Share

Istri Sementara untuk Kakak Ipar
Istri Sementara untuk Kakak Ipar
Author: Nadira Dewy

BAB 1

Bug!

"Kenapa kau baru datang, sih? Kau tahu kan kalau aku pasti terlambat datang ke kantor?"

Begitu membuka pintu kamar keponakannya, Alenta langsung dilempar dengan handuk yang agak basah oleh kakak perempuannya.

Gadis yang beberapa hari lalu baru berusia 23 tahun itu tentu saja terkejut. Namun, segera dipaksakannya senyum.

“Maaf, Kak,” ucap Alenta pelan.

Handuk yang tadi dilemparkan ke wajahnya, gegas diletakkan di tempat untuk mengeringkan handuk.

Setelah itu, Alenta bergegas mendekati tempat tidur yang biasanya digunakan oleh Elea, keponakannya yang baru berusia 1 tahun.

"Selamat pagi, Elea?" sapanya lembut seperti biasanya.

Balita itu sontak tersenyum manis, menghangatkan hati Alenta.

Hanya saja itu tak berlangsung lama karena sang kakak masih menatapnya tajam. "Ck! Kerjamu di rumah hanyalah makan tidur saja, kenapa kau sering sekali terlambat?!"

Mendengar itu, Alenta terdiam.

Dia menegakkan tubuhnya yang sebelumnya menunduk karena melihat Elea yang saat itu tengah sibuk dengan mainannya di dalam boks tidurnya.

"Aku benar-benar minta maaf karena terlambat hari ini, Kak. Tadi, ibu memintaku untuk membantunya menanam bibit tanaman yang baru Ibu beli,” jawab Alenta jujur, “aku sudah bilang dengan Ibu kalau nanti aku bisa terlambat untuk datang ke rumah kakak. Tapi, Ibu tidak mau dengar, dan justru mengomel."

Namun, Julia justru memutar bola matanya jengah. "Kalau kau butuh waktu untuk membantu Ayah atau Ibu, seharusnya kau juga bisa bangun lebih pagi, kan?" sinisnya.

Alenta akhirnya memilih diam.

Dia tidak lagi menanggapi apa yang diucapkan oleh Kakak perempuannya itu.

Seperti inilah kehidupan yang Alenta jalani selama ini.

Sejak kecil, Julia selalu menjadi nomor satu. Kakak Alenta itu cantik dan selalu mendapatkan juara kelas dan beasiswa. Tak hanya itu, dia pun akhirnya menikah dengan Edward, pria yang sangat tampan berkewarganegaraan asing dan memberikan seorang anak perempuan yang benar-benar cantik dan juga manis, seperti Elea.

Hal ini jelas berbeda dengan Alenta.

Bukan hanya tidak memiliki kecantikan atau kepintaran yang dimiliki oleh kakaknya, Alenta tidak beruntung.

Salah satu tangannya memiliki 6 jari.

Alenta pun sulit untuk menemukan pekerjaan, sehingga begitu Julia melahirkan, Alenta langsung diminta untuk menjadi babysitter Elea.

"Ck! Sudahlah! Malas aku melihatmu lama-lama,” ucap Julia tiba-tiba.

“Karena aku sudah memandikan Elea, sekarang kau bersihkan dulu lantai di sebelah tangga!" titahnya, "tadi, aku menumpahkan jus kiwi karena terburu-buru saat mendengar suara tangis Elea."

Alenta mengangguk dengan cepat.

Dia pun bergegas mengambil alat untuk mengepel dan melakukan sesuai instruksi Julia.

Ia memastikan sisa jus kiwi itu tak bersisa.

“Oek! Oek!”

Suara tangis Elea tiba-tiba terdengar.

Alenta sontak berhenti dari pekerjaannya.

Dia pikir Julia pasti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenakan make-up, seperti biasa.

Sangat berbahaya jika Elea sendiri. Julia pasti juga akan kesal bila mendengar tangis Elea.

Jadi, Alenta pun meninggalkan tangga itu sedikit agak basah.

