Beranda / Romansa / Istri Sengsara Sang Billionaire / BAB 5 Mengurus Adik Ipar Berkebutuhan Khusus

Share

BAB 5 Mengurus Adik Ipar Berkebutuhan Khusus

Penulis: Nietha_setiaji
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-30 11:33:17

Mengurus Adik Ipar Berkebutuhan Khusus

Presdir Herlambang terlihat menarik nafas panjang.

"Ardian, kamu tau pasti, Loly mengidap down syndrome, ayah hanya berpesan kepadamu, jika kita tidak bisa mendapat perawat yang tepat, kamu harus mencari istri yang tepat, yang bisa merawat Loly dengan baik," ucap presdir Herlambang yang merupakan ayah dari Ardian Herlambang.

"Apa itu harus ayah, kita bisa mencari perawat terbaik untuk Loly, yang bisa merawatnya, membantunya dalam segala hal, bermain dengannya, kita bisa mencari orang itu, apalagi dengan gaji besar," ucap Ardian.

"Kamu tidak ingat Ardian, perawat yang terakhir lalai ketika menemani Loly. Peristiwa itu membuat Loly jatuh dari tangga, apa kamu mau kejadian seperti itu terulang lagi. Orang lain tidak akan memiliki tanggung jawab tinggi seperti halnya keluarga sendiri," ucap Sisca Mahendra yang merupakan ibu dari Ardian dan Rose. Nyonya besar di keluarga Herlambang Mahendra, yonya besar yang bergelimang harta dari Abadi Group, dalam keadaan tidur pun kekayaan mereka seolah semakin bertambah. Tujuh turunan sepertinya tidak akan habis.

"Kenapa bukan ibu saja yang merawat Loly, ibu adalah ibu kandungnya," ucap Rose sedikit ketus.

"Rose, kamu tahu bukan, ibu sangat sibuk, banyak pertemuan yang harus ibu datangi. Rapat mingguan, arisan dengan beberapa perkumpulan sosialita dan masih banyak lagi, ibu kehabisan waktu," ucap nyonya Sisca seraya mengibaskan kipas bambu yang memiliki ukiran cantik juga taburan emas.

"Kenapa tidak kamu saja?" ucap nyonya Sisca yang melempar pertanyaan yang sama kepada Rose yang merupakan putri kandungnya.

"Rose? Ibu tidak salah, Rose masih kuliah, Rose sibuk sekali, belum lagi harus pergi dengan teman teman, Rose bisa gila jika harus merawat Loly," ucap Rose dengan nada bicara yang manja namun sedikit ketus.

"Kakak saja, itu sudah keputusan yang tepat ayah, kakak harus mencari istri yang tepat! Kalau bisa dokter, di rumah sakit kita banyak dokter dokter muda, pasti adalah yang cantik," lanjut Rose yakin.

"Kenapa harus aku?" Ardian terlihat pasrah namun juga ada sedikit rasa kurang nyaman dengan keputusan ayahnya.

"Ardian, ayah sudah memikirkan hal ini, mencari menantu yang tepat adalah cara terbaik. Carilah gadis yang sesuai kriteria itu, supaya dia bisa merawatmu juga Loly," ucap presdir Herlambang.

"Ayah akan menyerahkan jabatan sebagai presdir, asal kamu menikah dengan gadis yang tepat sesuai yang kami semua inginkan," lanjut presdir Herlambang. Mendengar itu, mata Ardian terlihat bulat penuh menatap ayahnya yang selama ini diketahui sama sekali tidak berminat untuk lengser dari jabatannya.

Ardian berpikir, jika dia menjadi presdir akan banyak sekali keuntungan yang didapat. Dia bisa melakukan apa saja sesuai dengan cara dia bekerja dan mendapatkan apa saja yang dia inginkan, karena sebagai presdir dia bebas mengakses keuangan kantor tanpa harus melapor terlebih dahulu. Ini adalah kesempatan yang seharusnya tidak dia sia siakan.

"Ayah serius? Apa aku tidak salah dengar?" tanya Ardian.

"Tentu saja, itu sepadan, lagipula ayah sudah seharusnya pensiun, ayah sudah tua, saatnya menikmati masa tua, melakukan hal hal yang menyenangkan, bersama teman teman, menikmati sisa usia dengan cara yang menyenangkan," ucap presdir Herlambang.

"Baiklah ayah, aku setuju," ucap Ardian yakin.

Sejak saat itu, mereka semua sibuk mencari calon istri yang tepat untuk Ardian, untuk menjadi istrinya, namun juga ada tugas lain yang terselubung, yaitu mengurus Loly yang merupakan anak ketiga dari presdir Herlambang yang berkebutuhan khusus.

