Sari sangat terkejut melihat kedatangan putranya. Ia langsung menghambur menyambut Yusuf dan membawanya menjauh dari tempat itu. Mereka segera menghampiri Bayu yang tampak menyusul.Sementara itu Tuan Adam berbalik dan memandangi kepergian Sari. Ia tampak tersenyum melihat Sari dari kejauhan yang telah mempunyai suami dan seorang anak. Ketika wanita itu sudah hilang di balik pepohonan. Seketika Tuan Adam pun tersadar, jika belum mendapatkan ucapan maaf dari Sari. dirinya segera mengejar wanita itu.“Kamu kenapa?” tanya Bayu ketika melihat Sari dengan wajah yang ketakutan.Sari tidak langsung menjawab dan segera memberikan Yusuf minum. Ia kemudian mendekati Bayu dan berbisik, “ Kang, titip Yusuf sebentar! Aku bertemu dengan dia tadi di tempat ini dan semua harus jelas sekarang juga.”“Benarkah? Baiklah kalau begitu aku dan Yusuf akan tunggu di sini,” jawab Bayu yang dijawab anggukkan oleh Sari. Sari segera berlalu kembali ke taman untuk menemui Tuan Adam lagi. Namun, ketika ia sampai
Sovia, tadi aku ketemu teman lama jadi--““Jadi kamu melupakanku begitu saja, sampai meninggalkanku. Seberapa pentingkah temanmu itu?” potong Sovia sambil menatap Tuan Adam dengan mata yang berkaca-kaca.“Maaf, sungguh aku tidak berniat untuk meninggalkamu seorang diri di sana,” ucap Tuan Adam mencoba menjelaskan.“Cukup! Aku lelah dan sedang tidak ingin berdebat lagi denganmu Al,” sergah Sovia sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi memunggungi suaminya.Tuan Adam segera merebahkan tubuhnya di sisi Sovia. Dengan perlahan ia memeluk istrinya. Sovia tidak mengelak karena itu adalah kelemahannya yang tidak bisa jauh dari lelaki itu.***Sudah beberapa hari ini Sovia terlihat acuh tak acuh kepada suaminya. Ia ingin menunjukan kepada Tuan Adam, jika dirinya masih merajuk atas kejadian di taman bunga tempo hari. Sovia ingin tahu usaha apa yang akan lelaki itu lakukan untuk membuatnya jadi senang kembali.“Zein, tadi bilang ada beberapa masalah yang tidak kehandle olehnya d
Sovia tampak menunggu di depan di ruang UGD. Ia telihat gelisah dengan tubuh yang gemetar merasa takut. Jika sampai Tuan Adam tahu jika ia yang telah menabrak anak itu. Pasti dirinya akan disuruh pulang sekarang juga. Sovia tidak mau hal itu terjadi. Apa pun caranya ia akan tetap bertahan untuk menemani suaminya di sini.Setelah beberapa saat seorang dokter ke luar dari ruang itu dan bertanya,“Siapa tadi yang telah membawa seorang anak korban kecelakaan?” tanya dokter itu dengan serius.Sovia segera menenangkan dirinya dan menjawab dengan gugup, “Sa … saya Dok.”"Apakah ibu keluarga korban?" tanya dokter itu kembali."Bukan Dok, saya yang telah menolongnya," jawab Sovia dengan berusaha agar tetap tenang. "Sebaiknya ibu segera menghubungi keluarga korban karena anak itu butuh transfusi darah secepatnya!" saran dokter itu sambil memberitahu.“Iya Dok, tolong berikan perawatan yang terbaik! Berapa pun biayanya akan saya bayar,” sahut Sovia dengan penuh rasa tanggung jawab.“Bukan itu
Dengan memberikan berbagai alasan kepada Dokter. Akhirnya sehari kemudian, Sovia sudah boleh membawa anak itu pulang, tetapi bukan ke rumah korban melainkan ke vila suaminya. Tuan Adam tampak terkejut melihat istrinya pulang sambil menggendong seorang bocah. Tuan Adam laIu menatap ke arah Sovia dan bertanya, “Kenapa kamu bawa anak itu ke rumah ini? Bukankah dia masih butuh perawatan?” Tuan Adam terlihat heran.“Keluarga korban tidak ada yang datang Al dan aku tidak tahu di mana rumahnya,” jawab Sovia yang membuat Tuan Adam menggeleng.“Kamu bisa tunggu sampai anak itu siuman Sov. Lagi pula ada security yang bisa mencari tahu dengan datang ke lokasi kejadian,” ujar Tuan Adam yang tidak mengerti jalan pikiran istrinya.“Maaf tidak terpikirkan, sepertinya lebih baik anak ini menginap dulu di vila kita sampai ia siuman. Jadi bisa ditanya di mana rumahnya," saran Sovia yang terdengar masuk akal.Setelah berpikir sejenak, akhirnya Tuan Adam pun menyetujui, "Baiklah, tapi sebelum 2×24 jam
