Mengurus Adik Ipar Berkebutuhan Khusus
Presdir Herlambang terlihat menarik nafas panjang."Ardian, kamu tau pasti, Loly mengidap down syndrome, ayah hanya berpesan kepadamu, jika kita tidak bisa mendapat perawat yang tepat, kamu harus mencari istri yang tepat, yang bisa merawat Loly dengan baik," ucap presdir Herlambang yang merupakan ayah dari Ardian Herlambang."Apa itu harus ayah, kita bisa mencari perawat terbaik untuk Loly, yang bisa merawatnya, membantunya dalam segala hal, bermain dengannya, kita bisa mencari orang itu, apalagi dengan gaji besar," ucap Ardian."Kamu tidak ingat Ardian, perawat yang terakhir lalai ketika menemani Loly. Peristiwa itu membuat Loly jatuh dari tangga, apa kamu mau kejadian seperti itu terulang lagi. Orang lain tidak akan memiliki tanggung jawab tinggi seperti halnya keluarga sendiri," ucap Sisca Mahendra yang merupakan ibu dari Ardian dan Rose. Nyonya besar di keluarga Herlambang Mahendra, yonya besar yang bergelimang harta dari Abadi Group, dalam keadaan tidur pun kekayaan mereka seolah semakin bertambah. Tujuh turunan sepertinya tidak akan habis."Kenapa bukan ibu saja yang merawat Loly, ibu adalah ibu kandungnya," ucap Rose sedikit ketus."Rose, kamu tahu bukan, ibu sangat sibuk, banyak pertemuan yang harus ibu datangi. Rapat mingguan, arisan dengan beberapa perkumpulan sosialita dan masih banyak lagi, ibu kehabisan waktu," ucap nyonya Sisca seraya mengibaskan kipas bambu yang memiliki ukiran cantik juga taburan emas."Kenapa tidak kamu saja?" ucap nyonya Sisca yang melempar pertanyaan yang sama kepada Rose yang merupakan putri kandungnya."Rose? Ibu tidak salah, Rose masih kuliah, Rose sibuk sekali, belum lagi harus pergi dengan teman teman, Rose bisa gila jika harus merawat Loly," ucap Rose dengan nada bicara yang manja namun sedikit ketus."Kakak saja, itu sudah keputusan yang tepat ayah, kakak harus mencari istri yang tepat! Kalau bisa dokter, di rumah sakit kita banyak dokter dokter muda, pasti adalah yang cantik," lanjut Rose yakin."Kenapa harus aku?" Ardian terlihat pasrah namun juga ada sedikit rasa kurang nyaman dengan keputusan ayahnya."Ardian, ayah sudah memikirkan hal ini, mencari menantu yang tepat adalah cara terbaik. Carilah gadis yang sesuai kriteria itu, supaya dia bisa merawatmu juga Loly," ucap presdir Herlambang."Ayah akan menyerahkan jabatan sebagai presdir, asal kamu menikah dengan gadis yang tepat sesuai yang kami semua inginkan," lanjut presdir Herlambang. Mendengar itu, mata Ardian terlihat bulat penuh menatap ayahnya yang selama ini diketahui sama sekali tidak berminat untuk lengser dari jabatannya.Ardian berpikir, jika dia menjadi presdir akan banyak sekali keuntungan yang didapat. Dia bisa melakukan apa saja sesuai dengan cara dia bekerja dan mendapatkan apa saja yang dia inginkan, karena sebagai presdir dia bebas mengakses keuangan kantor tanpa harus melapor terlebih dahulu. Ini adalah kesempatan yang seharusnya tidak dia sia siakan. "Ayah serius? Apa aku tidak salah dengar?" tanya Ardian."Tentu saja, itu sepadan, lagipula ayah sudah seharusnya pensiun, ayah sudah tua, saatnya menikmati masa tua, melakukan hal hal yang menyenangkan, bersama teman teman, menikmati sisa usia dengan cara yang menyenangkan," ucap presdir Herlambang."Baiklah ayah, aku setuju," ucap Ardian yakin.Sejak saat itu, mereka semua sibuk mencari calon istri yang tepat untuk Ardian, untuk menjadi istrinya, namun juga ada tugas lain yang terselubung, yaitu mengurus Loly yang merupakan anak ketiga dari presdir Herlambang yang berkebutuhan khusus.Loly Mahendra, berusia Lima belas tahun, mengidap