Loly Mahendra, berusia Lima belas tahun, mengidap Mengidap down syndrome dan lebih banyak melakukan aktifitas di rumah. Down syndrome kondisi yang menyebabkan anak dilahirkan dengan kromosom yang berlebihan atau kromosom ke 21 dan dapat menyebabkan seorang anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik dan mental, bahkan kecerdasan.

Loly membutuhkan perawatan khusus, karena seseorang yang lahir dengan kondisi ini biasanya tidak bisa melakukan kegiatan kesehariannya seorang diri.

"Ayah akan mulai mencari seseorang yang tepat untuk menjadi menantu di rumah ini," ucap presdir Herlambang dengan yakin.

***

Di tempat kos Ayra, tempat kos sederhana, dia terlihat memikirkan apa yang pak Herman ucapkan. Benarkah semua ini terjadi? tiba tiba dia akan dijadikan menantu oleh konglomerat yang memiliki anak seorang pria tampan yang mungkin saja memiliki banyak penggemar. Apa ini nyata? beberapa kali Ayra memukul mukul pipinya.

"Sakit," teriak Ayra setelah memukul pipinya yang ternyata masih merasakan sakit, itu tandanya dia masih berada di dunia nyata, semuanya nyata, sesuatu yang terdengar tidak mungkin.

Ayra terlihat berpikir keras, pria itu tampan, mapan, dari keluarga terpandang, jika bukan karena pak Herman yang membuatnya bisa bertemu dengan Ardian, untuk bermimpi saja sepertinya tidak akan mungkin, itu sangat mustahil baginya, mendekati pria kaya dan tampan itu. Apalagi dia menjadi dokter karena beasiswa dan berasal dari keluarga sangat biasa.

Ada perasaan tertarik di dalam hati Ayra, dia mulai menyukai Ardian walaupun baru sekali bertemu. Kesan pertama itu sungguh melekat di dalam hati dan pikirannya, dia mulai berpikir untuk menerima tawaran itu, menjadi menantu presdir Herlambang.

Ayra merasakan ada sesuatu yang aneh, namun perasaan itu berusaha dia tepis. Mungkin saja ini adalah jodoh terbaik yang dikirimkan Tuhan, itu yang Ayra pikirkan.

Dia berusaha tetap berpikiran positif, di tengah gempuran kekhawatiran yang terbentuk. Dia terlihat bahagia, tersenyum sumringah seraya bernyanyi nyanyi kecil. Tuhan memberikan yang terbaik dari yang terbaik, itu pikirnya.

***

Pagi hari di rumah sakit Abadi Sehat, Ayra terlihat datang lebih awal, dia ingin segera menemui pak Herman untuk memberikan kabar baik. Dia sudah berpikir semalaman, mungkin ini akan menjadi sesuatu yang baik untuknya.

"Pak Her- pak Herman," teriak Ayra ketika melihat pak Herman berjalan cepat menuju ke arah ruangannya.

"Iya Ayra, ada apa?" tanya pak Herman yang dengan cepat menghentikan langkahnya.

"Bisa saya minta waktu bapak sebentar? Ada yang ingin saya sampaikan," ucap Ayra.

"Tentu, mari ke ruangan saya," ucap pak Herman seraya mengarahkan langkahnya ke ruang direktur atau biasa disebut dengan ruang kepala yang sudah bersih dan rapi.

Pak Herman terlihat duduk di kursi kerjanya dan mempersilahkan Ayra duduk.

"Silahkan Ayra, apa yang ingin kamu diskusikan dengan saya?" tanya pak Herman.

"Sa-saya sepertinya menerima tawaran itu pak," ucap Ayra gugup.

"Ayra, iya itu adalah jawaban yang saya harapkan, saya akan segera memberitahu presdir Herlambang, untuk selanjutnya kalian bisa mendiskusikan hal ini secara pribadi," ucap pak Herman seraya tersenyum lebar.

"Pak Herman, apa bapak yakin keputusan yang saya ambil adalah benar? saya mengambil keputusan ini setelah kemarin saya sedikit berbincang dengan Ardian, sepertinya ada kecocokan diantara kita berdua, kita bisa membicarakan banyak hal," penjelasan Ayra mengenai alasan keputusannya.

"Tenang saja Ayra, keputusanmu sudah tepat. Siapa yang bisa menolak menjadi bagian dari keluarga Mahendra, pak Herlambang sendiri yang ingin menjadikanmu menantunya, pemilik Abadi Group yang kaya raya itu. Kamu tidak akan merasakan kesulitan ekonomi, saya bisa menjamin itu," ucap pak Herman dengan begitu yakin.