Sang Surya baru saja meninggi, cahayanya mulai memancar memeluk pagi dengan sinarnya yang hangat. Sovia tampak berjalan dengan menggendong seorang bocah lelaki. Kemudian mereka berhenti di meja makan untuk sarapan. Di mana Tuan Adam sudah terlebih dahulu duduk di sana.“Sekarang kamu makan ya, habis itu minum obat! Baru tante akan antar kamu pulang!” ujar Sovia sambil hendak menyuapi bubur.Anak itu tampak menggeleng sambil mengunci mulut mungilnya.“Ayo, buka mulutnya!” seru Sovia kembali, tetapi Yusuf kembali menggeleng, “Ya sudah kalau tidak mau.” Sovia terlihat putus asa untuk membujuk anak itu supaya mau makan, “Oh ya, nama kamu siapa?” tanyanya kembali sambil tersenyum.Bocah itu tidak menjawab dan tetap membungkam mulutnya dengan rapat.“Namanya Yusuf,” sahut Tuan sambil Adam menyeruput wedang jahe kesukaannya.“Kamu tahu dari mana, kalau namanya Yusuf?” tanya Sovia dengan heran.“Semalam dia menyebutnya ketika mengigau,” jawab Tuan Adam sambil menatap Yusuf yang tertunduk. K
Ketika Yusuf akan memberitahu nama ibunya, tiba-tiba pintu terbuka dan Sovia pulang dari mal."Yusuf sudah bangun?" tanya Sovia sambil tersenyum melihat bocah itu. Yusuf balik bertanya, "Tante beli mainan ya?" "Iya, ini buat kamu!" sahut Sovia sambil menyodorkan plastik belanjaannya. Yusuf menerima pemberian Sovia dengan senangnya. Sebuah mobil-mobilan truk dari plastik. Melihat itu Tuan Adam tampak mengernyitkan dahinya dan bertanya, "Jadi kamu ke mal cuma beli itu?" "Aku nggak jadi ke mal Al, ada pohon tumbang tadi di jalan. Jalanan macet dan putar arahnya susah. Jadi aku beli mainan yang ada saja di sepanjang jalan sambil pulang ke vila," jawab Sovia menjelaskan. "Pantes lama, terus bagaimana ini kita antar Yusuf pulang?" tanya Tuan Adam sambil berpikir. "Kita tunda saja, sampai pohon itu dibereskan oleh petugas!" saran Sovia yang dijawab anggukan oleh Tuan Adam. ***Waktu telah menunjukan hampir 2x24 jam. Sari dan Bayu sepakat untuk membuat laporan kehilangan Yusuf ke po
Hari berganti hari kondisi Yusuf mulai membaik. Sovia masih datang untuk menjenguk bocah itu dengan membawa berbagai macam makanan dan mainan. Wanita itu juga sangat royal kepada keluarga Bu Asih. Bahkan ia tidak pernah lupa mengantar Yusuf untuk kontrol.Sebenarnya Sari merasa keberatan dengan pemberian Sovia yang menurutnya terlalu berlebihan, tetapi ia merasa tidak enak untuk menolaknya. Mengingat wanita itulah yang telah menyelamatkan putranya. Sungguh sangat ironis jika Sari tahu yang sebenarnya.Setelah memeriksa luka bagian luar dan hasilnya cukup bagus, dengan diantar Sovia kini Sari menuju ruang dokter radiologi untuk mengetahui hasil rontgen kepala Yusuf.“Saya jadi tidak enak, Ibu sudah memberi kami terlalu banyak dan merepotkan,” ungkap Sari dengan sungkan.“Tidak apa-apa, saya sangat senang bisa membantu dan mengenal kalian semua,” jawab Sovia yang terlihat begitu tulus. "Sepertinya Yusuf haus Bu Puspa, lebih baik ibu beli minum untuknya!" saran Sovia sambil melihat ke a
Setelah Tuan Adam berangkat ke kantor, Sovia mulai sibuk dengan ponselnya. Ia kemudian terlihat menelepon seseorang. Dirinya sudah tidak sabar untuk mendapatkan kabar baik.[Assalamualaikum …,] ucap Sovia ketika panggilannya terhubung.[Waalaikumsalam …,] balas Sari dari seberang sana.[Bagaimana Ibu Puspa, apakah anda sudah memutuskannya?] tanya Sovia langsung pada pokok pembicaraan.Suasana tampak hening sejenak hingga Sari menjawab dengan suara yang berat, [Iya, Bu. tolong biayai operasi Yusuf.][Baiklah, kalau begitu saya akan menyiapkan berkas-berkas yang harus ibu tanda tangani!] ujar Sovia dengan senangnya.[Akan tetapi, bolehkan saya bertemu dengan Yusuf setelah dioperasi nanti?] tanya Sari dengan suara yang bergetar.[Tentu saja, lagi pula Yusuf juga perlu penyesuaian diri. Supaya ia bisa dekat dan menerima kami sebagai orang tua angkatnya,] jawab Sovia sambil menjelaskan.[Jadi kapan operasi Yusuf dilaksanakan?] tanya Sari ingin tahu.Setelah berpikir sejenak Sovia kemudia