Mengidap down syndrome dan lebih banyak melakukan aktifitas di rumah. Down syndrome kondisi yang menyebabkan anak dilahirkan dengan kromosom yang berlebihan atau kromosom ke 21 dan dapat menyebabkan seorang anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik dan mental, bahkan kecerdasan.Loly membutuhkan perawatan khusus, karena seseorang yang lahir dengan kondisi ini biasanya tidak bisa melakukan kegiatan kesehariannya seorang diri."Ayah akan mulai mencari seseorang yang tepat untuk menjadi menantu di rumah ini," ucap presdir Herlambang dengan yakin.***Di tempat kos Ayra, tempat kos sederhana, dia terlihat memikirkan apa yang pak Herman ucapkan. Benarkah semua ini terjadi? tiba tiba dia akan dijadikan menantu oleh konglomerat yang memiliki anak seorang pria tampan yang mungkin saja memiliki banyak penggemar. Apa ini nyata? beberapa kali Ayra memukul mukul pipinya."Sakit," teriak Ayra setelah memukul pipinya yang ternyata masih merasakan sakit, itu tandanya dia masih berada di dunia nyata, semuanya nyata, sesuatu yang terdengar tidak mungkin.Ayra terlihat berpikir keras, pria itu tampan, mapan, dari keluarga terpandang, jika bukan karena pak Herman yang membuatnya bisa bertemu dengan Ardian, untuk bermimpi saja sepertinya tidak akan mungkin, itu sangat mustahil baginya, mendekati pria kaya dan tampan itu. Apalagi dia menjadi dokter karena beasiswa dan berasal dari keluarga sangat biasa.Ada perasaan tertarik di dalam hati Ayra, dia mulai menyukai Ardian walaupun baru sekali bertemu. Kesan pertama itu sungguh melekat di dalam hati dan pikirannya, dia mulai berpikir untuk menerima tawaran itu, menjadi menantu presdir Herlambang.Ayra merasakan ada sesuatu yang aneh, namun perasaan itu berusaha dia tepis. Mungkin saja ini adalah jodoh terbaik yang dikirimkan Tuhan, itu yang Ayra pikirkan.Dia berusaha tetap berpikiran positif, di tengah gempuran kekhawatiran yang terbentuk. Dia terlihat bahagia, tersenyum sumringah seraya bernyanyi nyanyi kecil. Tuhan memberikan yang terbaik dari yang terbaik, itu pikirnya. ***Pagi hari di rumah sakit Abadi Sehat, Ayra terlihat datang lebih awal, dia ingin segera menemui pak Herman untuk memberikan kabar baik. Dia sudah berpikir semalaman, mungkin ini akan menjadi sesuatu yang baik untuknya."Pak Her- pak Herman," teriak Ayra ketika melihat pak Herman berjalan cepat menuju ke arah ruangannya."Iya Ayra, ada apa?" tanya pak Herman yang dengan cepat menghentikan langkahnya."Bisa saya minta waktu bapak sebentar? Ada yang ingin saya sampaikan," ucap Ayra."Tentu, mari ke ruangan saya," ucap pak Herman seraya mengarahkan langkahnya ke ruang direktur atau biasa disebut dengan ruang kepala yang sudah bersih dan rapi.Pak Herman terlihat duduk di kursi kerjanya dan mempersilahkan Ayra duduk."Silahkan Ayra, apa yang ingin kamu diskusikan dengan saya?" tanya pak Herman."Sa-saya sepertinya menerima tawaran itu pak," ucap Ayra gugup."Ayra, iya itu adalah jawaban yang saya harapkan, saya akan segera memberitahu presdir Herlambang, untuk selanjutnya kalian bisa mendiskusikan hal ini secara pribadi," ucap pak Herman seraya tersenyum lebar."Pak Herman, apa bapak yakin keputusan yang saya ambil adalah benar? saya mengambil keputusan ini setelah kemarin saya sedikit berbincang dengan Ardian, sepertinya ada kecocokan diantara kita berdua, kita bisa membicarakan banyak hal," penjelasan Ayra mengenai alasan keputusannya."Tenang saja Ayra, keputusanmu sudah tepat. Siapa yang bisa menolak menjadi bagian dari keluarga Mahendra, pak Herlambang sendiri yang ingin menjadikanmu menantunya, pemilik Abadi Group yang kaya raya itu. Kamu tidak akan merasakan kesulitan ekonomi, saya bisa menjamin itu," ucap pak Herman dengan begitu yakin.