Seorang wanita cantik tampak tergesa memasuki sebuah kantor di Jakarta sambil menarik sebuah koper. Ia segera menuju ke sebuah ruangan yang memiliki jabatan penting di tempat itu. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, perempuan itu langsung masuk sehingga mengejutkan seseorang yang berada di dalamnya.“Sovia, kapan kamu datang?” tanya lelaki itu yang sangat terkejut melihat kedatangan wanita yang dikenalnya.“Di mana Al, Zein?” Sovia tidak menjawab dan langsung balik bertanya.Zein segera berdiri dan menghampiri Sovia lalu berseru, “Duduklah! Tenangkan dirimu!”kemudian Zein segera mengambil sebotol air mineral dari sebuah kulkas mini dan memberikannya kepada Sovia. Kemudian ia ikut duduk di hadapan wanita itu. "Terima kasih," ucap Sovia sambil menerima pemberian Zein dan meminumnya beberapa teguk. Setelah beberapa saat kemudian, ia terlihat lebih tenang."Sekarang ceritakanlah, aku siap mendengarkannya!" seru Zein kembali. “Sudah beberapa hari Al tidak bisa dihubungi. Aku takut te
Tuan Adam memutuskan untuk sementara waktu akan menentap di Indonesia sampai menemukan Sari. Maka dari pada itu, ia segera menghubungi yayasan penyalur asistan rumah tangga dan keamanan. Tidak butuh waktu lama seorang perempuan dan dua orang security segera dikirim mengurus dan menjaga villanya.Tuan Adam memilih stay di vila karenadi tempat inilah hatinya merasa tentram. Ia ingin fokus mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Bahkan sampai mengurung diri di dalam kamar untuk merenung dan melakukan ibadah. Hanya cara seprti itulah ia bisa merasa sedikit lebih tenang.Masalah pekerjaan bisa dikendalikan dari rumah. Lagi pula di kantor sudah ada Zein sebagai wakilnya. Jadi ia bisa fokus mencari Sari.“Kamu ada di mana Sari?” lirih Tuan Adam sambil menatap taman. Tiba-tiba bayangan sari sekilas berlari di hadapannya. Lelaki itu tampak tersenyum mengingat kebersamaan mereka waktu itu di sini.“Al,” panggil seseorang yang membuyarkan lamunan Tuan Adam. Tuan Adam segera menoleh dan menatap d
Pagi ini sangat cerah, langit berwarna biru dengan untaian mega berwarna putih. Tuan Adam dan Sovia terlihat sedang sarapan dan fokus dengan makannya masing-masing.“Cepat habiskan! Aku akan mengajakmu ke suatu tempat,” seru Tuan Adam yang memecah keheningan di antara mereka.“Kita mau ke mana?” tanya Sovia dengan mata yang masih sembab.“Ke taman bunga, anggap saja kita sedang liburan di sini,” jawab Tuan Adam sambil menyudahi sarapannya.“Baiklah, tunggu sebentar aku ganti baju dulu,” sahut Sovia yang segera beranjak dari tempat duduknya.Tuan Adam menjawab dengan anggukkan dan berkata, “Kutunggu di mobil ya.” Tidak lama kemudian Sovia sudah keluar dari vila, ia terlihat mengenakan dress dan sebuah kaca mata hitam. Terlihat sangat cantik dan simpel. Tuan Adam segera membukakan pintu mobil dan mereka meluncur pergi.Tuan Adam mengajak Sovia ke taman Bunga Nusantara, wanita itu terlihat senang sekali. Ini adalah pertama kalinya ia mengajak Sovia ke tempat yang cukup romantis. Terlih
Sari sangat terkejut melihat kedatangan putranya. Ia langsung menghambur menyambut Yusuf dan membawanya menjauh dari tempat itu. Mereka segera menghampiri Bayu yang tampak menyusul.Sementara itu Tuan Adam berbalik dan memandangi kepergian Sari. Ia tampak tersenyum melihat Sari dari kejauhan yang telah mempunyai suami dan seorang anak. Ketika wanita itu sudah hilang di balik pepohonan. Seketika Tuan Adam pun tersadar, jika belum mendapatkan ucapan maaf dari Sari. dirinya segera mengejar wanita itu.“Kamu kenapa?” tanya Bayu ketika melihat Sari dengan wajah yang ketakutan.Sari tidak langsung menjawab dan segera memberikan Yusuf minum. Ia kemudian mendekati Bayu dan berbisik, “ Kang, titip Yusuf sebentar! Aku bertemu dengan dia tadi di tempat ini dan semua harus jelas sekarang juga.”“Benarkah? Baiklah kalau begitu aku dan Yusuf akan tunggu di sini,” jawab Bayu yang dijawab anggukkan oleh Sari. Sari segera berlalu kembali ke taman untuk menemui Tuan Adam lagi. Namun, ketika ia sampai
