Di kamar mandi yang beruap, Aiden dengan sedikit bertenaga menggosokkan waslap ke seluruh tubuhnya. Keterlaluan! Aiden tidak percaya bahwa Eva telah muntah di tubuhnya. Apakah mencium Aiden sebegitu menjijikkannya bagi Eva? Pikiran itu membuat Aiden terbakar amarah.
Aiden menyesuaikan tekanan air hingga air menetes ke kulit perunggunya. Air itu mengalir ke perutnya yang kokoh, menonjolkan otot-otot tubuhnya yang seksi. Dia keluar dari kamar mandi dan mengeringkan rambutnya dengan handuk lalu mengenakan jubah gelap dan mengikatnya secara longgar di pinggang.Pelayan telah membersihkan kamar saat dia sedang mandi dan sepertinya mereka telah melakukan pekerjaan dengan baik. Lampu mati, tetapi lilin aromaterapi menyala dan berkedip penuh semangat di kandil di lemari kayu berukir. Cahaya redup menciptakan suasana romantis.Seorang wanita dengan tubuh sempurna sedang berbaring di tempat tidur membelakangi Aiden. Selimut putih tebal meluncur dengan menggoda dari bahunya, memperlihatkan punggung yang indah. Rambutnya jatuh tergerai di atas bantal dengan cara yang menurut Aiden menggoda dan menawan.Gambar dan kenangan melintas di kepalanya. Aiden ingat bagaimana Eva menyentuhnya, bagaimana jari-jarinya yang lincah bergerak di seluruh tubuhnya, terkadang ringan dan terkadang berat melekat, serta bagaimana Eva mencakar punggungnya saat wanita itu orgasme. Dia juga ingat bagaimana Eva mengerang seolah sedang menangis dan betapa suara itu penuh candu.Aiden merasakan pinggangnya mengencang dan detak jantungnya meningkat. Dia bisa merasakan darah berdenyut di seluruh tubuhnya. Aiden mengangkat selimut dan meluncur di bawahnya, melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu dari belakang. Tiba-tiba Aiden membeku. Wanita itu benar-benar telanjangJadi yang tadi itu, Eva bermain keras dan jual mahal hanya untuk mendapatkannya lebih dulu, pikirnya, berpura-pura tidak mau menyentuhnya dan bertekad untuk menceraikannya. Tapi Eva sama sekali tidak berubah, wanita itu masih sangat membutuhkan sentuhannya. Jadi begitu. Bagaimanapun, kepribadian seseorang tidak akan bisa berubah secara tiba-tiba dan drastis seperti yang terlihat pada Eva. Aiden harus mengakui kalau Eva semakin baik dan lebih baik dalam merayunya.Seks tadi malam terlalu nikmat, membangkitkan dan memuaskannya dengan cara yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Aiden ingat bagaimana ia membenamkan kepalanya di leher Eva, menghirup aroma wanita itu dengan liar dan rakus. Dengan bersemangat Aiden membenamkan kepalanya di leher wanita itu, mendambakan aroma yang akrab itu. Tapi ada yang salah. Wanita ini tidak berbau seperti yang ia harapkan.Wanita itu mengerang pelan, menunjukkan kalau dia tidak sabar untuk bercinta. Dengan lembut, wanita itu berbalik lalu menatapnya dengan mata besar berkabut. Aiden membaca hasrat seksual dalam ekspresinya, itu adalah sebuah undangan terbuka untuknya.Namun, Aiden kaget, dan untuk sesaat, seluruh tubuhnya membeku. Wanita itu bukan Eva—itu Rebecca."Apa yang kau lakukan di sini, Rebecca?!"Dengan cepat, Aiden melompat dari tempat tidur dan memanggil pelayan."Aiden, tunggu!" Rebecca mengulurkan tangannya yang indah dan anggun ke arah Aiden tetapi hanya menyentuh udara. Karena malu, Rebecca