“Abadi group memiliki rumah sakit, pabrik farmasi, bisnis di beberapa sektor lain, kurang apa?” lanjut pak Herman yakin."Saya lebih memikirkan mengenai perasaan saya pak, tapi tidak dipungkiri juga ada rasa ketertarikan secara personal kepada Ardian, dia pria yang sepertinya baik dan pekerja keras," ucap Ayra."Benar Ayra, kamu tidak salah. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk kehidupanmu, bapak turut bahagia. Jangan lupakan bapak setelah kamu menjadi istri presdir nanti ya, mungkin pak Ardian akan segera menjadi presdir setelah menikah," ucap pak Herman seraya mengulaskan senyum pengharapan.***Pak Herman terlihat begitu bahagia mendengar keputusan Ayra, ini dikarenakan presdir Herlambang secara pribadi meminta banyak kepada pak Herman untuk membantunya membujuk Ayra. Pekerjaan ini sudah terselesaikan, dengan hasil yang sesuai harapan.Pak Herman berencana untuk segera menghubungi presdir Herlambang, mengabarkan mengenai hal baik ini. Semua ini akan memiliki imbas baik bagi dirinya, setidaknya dia mendapat kepercayaan yang lebih dari presdir Herlambang, karena dia sudah berhasil membantunya.Bersambung...Akhir KisahMalam itu di dalam mobil, Alana terlihat menatap Arsen yang sedang sibuk menyetir.“Apa kamu akan melakukan itu selama perjalanan pulang?” tanya Arsen. Alana mengulaskan senyum, rupanya Arsen mengetahui apa yang dia lakukan, terus memandangi laki laki tampan yang ada di sebelahnya.“Apa kamu mau membelikanku ice cream, waktu itu kamu bilang aku menjatuhkan ice cream di bajuku, padahal aku tidak terlalu suka makan ice cream (kejadian di mall),” ucap Alana.“Tidak mungkin, ice cream itu makanan yang hampir semua orang suka,” ucap Arsen.“Ya, mungkin karena aku sudah lama tidak memakannya,” ucap Alana.“Aku sudah lupa bagaimana rasanya,” lanjut Alana.Arsen terlihat mengarahkan matanya pada Alana, hanya sekian detik.“Baiklah,” ucap Arsen yang kemudian membelokkan mobilnya ke sebuah kedai ice cream yang cukup terkenal.Mobil Arsen berhenti di depan kedai ice cream itu.“Ayo kita turun, kamu boleh membeli apapun yang kamu inginkan,” ucap Arsen seolah mengatakan itu pada anak k
Tidak Ingin Hidup MiskinNyonya Sisca terlihat duduk di apartemen mewah. Penthouse yang dulu ditempati Isabela, sekarang ditempati oleh Rose dan akan menjadi tempat tinggal nyonya Sisca.“Ibu, minumlah,” ucap Rose seraya menyodorkan segelas teh hangat.“Bibi Esti sedang menemani Amora tidur, Rose akan bantu ibu ke kamar ibu,” lanjut Rose.“Apa kita akan tinggal di sini?” tanya nyonya Sisca.“Iya ibu, rumah ibu disita, juga dua apartemen yang lain. Untung apartemen ini sudah atas nama Rose, kakak memberikan apartemen ini untuk Rose tempati,” ucap Rose.“Apa kakakmu memberikan tempat ini untuk Isabela?” tanya nyonya Sisca.“Iya, dulu, sebelum akhirnya dia datang ke rumah,” ucap Rose.“Sebelum dia menghancurkan keluargaku,” ucap nyonya Sisca.Rose terlihat duduk di sebelah ibunya duduk, memegang tangannya, mengelusnya lembut.“Sudahlah ibu, tidak perlu diingat lagi, kita bisa memulainya,” ucap Rose.Nyonya Sisca terlihat menatap Rose dengan pandangan mendalam.“Apa? Memulai? Tidak, semua