Sovia, tadi aku ketemu teman lama jadi--““Jadi kamu melupakanku begitu saja, sampai meninggalkanku. Seberapa pentingkah temanmu itu?” potong Sovia sambil menatap Tuan Adam dengan mata yang berkaca-kaca.“Maaf, sungguh aku tidak berniat untuk meninggalkamu seorang diri di sana,” ucap Tuan Adam mencoba menjelaskan.“Cukup! Aku lelah dan sedang tidak ingin berdebat lagi denganmu Al,” sergah Sovia sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi memunggungi suaminya.Tuan Adam segera merebahkan tubuhnya di sisi Sovia. Dengan perlahan ia memeluk istrinya. Sovia tidak mengelak karena itu adalah kelemahannya yang tidak bisa jauh dari lelaki itu.***Sudah beberapa hari ini Sovia terlihat acuh tak acuh kepada suaminya. Ia ingin menunjukan kepada Tuan Adam, jika dirinya masih merajuk atas kejadian di taman bunga tempo hari. Sovia ingin tahu usaha apa yang akan lelaki itu lakukan untuk membuatnya jadi senang kembali.“Zein, tadi bilang ada beberapa masalah yang tidak kehandle olehnya d
Sovia tampak menunggu di depan di ruang UGD. Ia telihat gelisah dengan tubuh yang gemetar merasa takut. Jika sampai Tuan Adam tahu jika ia yang telah menabrak anak itu. Pasti dirinya akan disuruh pulang sekarang juga. Sovia tidak mau hal itu terjadi. Apa pun caranya ia akan tetap bertahan untuk menemani suaminya di sini.Setelah beberapa saat seorang dokter ke luar dari ruang itu dan bertanya,“Siapa tadi yang telah membawa seorang anak korban kecelakaan?” tanya dokter itu dengan serius.Sovia segera menenangkan dirinya dan menjawab dengan gugup, “Sa … saya Dok.”"Apakah ibu keluarga korban?" tanya dokter itu kembali."Bukan Dok, saya yang telah menolongnya," jawab Sovia dengan berusaha agar tetap tenang. "Sebaiknya ibu segera menghubungi keluarga korban karena anak itu butuh transfusi darah secepatnya!" saran dokter itu sambil memberitahu.“Iya Dok, tolong berikan perawatan yang terbaik! Berapa pun biayanya akan saya bayar,” sahut Sovia dengan penuh rasa tanggung jawab.“Bukan itu
Dengan memberikan berbagai alasan kepada Dokter. Akhirnya sehari kemudian, Sovia sudah boleh membawa anak itu pulang, tetapi bukan ke rumah korban melainkan ke vila suaminya. Tuan Adam tampak terkejut melihat istrinya pulang sambil menggendong seorang bocah. Tuan Adam laIu menatap ke arah Sovia dan bertanya, “Kenapa kamu bawa anak itu ke rumah ini? Bukankah dia masih butuh perawatan?” Tuan Adam terlihat heran.“Keluarga korban tidak ada yang datang Al dan aku tidak tahu di mana rumahnya,” jawab Sovia yang membuat Tuan Adam menggeleng.“Kamu bisa tunggu sampai anak itu siuman Sov. Lagi pula ada security yang bisa mencari tahu dengan datang ke lokasi kejadian,” ujar Tuan Adam yang tidak mengerti jalan pikiran istrinya.“Maaf tidak terpikirkan, sepertinya lebih baik anak ini menginap dulu di vila kita sampai ia siuman. Jadi bisa ditanya di mana rumahnya," saran Sovia yang terdengar masuk akal.Setelah berpikir sejenak, akhirnya Tuan Adam pun menyetujui, "Baiklah, tapi sebelum 2×24 jam
Sang Surya baru saja meninggi, cahayanya mulai memancar memeluk pagi dengan sinarnya yang hangat. Sovia tampak berjalan dengan menggendong seorang bocah lelaki. Kemudian mereka berhenti di meja makan untuk sarapan. Di mana Tuan Adam sudah terlebih dahulu duduk di sana.“Sekarang kamu makan ya, habis itu minum obat! Baru tante akan antar kamu pulang!” ujar Sovia sambil hendak menyuapi bubur.Anak itu tampak menggeleng sambil mengunci mulut mungilnya.“Ayo, buka mulutnya!” seru Sovia kembali, tetapi Yusuf kembali menggeleng, “Ya sudah kalau tidak mau.” Sovia terlihat putus asa untuk membujuk anak itu supaya mau makan, “Oh ya, nama kamu siapa?” tanyanya kembali sambil tersenyum.Bocah itu tidak menjawab dan tetap membungkam mulutnya dengan rapat.“Namanya Yusuf,” sahut Tuan sambil Adam menyeruput wedang jahe kesukaannya.“Kamu tahu dari mana, kalau namanya Yusuf?” tanya Sovia dengan heran.“Semalam dia menyebutnya ketika mengigau,” jawab Tuan Adam sambil menatap Yusuf yang tertunduk. K