”“Dokter bahkan tak mengatakan apa pun. Hanya mengatakan kalau operasi berjalan lancar dan semuanya baik-baik saja berkat bantuan dari Lucius. Kupikir itu karena koneksi dan uangnya yang membuatmu mendapatkan donor lebih cepat. A-aku …” Caleb kembali membanting pantatnya di kursi sambil mengusap wajah dengan kedua telapak tangan. “Kupikir hanya sampai di sana keterlibatannya dalam operasi mu,” desahnya lirih.Mata Calia ikut terpejam. Setelah operasi tersebut dan ia dinyatakan sembuh, saat itu tiba-tib
Calia bergabung di meja makan dan duduk di samping Zaiden, mengabaikan tatapan tidak suka dua wanita di seberang meja dan menyibukkan diri dengan isi piringnya. Dan sesekali menanggapi celotehan kedua anaknya yang menceritakan kebahagiaannya dengan semua yang ada di rumah ini.Setelah malan, kedua pengasuh membawa Zsazsa dan Zaiden. Juga Cailey. Vania dan Divya beranjak lebih dulu. Meninggalkan Calia dan Rhea yang paling akhir menyelesaikan makan malamnya karena harus menyuapi Cailey lebih dulu.."Kau kembali ke rumah ini?" ucap Rhea memecah keheningan di meja makan.Calia yang tengah mengunyah suapan terakhirnya meletakkan sendoknya. Menatap Rhea dengan ekspresi yang datar dan anggukkan singkat menanggapi seulas senyum yang diberikan pria itu.Setelah menandaskan gelas jusnya, Calia bangkit berdiri dan langsung keluar dari ruang makan."Tunggu, Calia." Rhea menangkap pergelangan tangan Calia yang hendak menaiki anaka tangga pertama.Calia memutar kepala dan menatap Rhea. Menunggu be
Calia menatap Lukas lebih dalam sebelum memastikan pria itu mendengarkan dengan seksama jawaban yang akan diucapkannya. “Kau tahu jawabannya, Lukas.”Kekecewaan melintasi wajah Lukas akan keyakinan di kedua mata Calia. “Lucius bisa saja memalsukan data mereka untuk membalas kita berdua. Ck, kau pasti tak terkejut dengan keposesifannya, kan. Dia bahkan tidak menceraikanmu hanya karena tak ingin kau menjadi milik pria lain. Tak sudi untuk menyentuhmu tapi juga tak ingin membuangmu.”Calia lebih dari tahu untum yang satu itu. Tapi ia bahkan tak keberatan, setidaknya baginya semua hukuman itu sebagai bentuk rasa bersalahnya terhadap apa yang sudah mereka lakukan di belakang Lucius. “Ya, mungkin saja Lucius bisa melakukan itu.”Ujung bibir Lukas menyeringai.“Ketika mengetahui diriku hamil. Aku sempat merasa ragu apakah anak ini miliknya atau bukan. Aku tertekan oleh rasa bersalahku untuk kesalahan terbesar yang pernah kulakukan dalam hidupku.” Calia menatap lurus kedua mata Lukas. Memasti
Setelah menyiapkan pakaian ganti untuk Lucius, Calia gegas pergi ke kamar si kembar untuk memastikan kedua buah hatinya tersebut sudah bangun dan bersiap ke sekolah. Rupanya dua pengasuh yang dipekerjakan oleh Lucius melakukan tugasnya dengan baik. Membangunkan Zsazsa dan Zaiden dan saat ia muncul, kedua anaknya sudah rapi dengan seragam baru mereka. Begitu pun dengan peralatan sekolah mereka. Mulao dari sepatu, tas, dan semua kebutuhan keduanya.Zsazsa menyambutnya dengan riang dan memeluknya. Sedangkan Zaiden terlihat tenang seperti biasa. Memegang tangan sang mama dan ketiganya pun turun untuk bergabung di meja makan. Kecuali Lucius, semua orang di rumah ini sudah duduk di kursi masing-masing. Termasuk Divya dan adik perempuan Lucius, Leana. Keduanya tampak kompak menatap kemunculannya dengan raut tak suka. Ya, Leana dan Divya memang berteman sejak kecil. Alasan yang bagus bagi Leana untuk tidak menyukainya.Sejenak pandangannya bertemu dengan Rhea dan Lukas yang duduk di samping C
