Keith menghembuskan nafas berat, setelah itu dia memerintahkan Zack, “bawa Archer ke dalam kamarnya.”“Baik, Tuan,” jawab Zack patuh. Dia tidak berani menunda lagi dan bergegas menggandeng Archer, membawanya masuk ke dalam rumah.Keith menatap Anna, lalu berkata dengan nada tidak senang, “ini semua salahmu.”“Hei, daripada menyalahkanku, bagaimana kalau kita memikirkan solusinya?” celetuk Anna seraya berjalan mendekat.Keith menatap Anna dengan waspada, “solusi? Solusi apa?”“Bagaimana kalau begini. Setiap kali ada Archer, kamu berpura-puralah bersikap lembut kepadaku. Kita tunjukan kepadanya kalau hubungan kita baik-baik saja. Aku yakin dia akan mulai membuka hatinya kepadamu,” saran Anna.“Tidak. Aku bisa membuatnya menyukaiku tanpa bantuanmu,” tolak Keith seraya berjalan pergi meninggalkan Anna.Anna menggeleng pelan dan berkata di dalam hatinya, “Keith benar-benar keras kepala.” Setelah itu, dia berlari mengikuti Keith masuk ke dalam rumah.Anna melihat sekeliling ketika memasuki
Keith berjalan menaiki tangga, menuju kamar yang telah dia sediakan untuk Archer. Kamar itu terletak tidak jauh dari kamarnya dan juga kamar Anna. Hanya dipisahkan oleh ruang keluarga.Setelah sampai di depan pintu kamar, Keith menarik nafasnya dalam-dalam, menenangkan dirinya sejenak. Dia selalu tenang setiap kali menghadapi bisnis-bisnis besar. Namun entah mengapa, dia menjadi gelisah ketika harus menghadapi anak yang belum genap berusia 3 tahun.Setelah Keith merasa sedikit tenang, dia memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu.Tok! Tok! Tok!Hening. Tidak ada jawaban dari dalam kamar.Keith mengerutkan alisnya, lalu kembali mengetuk pintu. Akhirnya, sebuah suara bayi terdengar dari dalam ruangan.“Siapa?” tanya Archer.“Ini aku … ini Papa,” jawab Keith tegang.Hening. Tidak ada jawaban lagi dari balik pintu.“Archer, bisakah Papa masuk? Papa ingin mengobrol denganmu,” tanya Keith lagi.Akhirnya, suara langkah kaki berjalan mendekati pintu. Tanpa sadar, sudut bibir Keith menyungg
Anna mengangguk dengan antusias, “ya, berkebun! Aku ingin menanam sayuran dan buah-buahan. Apakah kamu mengetahui dimana aku bisa melakukannya?”“Itu … sebentar Nyonya. Biar aku bertanya kepada Tuan dulu,” kata Rose. Bagaimana kalau tuannya marah karena melihat nyonya mereka berkebun? Rose bergegas berjalan menuju sudut tembok, mengeluarkan HPnya lalu menekan layar telepon genggamnya. Tidak lama kemudian, suara seorang pria terdengar di seberang telepon.“Halo? Apakah dia berulah?” tanya Keith. “Tidak, Tuan, bukan seperti itu,” sangkal Rose cepat.“Lalu?” tanya Keith.“Nyonya … Nyonya ingin berkebun,” jawab Rose.“Berkebun?” Keith menduga dirinya salah dengar. Dia tidak pernah mendengar Tiana menyukai kegiatan berkebun sebelumnya.“Iya Tuan, berkebun,” jawab Rose.“Apakah maksudmu berkebun seperti memegang tanah, cangkul, menanam tanaman?” Keith tiba-tiba saja merasa dirinya sedikit bodoh.“Ya,” jawab Rose sedikit geli. Dia sudah bekerja di rumah keluarga Wilson semenjak Keith lahir
“Ya, dia memang Papamu,” jawab Anna seraya mengangguk.“Lalu, kenapa selama ini dia meninggalkan kita?” tanya Archer.Anna tercekat. Dia tidak menduga Archer akan tiba-tiba saja menanyakan pertanyaan ini. Berapa umurnya? Dia belum berusia 3 tahun tapi pemikirannya selalu terlihat lebih dewasa dari anak seumurannya.Setelah beberapa saat, Anna menggeleng pelan. Dia menjawab dengan wajah menyesal, “tidak. Bukan Papamu yang meninggalkan kita. Tapi Mama yang pergi meninggalkan Papa.”Ketika mendengar jawaban Anna, Archer terlihat sedikit bingung, “mengapa Mama meninggalkannya? Apakah karena dia selalu bersikap jahat kepada Mama?”Anna menghela nafas pelan dan tersenyum kecut, “tidak. Ada beberapa kesalahpahaman antara Mama dan Papa di masa lalu. Ini semua salah Mama. Tapi sekarang, demi Archer, kami akan memperbaikinya. Mama harap Archer bisa mulai menerima keberadaan Papa.”“Selama dia bersikap baik kepada Mama, aku pasti akan bersikap baik kepadanya juga!” jawab Archer tegas. Dia tetap