Satu Orang Lagi“Arsen? Apa yang baru saja kamu katakana?” tanya nyonya Farida yang kemudian melangkah mendekat ke arah Alana dan Arsen.“Tan-tante Farida,” ucap Arsen gugup.“Arsen, katakana sekarang, apa benar Alana, Alana,” ucap nyonya Farida terhenti.Arsen, Alana dan nyonya Farida duduk di kursi sofa ruang tengah.“Ya Tuhan, apa itu benar Alana, ah, Ayra,” ucap nyonya Farida seraya memeluk Alana.“Maafkan Alana tante, Alana tidak menceritakannya sejak awal, Alana minta maaf,” ucap Alana.Nyonya Farida terlihat mengusap air matanya, dia merasakan apa yang Ayra alami selama tinggal di rumah mewah itu.“Mereka benar benar kejam,” ucap nyonya Farida seraya melepaskan pelukan Alana.“Tante mengerti kenapa kamu sampai di titik ini,” lanjut nyonya Farida.“Tante, tolong rahasiakan ini semua, hanya Arsen dan beberapa orang yang tahu,” ucap Arsen.“Beberapa orang? Siapa?” tanya nyonya Farida seraya menatap Arsen.“E-Edo dan Amanda,” ucap Arsen.“Apa? Kamu mempercayai mereka tapi tidak den
Tidak Mengakui KesalahanArdian terlihat hanya diam, di sebuah ruangan yang bercat hitam. Sendiri, memahami situasi dengan cepat.“Baiklah pak Ardian, mari kita lanjutkan,” ucap seorang penyidik yang baru saja masuk ke ruangan itu.“Sudah aku bilang, aku tidak membunuh istriku! Itu adalah kecelakaan!” teriak Ardian.“Baiklah, anda terus saja mengatakan itu. Jika memang itu kecelakaan, lalu kenapa anda mengatakan pada keluarga anda bahwa istri anda pergi dengan laki-laki lain?” tanya penyidik.“Apa? Siapa yang memberikan informasi seperti itu?” tanya Ardian dengan mata bulat penuh.“Adik anda sudah memberi keterangan, dia kami tetapkan sebagai saksi,” ucap penyidik.“Apa? Rose? Tidak, dia tidak tahu apa apa,” ucap Ardian.“Ya, saya tahu, pelakunya adalah anda dan nyonya Isabela. Anda tahu nyonya Isabela bahkan mendapat tuntutan yang sangat panjang, kejahatannya tidak bisa dimaklumi,” ucap penyidik.Ardian terdiam, melihat kearah penyidik berperawakan kecil namun tengil. Senyumnya penuh
Penangkapan Ardian“A-Ainun,” gumam nyonya Sisca dengan pandangan tidak percaya.Pak Herlambang masih berusaha untuk memahami situasi, tidak ingin tertipu dengan prasangkanya. Namun setelah sekian detik berpikir cepat, wanita yang tiba tiba muncul itu benar benar Ainun, cinta pertamanya.Rose menatap ke arah wanita itu. Dia ingat, wanita yang pernah dia kagumi saat pertama kali melihatnya.“Dia, wanita yang aku lihat malam itu,” gumam Rose dalam hati.Ardian sudah memahami situasinya sejak awal, tidak ada kekagetan di wajahnya, dia hanya penasaran, apa alasan dibalik kemunculan wanita itu? Bukankah dia yang sudah meninggalkan ayahnya puluhan tahun lalu.“A-Ainun,” gumam lirih pak Herlambang. Laki-laki tampan yang berdiri di samping nyonya Ainun terlihat memberi isyarat penghormatan, menundukkan kepalanya pada semua orang yang ada di hadapannya.“Laki-laki itu tampan sekali,” puji Rose dalam hatinya. Dia berusaha membuyarkan pikiran itu dan fokus memahami apa yang sebenarnya terjadi.“
Semua Datang Bersamaan Sekretaris Pete memberikan uang kepada beberapa orang yang merupakan petugas pemakaman. “Pak, semua sudah beres, kami akan merawat makam itu. Oh iya, ngomong ngomong mayat siapa itu?” tanya salah satu petugas pemakaman. “Seperti biasa, mayat dari rumah sakit yang tidak memiliki identitas setelah penyelidikan,” ucap sekretaris Pete memberikan alasan yang mungkin masuk akal dan bisa diterima. “Pak Arsen itu sangat luar biasa, beliau mengurus beberapa jenazah tanpa identitas. Seingat saya ada lima tunawisma yang sudah dimakamkan di sini, dibiayai pribadi oleh pak Arsen,” ucap petugas makam itu. “Ya, sesama manusia kita harus memanusiakan manusia lain,” ucap sekretaris Pete. “Apa seperti itu tidak diurus pemerintah?” tanya petugas makam. “Tentu saja, pemerintah juga mengurus hal semacam itu, namun jenazah jenazah tanpa nama yang datang ke rumah sakit Keluarga Sehat selalu diurus pribadi oleh pak Arsen,” ucap sekretaris Pete. “Pak Arsen memang sangat l