“Kau kembali?” Calia terheran melihat Lucius yang kembali ke kamar perawatan Zayn. Ia pikir pria itu akan langsung ke kantor setelah mendapatkan hasil tesnya dari dokter yang tak akan mengubah apa pun. Seberapa pun keras kepalanya Lucius, dokter jelas tak akan membahayakan nyawa pasiennya.Lucius mengangguk, menyandarkan tubuhnya di ranjang dengan kedua tangan bersilang dada dan menatap sang putra lama kemudian beralih pada Calia.Calia yang tak tahan dengan tatapan lekat Lucius akhirnya memilih bersuara lebih dulu. “Kenapa kau menatapku seperti itu?”“Kau berpikir aku tak sanggup menyelamatkan nyawanya?”“Aku tak pernah meragukan usahamu, Lucius.”Ujung bibir Lucius tersenyum. “Aku sudah bicara dengan dokter.”Kedua alis Calia menyatu. Ya, pria itu pergi sudah satu jam yang lalu. Jika tidak pergi ke kantor, pasti ada banyak pembahasan yang Lucius bicarakan. “Mengenai kemoterapi Zayn besok?”Lucius mengangguk. “Salah satunya.”Calia tak mengatakan apa pun. Jika sebelumnya ialah yang s
Setelah menyuapi dan membacakan cerita untuk Zayn, putranya itu akhirnya kembali terlelap ketika jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 2 siang. Caleb mengirim pesan akan menjemput Zsazsa dan Zaiden jadi memintanya untuk menghubungi sopir yang diutus Lucius dan membiarkan kedua anaknya ikut bersama sang paman untuk makan siang dan akan membawa mereka ke rumah sakit. Ia tengah melamun dengan tangan menggenggam tangan Zayn yang ditempeli jarum infus ketika pintu ruangan diketuk dari luar. Calia memutar kepalanya dan menatap lubang kaca di tengah pintu. Sepertinya seorang pria melihat setelan jas berwarna biru gelap yang dikenakan orang itu. Lucius tak mungkin mengetuk pintu dan Caleb sedang bersama si kembar.Wajah Calia segera memucat menyadari siapa yang tengah berdiri di balik pintu tersebut. Ia sudah bangkit berdiri, mencegah pria itu masuk. Namun terlambat, pintu sudah digeser terbuka dan Lukas melangkah masuk.“Apa yang kau lakukan di sini, Lukas?” Calia menghadang
“Aku sama sekali tak memiliki masalah dengannya, Lucius.”Wajah Lucius mengeras. “Kalian bertemu di rumah sakit.”“Caleb memintaku untuk memberikan berkas padanya.”“Dan dia datang ke sini untuk mengambilnya?” sinis Lucius dengan kekesalan yang semakin menumpuk.“Dia sedang ada urusan di sekitar sini.”“Kau pikir ini sebuah kebetulan?”Calia mendesah pelan. “Aku tak peduli ini sebuah kebetulan atau tidak, Lucius. Tapi kau tahu ini hal yang berbeda. Tidak bisakah kau memisahkan hal ini?”“Kau istriku, Calia.”“Ya. Dan pekerjaanku tidak ada hubungannya dengan pernikahan kita.”“Apa?” Mulut Lucius menganga tak percaya dengan pernyataan tersebut.“Aku mendapatkan pekerjaan ini untuk bertahan hidup dan aku menyukai pekerjaanku. Tidak ada hubungannya dengan perusahaan itu milik Alex Morgan atau fakta bahwa kalian saling bermusuhan. Apakah alasan itu tidak cukup bagimu membiarkan hal ini?”Lucius bergeming, menatap lurus ke kedua mata sang istri.“Delapan tahun, Lucius. Aku berusaha memperta