mengambil bantal untuk menutupi dadanya. Dia meringkuk di sekitar bantal, berusaha menghangatkan dirinya, tetapi punggung dan pinggulnya tetap terbuka."Ya, Tuan Aiden?"Seorang pelayan memasuki ruangan tetapi berhenti tiba-tiba ketika dia melihat seorang wanita telanjang di tempat tidur. Kaki Rebecca sekarang melilit bantal, dan dia bergoyang-goyang."Di mana istriku?"Aiden mengangkat alis dan memalingkan wajahnya dari wanita yang ada di atas tempat tidurnya. Dia tampaknya lepas kendali, tersiksa oleh semacam afrodisiak."Nyonya Eva sedang keluar, Tuan Aiden," jawab pelayan itu."Apa?" dia menuntut, "Kemana?"Apakah Eva pikir dia bisa pergi begitu saja setelah muntah di sekujur tubuhnya? Aiden tidak bisa mempercayai keberanian wanita itu."Nyonya Eva tidak mengatakannya," kata pelayan itu dengan gugup, "Dia meminta kami untuk mengirimkan lilin khusus dan berkata …" Pelayan itu tiba-tiba berhenti, dia bingung apakah dia harus terus berbicara atau tidak."Apa?" Tuntut Aiden."Nyonya Eva berkata selamat bersenang-senang kepada Tuan Aiden. Dia berharap yang terbaik untuk Tuan Aiden dan Nona Jonas," pelayan itu menundukkan kepala karena malu saat dia berbicara, "Lilin itu dimaksudkan untuk meningkatkan kenikmatan seksual. Nyonya Eva mengatakan dia akan berada di sini jika Tuan Aiden berubah pikiran tentang perceraian."Meningkatkan kenikmatan seksual? Berubah pikiran? Aiden tiba-tiba mengerti apa yang terjadi. Eva mengatur agar Rebecca datang ke kamarnya, dan dia mengirimkan lilin khusus untuk menjamin bahwa Aiden akan berhubungan seks dengan wanita lain. Itu semua adalah bagian dari rencananya untuk membuatnya bercerai.Aiden bernapas berat. Dia menendang lampu di nakas. Kap lampu logam membentur lantai dengan keras hingga bola lampu berkedip lalu padam.Pelayan itu memalingkan muka dari Aiden dengan tergesa-gesa. Dia bingung dan malu. Semua orang mengatakan bahwa Aiden diam-diam menginginkan Rebecca, sekarang berkat rencana Nyonya Eva Malik, Nona Rebecca Jonas berbaring telanjang di tempat tidur Aiden. Pelayan itu merasa, tidak masuk akal bagi Aiden untuk marah seperti itu. Bukankah situasinya tidak memalukan—normal bagi pria sekuat Aiden untuk memiliki beberapa wanita simpanan. Yah, begitulah yang pelayan itu pikirkan.Tampilan Aiden menusuk dan suram. Dia melirik lilin di seberang ruangan. Api biru gelapnya masih berkelap-kelip. Dia berjalan mendekat, mengambilnya dan membawanya ke hidungnya. Dia menghirup dengan cepat."Minta Dokter Walker datang ke sini," perintahnya.Pelayan pertama memanggil Dokter Benjamin Walker dan yang lainnya masuk untuk membantu Rebecca berpakaian.Dokter Benjamin Walker datang dengan cepat. Dia memeriksa Rebecca terlebih dahulu. Meskipun dia berpakaian, wajahnya masih merah dan dia mengeluh bahwa dia kepa