Suasana di ruang makan tampak hening, hanya terdengar suara dentingan garpu dan pisau. Archer melirik kedua orang tuanya dari waktu ke waktu, berusaha menilai mereka. Tapi, bagaimana mungkin anak berusia 2 tahun bisa mengalahkan pengalaman orang dewasa?Keith dan Anna menyadari tatapan menilai Archer dan mereka berpura-pura tidak tahu.Anna berdehem, menoleh ke arah Keith dan bertanya dengan nada lembut, “Sayang, apakah kamu ingin menambah sesuatu? Steak? Atau mashed potato mungkin?”Keith masih merasa kikuk dengan panggilan Anna, tubuhnya kembali menegang. Tapi dia berusaha menjaga ketenangannya di permukaan dan menjawab, “tidak, terima kasih.”Anna menoleh ke arah Archer, “bagaimana denganmu? Apakah kamu ingin tambah sesuatu?”Archer menggelengkan kepalanya pelan dan menjawab dengan sopan, “tidak, Mama. Aku sudah kenyang, terima kasih.”Setelah itu, suasana kembali hening hingga mereka semua menyelesaikan makan malam. “Bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar di taman untuk men
“Sayang, jam berapa kamu akan pulang hari ini?” tanya Anna. Dia dan Archer sedang berjalan menuju teras untuk mengantarkan Keith yang hendak pergi bekerja. Keith melirik ke arah Anna, lalu Archer yang juga sedang menatapnya. Dia menjawab dengan hati-hati, “seperti biasa, sekitar jam 7 malam.”Anna mengangguk puas. Dia lalu menunduk dan berbicara kepada Archer, “Papamu akan berangkat kerja. Ayo, katakan sesuatu.”Archer melihat ke arah Keith, lalu berkata dengan sedikit ragu-ragu, “hati-hati di jalan.” Pada akhirnya, dia tetap belum bisa memanggilnya dengan sebutan Papa. Dia masih bisa melihat sikap Keith yang kaku kepada ibunya.Raut wajah Keith sedikit melembut ketika mendengar perkataan anaknya. Setidaknya hubungan mereka sudah mengalami kemajuan. Dia mengangguk kepadanya Ketika ketiga orang itu hampir sampai di depan pintu ketika mereka terdengar beberapa suara langkah kaki yang mendekat dari arah balik pintu. Alis Keith sedikit mengernyit, merasa tidak senang. Pelayan mana yang
Anna menoleh dan menatap Esme dengan tatapan tajam. Dia sangat mengetahui apa tujuan Esme. Sepupu tersayangnya ini hendak menghancurkan kepercayaan Keith kepadanya. Esme mengangkat salah satu alisnya. Sudut bibirnya sedikit terangkat dan dia menatap Anna dengan tatapan provokatif seolah-olah bertanya, apa yang akan dikatakan Anna untuk membela dirinya.Anna hendak membalas perkataan Esme, namun, tanpa diduga, Keith mendahuluinya.“Apa yang kamu katakan? Apakah kamu tidak tahu kalau perkataanmu bisa mencemarkan nama baik keluarga Wilson?” Keith bertanya dengan nada dingin. Dia mungkin masih merasa sangat kesal kepada Anna, namun dia tidak akan membiarkan siapapun berbicara omong kosong mengenai Archer.Esme menciutkan lehernya, merasa ketakutan saat melihat tatapan Keith. Dia buru-buru berkata, “ah, Tuan Keith, bukan seperti itu. Aku hanya … aku hanya … aku hanya merasa kasihan kepadamu. Bagaimana kalau Tiana menipumu selama ini?”Tiana tertawa dengan marah. Matanya menatap Esme denga
Anna berdiri, melihat penampilannya sendiri di depan cermin. Dia mengenakan gaun A-line berwarna putih selutut. Rambutnya ditata dengan sanggul sederhana, dengan hiasan bunga kecil terselip diantaranya. Wajah Anna terlihat cantik natural, dengan riasan tipis. Dia tidak lupa menenteng sebuah tas clutch dan juga menggunakan sepatu hak tinggi yang berwarna senada. Anna mengenakan sepasang anting berlian yang terlihat sederhana, namun sangat anggun. Di lehernya tergantung sebuah kalung dengan rantai tipis, tetapi liontin berlian berbentuk mata air tidak bisa meremehkan penampilannya. Dia juga tidak lupa mengenakan cincin pernikahan di jarinya.Setelah merasa penampilannya cukup anggun, Anna mengangguk puas. Dia berpikir kepada dirinya sendiri, “seharusnya penampilan ini tidak akan membuat malu.”Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu di luar disertai suara datar seorang pria, “apakah kamu sudah siap?”Anna melirik ke arah jam. Jam tujuh kurang lima. Dia berbisik pada dirinya sendiri, “