“Abadi group memiliki rumah sakit, pabrik farmasi, bisnis di beberapa sektor lain, kurang apa?” lanjut pak Herman yakin.

"Saya lebih memikirkan mengenai perasaan saya pak, tapi tidak dipungkiri juga ada rasa ketertarikan secara personal kepada Ardian, dia pria yang sepertinya baik dan pekerja keras," ucap Ayra.

"Benar Ayra, kamu tidak salah. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk kehidupanmu, bapak turut bahagia. Jangan lupakan bapak setelah kamu menjadi istri presdir nanti ya, mungkin pak Ardian akan segera menjadi presdir setelah menikah," ucap pak Herman seraya mengulaskan senyum pengharapan.

***

Pak Herman terlihat begitu bahagia mendengar keputusan Ayra, ini dikarenakan presdir Herlambang secara pribadi meminta banyak kepada pak Herman untuk membantunya membujuk Ayra. Pekerjaan ini sudah terselesaikan, dengan hasil yang sesuai harapan.

Pak Herman berencana untuk segera menghubungi presdir Herlambang, mengabarkan mengenai hal baik ini. Semua ini akan memiliki imbas baik bagi dirinya, setidaknya dia mendapat kepercayaan yang lebih dari presdir Herlambang, karena dia sudah berhasil membantunya.

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 129 Mencari Fakta Baru

    Mencari Fakta BaruArsen terlihat mengamati sekretaris Edo.“Kamu tahu, hanya kita berdua yang mengetahui kebenaran mengenai Alana, aku harap kamu akan menyimpannya,” ucap Arsen.“Baik pak, saya mengerti, bahkan Amanda tidak tahu apa apa mengenai ini,” ucap sekretaris Edo.“Ya, kita harus menyimpan ini rapat rapat. Beritahu aku secepatnya jika kamu mendapat informasi apapun,” ucap Arsen.“Baik Pak,” ucap sekretaris Edo yang kemudian berbalik, hendak meninggalkan ruang kerja Arsen.“Edo,” panggil Arsen.“Iya Pak, apa ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya sekretaris Edo yang berhenti melangkah dan kembali membalikkan tubuhnya.“Oh iya, ada yang ingin aku tanyakan. Bukankah kamu tinggal di panti asuhan, lalu bagaimana bisa kamu mengenali Amanda sebagai sepupumu?” Tanya Arsen.“Iya pak, saya, Pete dan Amanda berada di panti asuhan yang sama waktu kecil, ibu panti mengatakan bahwa Amanda adalah adik sepupu saya. Saya tidak tahu itu benar atau tidak, namun saya memilih untuk mempercayai itu

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 128 Gagal

    GagalArdian terlihat kesal.“Aku bisa mengantarmu, kamu tidak harus merepotkan pak Arsen,” ucap Ardian yang terlihat kesal karena apa yang dia inginkan gagal tercapai.“Ma-maafkan saya, saya tidak ingin merepotkan anda,” ucap Alana.“Baiklah pak Ardian, karna pak Arsen sudah di sini, saya pamit pulang dulu, saya akan mempelajari kontraknya,” ucap Alana seraya tersenyum.“Sebentar, saya ambil tas dan kontraknya dulu,” ucap Alana yang terlihat berjalan menuju ke arah di mana dia meletakkan tas juga berkas itu.“Apa kamu menyukainya?” tanya Ardian.“Apa kita berbicara sebagai sesama laki-laki?” tanya Arsen.“Ya, kita sama-sama laki-laki dewasa,” ucap Ardian.“Sepertinya kita akan bersaing,” ucap Arsen.“Baiklah, kita lihat saja siapa yang akan menang,” ucap Ardian, yang kemudian dijawab dengan senyuman oleh Arsen.“Baiklah pak Ardian, saya menerima tantangan itu,” ucap Arsen.“Saya permisi dulu,” ucap Alana seraya memberi hormat, begitu juga dengan Arsen.Ardian melihat Arsen dan Alana