Begitu sampai di kamar Elea, Alenta segera meraih tubuh kecil itu dan membawanya ke dalam gendongan.

“Anak manis, jangan menangis, ya!”

Alenta sibuk mencoba untuk menenangkan Elea.

Hanya saja, Alenta tidak pernah menduga sama sekali jika niat baiknya itu justru akan berakhir celaka.

Saat ini, Julia keluar dari kamarnya dengan terburu-buru–tidak sesuai dengan dugaannya.

"Sudah tidak ada lagi waktu untuk menggunakan make-up, aku harus benar-benar segera sampai ke kantor. Nanti, make-up di kantor saja deh!" ujarnya sembari membuka tasnya dan memastikan benar semua barang-barang yang dia butuhkan sudah masuk ke dalam sana.

Lantai di dekat tangga yang basah itu juga tak diperhatikan oleh Kakak Alenta itu.

Jadi, begitu heels tinggi Julia menapak di lantai yang basah, tubuhnya terpelanting.

Sialnya lagi, dia tak bisa meraih pegangan tangga karena heels yang dia gunakan membuat kakinya tak seimbang.

"Arrggh!" teriak Julia kesakitan.

Namun jelas, teriakannya itu tak bisa menghentikan laju tubuhnya yang mulai menggelinding menuruni anak tangga.

Mendengar kakaknya berteriak, Alenta tersentak.

Dia bergegas melihat apa yang terjadi dengan meletakkan Elea di boks bayi.

"Kak?" panggil Alenta mencari keberadaan kakaknya.

Hanya saja, mata Alenta membulat sempurna saat teringat bahwa dia mengepel lantai di dekat tangga dan membiarkan agak basah.

Segera, gadis itu berlari cepat untuk melihat ke arah tangga.

Benar saja! Kakaknya sudah tergeletak penuh darah di sana…..

"Kakak!!!" teriak Alenta panik.

Suaranya begitu keras, hingga membuat seisi rumah melihat apa yang terjadi.

****

Kini, Alenta duduk di ruang tunggu ruangan di mana kakaknya sedang mendapatkan perawatan saat ini.

Tubuhnya benar-benar sangat gemetar.

Dia terlalu takut membayangkan kemungkinan terburuk yang terjadi dengan kakaknya.

"Alenta!" panggil kedua orang tua Alenta yang baru saja datang.

Mereka menghampiri dan menatapnya dengan ekspresi khawatir. "Bagaimana keadaan kakakmu?"

Alenta menyeka air matanya sembari menggelengkan kepala.

Dia memang tidak tahu bagaimana keadaan kakaknya.

Dokter yang memeriksa kakaknya di dalam juga masih belum keluar sejak tadi dia menunggu.

Melihat respons Alenta, kedua orang tuanya itu terlihat sangat frustasi.

"Sebenarnya, apa yang terjadi? Bagaimana bisa kakakmu jatuh dari tangga?!" tanya sang ibu menahan marah.

Hal ini membuat Alenta tertunduk.

Dia hanya bisa terus menangis.

Rasanya, benar-benar berat sekali mengakui bahwa dia adalah orang yang bersalah dan membuat kakaknya celaka.

Sungguh, dia terlalu takut untuk mendapatkan kebencian yang lebih lagi dari kedua orang tuanya.

Tapi, entah mengapa, ikatan batin ibu dan anak begitu kuat.

Ibu Alenta dan Julia itu seolah bisa mengerti apa yang terjadi meski tanpa mendapatkan jawaban dari putri keduanya.

Tatapan marah dan kecewa terpancar dari wajahnya.

Wanita paruh baya itu langsung mencengkram kedua lengan Alenta. "Apa kau yang membuat kakakmu celaka? Cepat katakan sesuatu, jangan diam saja!" cecarnya.

“Ibu, maafkan aku–”

Plak!

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Keyla Naberbi
terlalu rumit asik buka bab pakai koin
goodnovel comment avatar
Nadiiaa
Bagus bangat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status