Alenta menggenggam erat tangan kedua anaknya saat memasuki rumah mewah milik kedua orang tua Edward.
Pintu terbuka, Karina sendiri yang membukakan pintunya.Wajah Karina berubah pucat saat melihat mereka. Dengan sinis, ia menanyakan tujuan Alenta dan anak-anaknya datang ke sana.“Alenta, apa tujuanmu datang ke sini? Jangan bilang, kau sengaja datang untuk membuatku kesal,” tanya Karina dengan nada mencemooh. “Tidak usah bekerja keras, dengan melihat wajahmu saja aku sudah kesal, kok.”Alenta menelan ludah, merasa gugup namun berusaha tegar dan santai. Coba dia tersenyum, kali ini dia tidak boleh menyerah begitu saja. “Ron sangat menyukai taman samping rumah ini, Ibu mertua. Dia rewel dan ingin datang lagi untuk bermain. Jadi, kami mengajak Elea juga,” jawab Alenta sambil menunjuk Elea.Karina tersenyum dengan ekspresi wajahnya yang kesal. “Jangan panggil aku Ibu mertua!” peringat Karina. “Pulang saja, sana! Kalaupun Ron yang ingin bermaJulia bangkit dari ranjang tidurnya dengan perlahan, tubuhnya terasa lelah meski sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berbaring dan makan saja. Dalam kebimbangan, ia menatap knop pintu kamar yang selama ini selalu terkunci dari luar. Dengan ragu, ia mengulurkan tangan dan mencoba membuka pintu, hatinya berdebar saat menyadari bahwa pintu kali ini tidak dikunci dari luar seperti biasanya.“Mereka lupa atau apa?” gumam Julia.Menantang rasa takut, Julia melangkah keluar dari kamar dan berjalan menyusuri lorong-lorong rumah. Ia benar-benar keheranan karena semua pelayan yang ia temui di sana nampak sopan padanya, berbeda dari sikap mereka sebelumnya yang selalu acuh tak acuh. “Ada yang aneh,” gumam Julia dalam hati.Julia mencoba mencari keberadaan Helios yang selama ini selalu bersikap dingin dan arogan padanya. Ia menanyakan keberadaan Helios kepada salah satu pelayan yang sedang membersihkan lantai. “Tuan Helios? Sejak kemarin beliau belum ke
“Bukankah itu sangat aneh, Helios?” tanya Julia tak lagi merasakan takut setelah dia tahu tidak rekaman video yang selama ini membuatnya terbelenggu. Mendengar pertanyaan Julia, Helios yang sedang melepaskan pakaiannya langsung berbalik badan untuk menatap ke arahnya. “Apa yang sedang kau bicarakan, Julia?”Tersenyum mendengar ucapan Helios, Julia benar-benar tidak mengerti dengan cara berpikir Helios yang menurut-nya tidak normal. “Helios, kau sudah akan menikah lantas untuk apa kau masih memelihara ku di sini?” tanya Julia keheranan. “Pikirkan juga bagaimana perasaan istrimu nanti, jangan terlalu egois dengan alasan kau ingin balas dendam padaku.”Helios kembali melanjutkan apa yang sedang dia lakukan tadi. Melihat Helios acuh dengan ucapannya, Julia kembali terprovokasi. Dia tidak lagi ingin terus tertahan di sana seperti orang bodoh, padahal akan lebih bermakna jika dia habiskan bersama anaknya sendiri. Untunglah, video rekaman den
“Jangan bicara lagi, Max!” Peringat Helios. “Aku membiarkan mu bekerja padaku untuk melakukan semua perintah dariku, bukan sebaliknya.” Max tertunduk lesu, “Maaf, Tuan. Saya hanya terlalu khawatir dengan keselamatan anda. Kemarin, dia berani menusuk perut anda menggunakan garpu, saya benar-benar tidak bisa tenang apalagi kalau dia keluar dari kamar dan bisa mendapatkan benda yang lebih berbahaya lagi.”Helios menghela nafas, nampak rahangnya mengeras menahan diri untuk tidak mengatakan apapun lagi kepada Max. Max hanya khawatir dan perduli, jelas saja Helios tidak bisa menyalahkan pria itu. “Tunggu saja aku di depan, aku ingin sarapan dengan tenang, Max.” Helios memerintah tanpa menatap Max. Mendengar perintah dari Tuannya, Max pun mengangguk patuh dan segera meninggalkan tempat Tuannya berada. Saat akan sampai ke ruang depan, Max terkejut mendapati Julia yang ternyata berada di sana. Dengan dingin dia menatap Julia, lantas