Sebuah mobil BMW berwarna putih berhenti di tempat parkir St. Lewis. Mobil itu terlalu mencolok untuk sebuah rumah sakit.Bertindak seperti seorang pria sejati, Dokter Sebastian Lewis membuka pintu mobil dan membantu Eva keluar dari kendaraan. Dia mengulurkan tangan agar Eva bisa meletakkan tangan sembari memberinya tatapan penuh simpati.Eva telah berganti pakaian menjadi gaun abu-abu konservatif sebelum meninggalkan rumah, tetapi dia telah memotong sebagian kerahnya untuk memperlihatkan bahunya yang seksi. Kain putih dari kerah itu sekarang melilit pinggangnya sebagai ikat pinggang. Pakaiannya unik dan kreatif, dan Sebastian mau tidak mau menyadari bahwa itu berbeda dari pakaian biasanya.Pria itu tersenyum sopan dan menatap Eva dalam-dalam. Matanya jernih, tetapi tidak terbaca pada saat bersamaan."Kau sangat berbeda sekarang, Eva," dia mengamati."Kau tahu tidak kalau pujianmu itu membuatku merasa seperti kembali dari kematian," jawab Eva."Benarkah? Aku tidak tahu itu," kata Sebas
Eva bersandar pada Sebastian saat dia mencoba mendapatkan kembali keseimbangannya.Mungkinkah Aiden? Mungkinkah itu Aiden? Dia bertanya-tanya. Apakah Aiden mencoba membunuhnya agar pria itu bisa menikahi gadis impiannya?Eva menggelengkan kepalanya lagi. Itu masih tidak masuk akal. Jika Aiden ingin menyingkirkannya, mengapa dia merusak pengumuman perceraian Eva dengan rencana kehamilannya?Imajinasi Eva menjadi liar, kecurigaannya mulai terdengar seperti plot drama Korea.Sebenarnya Aiden bisa menjadi agen ganda yang sempurna. Pria itu bisa dengan mudahnya sukses sebagai aktor karena Aiden sangat pandai berbohong dan berpura-pura. Memikirkan itu, raut wajah Eva menjadi masam."Apa yang salah?" Sebastian bertanya, "Kau terlihat kacau. Apakah kau sudah minum obat?" Telapak tangan Sebastian yang besar menyentuh dahi Eva dan kamera berbunyi pelan di latar belakang."Bisakah aku mendapatkan pil pencegah kehamilan di sini?" Eva bertanya dengan nada sedih."Tidak. Kau tidak bisa mendapatkanny
"Apa kau ingin obat itu untuk berjaga-jaga kalau pria itu tidak tahan untuk menyentuhmu?" tanya Sebastian.Eva tidak dapat menyangkal bahwa dia sengaja membuat Aiden kesal dalam upaya membujuk pria itu untuk menceraikannya. Tapi itu tidak berhasil seperti yang Eva rencanakan.Percakapan sepertinya menjadi terlalu berat, jadi Eva bercanda, "Ya, itu sulit, Sebastian, karena kau tahu aku sangat cantik."Eva tersenyum dengan mata birunya yang indah membuat Sebastian merasa hatinya bergetar. Bagaimana mungkin dia bisa menolak pesona wanita di hadapannya ini?Eva mengubah topik pembicaraan kembali ke pil kontrasepsi, "Pil ini bekerja hingga 48 jam setelahnya, kan?"Sebastian masih tenggelam dalam keterpesonaan. Begitu sadar ia berdehem dan mengangguk. "Ya," sahutnya kemudian."Kalau begitu, aku mau pil ini beberapa lagi untuk berjaga-jaga."Satu per satu, dengan hati-hati Sebastian memasukkan pil ke dalam wadah kaca dan menyerahkannya pada Eva tanpa satupun pertanyaan.Sebastian tahu apa yan
Maria tentu saja tidak menanggapi, dia hanya berbaring di sana dan tidak bergerak. Eva meraih tangan Maria sedangkan Sebastian menarik kursi untuknya. Eva duduk dan membelai kerutan di tangan wanita tua itu. Koma yang lama telah menyebabkan penurunan berat badan yang begitu dramatis sehingga Eva merasa seperti hanya mengelus kulit dan tulang. Hatinya terasa sakit."Maaf, Maria, butuh waktu lama bagiku untuk datang menjengukmu," dia meminta maaf, "Tolong jangan marah kepadaku. Kau tahu kan betapa ketatnya aturan di Malik mansion — butuh waktu lama bagiku untuk menyelinap keluar. Tapi kau biasanya pasti akan memarahiku jika aku ketahuan gara-gara menyelinap."Tiba-tiba Eva tersenyum, mengingat betapa khawatirnya pengasuhnya itu setiap kali dia pulang melewati jam malam. Wanita yang lebih tua itu biasa ikut kesal ketika Eva mengeluh bahwa rumah Malik seperti penjara."Apakah kau akan bangun jika tahu kalau aku menceraikan Aiden?" dia bertanya.Eva menatap wajah Maria yang tenang. Jika Ma