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 127 Gugup

    GugupMereka terlihat menikmati makanannya, Alana terus berpikir bagaimana cara supaya dia bisa segera mengambil dokumen itu lalu secepatnya pergi.Dia tidak ingin merubah keadaan menjadi lebih sulit. Dia hanya ingin membuat Abadi group mengalami masalah, bukan membuat skandal dengan pemiliknya. Alana masih menyimpan kebencian yang begitu mendalam, mungkin tepatnya adalah Ayra yang menyimpan kebencian itu. Dia begitu benci pada Ardian, suami yang baginya sudah menjadi mantan, laki laki yang telah melenyapkannya dengan luka yang begitu mendalam.Lebih sakit lagi Alana harus terus berpura pura tidak memiliki perasaan benci itu. Dia juga harus meyakinkan Ardian supaya Ardian tidak memiliki kecurigaan apapun padanya.***Alana dan Ardian berjalan menuju ke arah kamar hotel tempat Ardian menginap. Jantung Alana bergetar, berdegup tidak karuan. Dia khawatir ini akan menjadi sebuah bumerang yang menakutkan.Dia hanya berdua dengan Ardian, di sebuah kamar hotel, segala hal bisa terjadi. Tubu

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 126 Pertemuan

    PertemuanAlana dan Ardian saling berbalas pesan singkat.Ardian : Bagaimana kabarmu Alana?Alana : Baik.Ardian : Apa bisa kita bertemu?Alana : Apa kamu merindukanku?Ardian : Aku tidak bisa bohong.Alana : Ya, semua orang merindukanku.Ardian : Tidak, hanya aku.Alana : HmmmArdian : Bisa kita bertemu?Ardian : Malam ini di restoran Good FiveAlana : Baiklah."Arsen, aku akan menemuinya malam ini," ucap Alana."Kamu yakin? Kamu sudah siap? kamu harus berhati hati. Oh iya, sebenarnya siang ini tante Sisca mengundang kita makan siang," ucap Arsen."Baiklah kita ke sana, kenapa kamu tidak bilang, aku akan menemui tante Farida," ucap Alana antusias, bahkan dia sudah bersiap pergi.Mendengar dan melihat itu Arsen tersenyum dan segera membereskan jas juga tasnya.Di kediaman nyonya Farida, nyonya Farida terlihat sudah menyiapkan makanan yang cukup banyak dan beragam."Arsen pasti senang, Alana juga akan menyukainya, ini akan menjadi pertemuan yang luar biasa," ucap nyonya Farida

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAab 125 Cinta Pada Pandangan Pertama

    Cinta Pada Pandangan PertamaIsabela keluar dari kamar Amora, lalu mengambil ponselnya yang ada di atas meja ruang makan, dia mencoba menghubungi Ardian. Isabela terlihat beberapa kali menghubungi Ardian, namun tidak ada jawaban, padahal sambungan telephone itu tersambung dengan benar. Isabela terlihat begitu kesal dan penuh amarah.Di sisi lain, Ardian terlihat sedang berada di sebuah ruang karaoke bersama sekretaris Pete. Dia minum minuman beral-kohol dan itu membuatnya sedikit ma-buk. Ini tidak seperti Ardian yang biasanya, Ardian bukan orang yang suka ma-buk ma-bukan."Pak, nyonya Isabela menghubungi saya, sepertinya nyonya Isabela berusaha menghubungi anda," ucap sekretaris Pete pada Ardian."Sudah, abaikan saja, wanita itu benar benar membuatku gila," ucap Ardian dengan suara lirih karena dia dalam keadaan setengah ma-buk.Di apartemen Isabela, Isabela terlihat melempar ponselnya, berteriak, sangat marah. Dia menggenggam tangannya erat, seperti ingin memukul seseorang."Apa yang

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 124 Berebut Menantu

    Berebut Menantu Alana terlihat keluar dari kamar, dia menuju ke arah dapur, menyiapkan dua gelas teh jahe juga roti manis isi coklat yang sepertinya sangat nikmat. Alana membawa nampan yang berisi semua itu ke kamar nyonya Farida. "Alana, kamu tidak perlu repot repot, ada Bibi yang bisa membantumu," ucap nyonya Farida. "Tidak apa apa tante," ucap Alana seraya tersenyum. "Ini tante," ucap Alana seraya menyerahkan teh jahe pada nyonya Sisca. Nyonya Sisca menerimanya lalu minum teh jahe itu. "Alana, ini enak sekali, tubuh tante langsung hangat, kamu memang luar biasa," ucap tante Sisca. "Tante harus mencoba roti manis isi coklat ini, Alana yang membuatnya," ucap Arsen. "Benarkah Alana? apa kamu membuatnya sendiri di dapur tante? sungguh luar biasa," ucap nyonya Farida. "Arsen, bagaimana kamu bisa tahu itu buatan Alana?" tanya nyonya Farida. "Alana pernah membuatkan ini untuk Arsen dan Arsen tidak pernah bisa melupakannya," ucap Arsen seraya tersenyum. "Kamu harus berjuang sekua

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status