“Untuk apa kau datang lagi ke sini, Alenta?!” tanya Karina dengan ekspresi kesal. Mendengar sambutan tidak biasa dari Ibu mertuanya itu, Alenta pun tersenyum lebar. “Ron dan Elea ingin bermain di sini, jadi aku membawa mereka untuk datang lagi.”Karina terperangah kesal, namun tidak berani menolak saat melihat wajah Ron yang begitu polos. Karina menyingkir dari ambang pintu dengan ekspresi wajahnya yang judes untuk membiarkan Alenta masuk bersama Ron dan juga Elea. Seperti hari kemarin, Ron dan Elea bermain dengan gembira sedangkan Alenta dan perawat Elea hanya akan mengamati saja. Lagi, saat waktunya makan siang, Alenta membuatkan makan siang untuk kedua anaknya, ibu mertuanya, dan tentu dirinya sendiri bersama perawat. Mereka kini berada di meja makan, Karina juga terpaksa untuk berada di sana. “Makanan apa ini?” Sinis Karina melirik makanan buatan Alenta yang sepertinya tidak menggugah selera. “Bentuknya yang an
Julia dan Helios kembali ke mansion, membuat Gabriella menatap dengan tatapan yang jelas cemburu. Mengabaikan Gabriella, Julia membawa Helios untuk masuk ke dalam mansion. Merasa kesal karena diabaikan, Gabriella ingin sekali mendekat kepada Helios dan mengambil alih untuk mengajak Helios ke kamar untuk merawatnya. Namun, dia merasa takut dan waspada kalau saja Helios tahu siapa orang yang telah menyewa tiga penjahat untuk membunuh Julia. Julia masih hidup, artinya penjahat itu tidak baik-baik saja. Gabriella menggigit bibir bawahnya, perasaan takut mulai merebak semakin dalam. Padahal pembunuh bayaran itu mengatakan akan segera melakukan eksekusi, tapi malah akan berakhir dengan kesialan untuk Gabriella. “Sepertinya aku harus mencari alibi, tapi apa?” Bisik Gabriella di dalam hati. Sekarang, Gabriella hanya bisa berpikir keras mencari alasan saja. Sementara itu, Julia kini menghentikan langkah kakinya k
Helios berjalan mendekat, membuat Gabriella gemetar takut. Julia terus menatap ke arahnya. “Itu semakin jelas, bukan?”Julia terdiam begitu mendengar pertanyaan Helios yang tidak dia mengerti. “Seperti yang Gabriella katakan, aku adalah anak yang sangat patuh dengan Ibuku. Jadi, kalau Ibuku bilang aku harus menikah dengan Gabriella, maka aku akan menikahinya.” ucap Helios. Gabriella tersenyum tipis, dia sedikit lega karena merasa Helios tidak mendengar ucapannya tentang penculikan Julia. “Wanita seperti mu, apa mungkin bisa mengalahkan Ibuku?” ujar Helios. Julia tersenyum miring, tatapannya yang berani membuat Helios mengingat kembali Julia yang sesungguhnya. “Apa kau pernah lupa bahwa aku juga mengatakan padamu 10 tahun yang lalu bahwa, seorang Julia akan mendapat apa yang dia inginkan, dewa pun tidak bisa mengambil sikap.”Gabriella mengeratkan genggaman tangannya, kesal sekali dengan Julia yang dia anggap tidak tahu malu.
“Te- terimakasih,” ucap Karina saat Alenta masuk ke kamar untuk memberikan obat yang dia beli dari apotik terdekat. Mendengar ungkapan terimakasih dari Ibu mertuanya itu, Alenta gegas menganggukkan kepala, tersenyum. Dia paham sekarang, Karina adalah tipe orang yang suka di paksa, dan perlu menjadi tidak tahu malu untuk mendapatkan hatinya. “Sudah sore, kau pulang saja bawa anak-anakmu!” Perintah Karina. Mendengar itu, Alenta pun menggelengkan kepalanya. “Tadi, saat di jalan menuju ke apotek aku menghubungi Kak Edward untuk mengatakan kondisi ibu mertua saat ini. Kak Edward memintaku untuk menemani sebentar karena Kak Edward sedang dalam perjalanan menuju kesini, Ayah mertua juga akan segera tiba.” Jawaban Alenta barusan membuat Karina terdiam, rasanya semakin tidak bisa berkata-kata dengan sikap Alenta yang terlalu baik itu. “Terserah kau saja lah,” ucap Karina pasrah. Alenta ternyata jauh lebih keras kepala dari
“Benar seperti yang Ibu katakan, kita berbeda.” ujar Edward, tersenyum penuh makna membuat Karina menunda untuk berkata-kata. “Ayah adalah pria yang polos, dia hanya mengenal Ibu saja dalam hidupnya untuk Ayah cintai. Namun, meski banyak wanita yang coba mendekat, Ayah tetap tidak goyah.”Karina menghela nafas, menatap Edward dengan tajam. “Ayahmu terlalu malas untuk mendengar ocehan Ibu, makanya dia memilih untuk tidak berani macam-macam dengan wanita di luar sana.”Edward tersenyum lalu menganggukkan kepalanya memahami benar apa yang diucapkan oleh Ibunya. “Jadi, jika Ayah melakukan sesuatu yang menyimpang dari hubungan pernikahan kalian, sekiranya apa yang akan ibu lakukan?”Karina langsung bereaksi begitu mendengar pertanyaan dari Edward barusan. “Kalau Ayahmu berani macam-macam, tentu saja Ibu tidak akan tinggal diam! Akan Ibu lemparkan semua benda ke wajahnya, menemui wanita itu dan menjambak rambutnya. Lalu, Ibu akan mempermalukan wanita itu sampai