"Apakah kau yakin itu bukan karena dia menginginkan pil?""Eh ..." Alfred tergagap."Lihat inventaris di rumah sakit dan cari tahu apakah ada persediaan obat yang hilang," perintah Aiden."Ya, Tuan."Alih-alih bergegas pergi, Alfred ragu-ragu. Dengan gugup, dia berdehem, "Tuan, orang-orang yang membuntuti Nyonya Eva mengatakan bahwa mereka telah kehilangan jejak." Saat Alfred berbicara suaranya menjadi semakin pelan, tapi Aiden tetap mendengarnya."Kehilangan dia? Sekelompok pria tidak berguna! Temukan istriku bahkan jika kalian harus menghancurkan seluruh kota."Aiden mengambil foto dan merobeknya dari atas ke bawah. Dia melempar sobekan ke arah Alfred, dan satu irisan di wajah Alfred muncul karena disebabkan oleh potongan kertas.Sementara itu, Eva dan para pria yang menggodanya tiba di sebuah klub. Musik keras dan sorakan memenuhi udara saat mereka masuk. Seorang pelayan menuangkan sebotol sampanye ke dalam gelas. Pelayan lain mengatur setumpuk gelas seperti menara dan menuangkan bo
"Aku selingkuh, Aiden," teriaknya, "Lihat sekelilingku dan pilih pria favoritmu! Bagaimana dengan pria kuat dan tinggi dengan tubuh yang bagus ini? Atau pria yang merayu banyak wanita sekaligus dan membual tentang kehebatannya di atas ranjang? Yang mana yang harus aku pilih, Suamiku? Tolong bantu aku memilih salah satu dari mereka."Dengan intim Eva bersandar ke Tom dan melihat ke kamera dengan senyum mempesona. Aiden merasakan sesuatu meledak di otaknya."Jangan coba-coba untuk melakukannya!""Ah, Tuan Malik yang terhormat, jika Anda tidak segera menceraikan saya, saya akan menyelingkuhi Anda setiap hari," dia mengancam, "Namun, bukankah saya istri yang baik karena telah memperingatkan Anda sebelum hal perselingkuhan ini terjadi?"Bukankah sudah kukatakan kalau kau akan menyesali ini, Aiden," tambahnya lagi, "Tapi cukup bicaranya, aku ingin mencoba salah satu dari pria ini … sekarang. Jadi, adios. Sampai jumpa lagi, Suami brengsekku."Eva meniupkan ciuman lalu menutup telepon.Aiden
"Berhenti! Tolong hentikan itu!" jeritan mengerikan bergema di seluruh klub.Eva menoleh untuk melihat pengawal Aiden membungkuk di atas Tom. Celana Tom sobek dan kakinya berlumuran darah. Para pengawal berlumuran darah di tangan mereka dan mereka memegang sesuatu yang terlihat seperti kulit manusia.Eva merasa mati rasa dari kulit kepala hingga telapak kakinya. Apakah mereka mengupas kulit kaki pria itu? Hanya karena dia duduk di pangkuannya? Eva merasa sakit. Itu sungguh tindakan yang mengerikan! Mencoba untuk tidak muntah, Eva berjalan menuju Aiden."Apakah kau marah, Aiden? Apa kau begitu marah sampai kau ingin mati?" tanyanya, "Jika kau mati malam ini, apakah aku akan menjadi janda?"Eva harus mengakui bahwa menjadi janda akan menyelesaikan masalahnya semudah bercerai. Tak bergerak, Aiden menatapnya. Dia tidak pernah terlihat begitu marah seperti ini, pikir Eva."Aku baru saja menunjukkan kepadamu beberapa kerugian dari menolak perceraian kita. Ini baru pertama kalinya aku seling