Share

BAB 4 Pria Tampan

Penulis: Nietha_setiaji
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-30 11:32:43

Pria Tampan

Ayra mendengarkan apa yang pak Herman katakan, namun matanya tertuju pada seseorang yang muncul dari pintu masuk kantin.

Dia melihat ada seorang pria dengan setelan jas warna coklat tua, menggunakan kacamata dengan lensa putih, rambutnya begitu rapi. Dia terlihat berjalan ke arah pak Herman duduk.

Wajahnya begitu khas, dengan tulang rahang yang tegas, alis tebal dan mata sedikit sipit. Hidungnya mancung sekali, berpadu dengan bibir tipis merah jambu alami. Ini adalah sosok pria tampan yang selama ini ada di dunia khayalan Ayra.

Pria tampan itu duduk di kursi kosong yang berada persis di sebelah mereka duduk, seorang diri. Ayra pikir, pria itu adalah salah satu keluarga pasien yang dirawat di rumah sakit ini.

Pria itu benar benar tampan.

"A-Ayra, kamu sedang melihat apa?" tanya pak Herman yang melihat Ayra begitu fokus pada satu titik. Tanpa menunggu jawaban dari Ayra, pak Herman segera menoleh dan mencari sumber ketertarikan Ayra itu.

"A-Ayra, ini benar benar sesuatu yang luar biasa, itu adalah pak Ardian, putra mahkota Abadi Group," ucap pak Herman yakin.

"A-apa pak Herman? pria tampan itu Ardian?" tanya Ayra.

"I-iya, sebentar saya akan menyapanya."

Pak Herman terlihat berjalan ke arah pria tampan itu.

"Selamat siang pak Ardian," ucap pak Herman seraya menundukkan badan.

Pria itu menoleh ke arah sumber suara.

"Pak Herman," sapa Ardian.

"Pak Ardian sedang apa disini? Hanya sendiri?" tanya pak Herman.

"Oh, iya, tadi ayah meminta saya untuk melihat kesiapan penerimaan alat kloter pertama yang akan datang besok," ucap Ardian.

"Oh iya pak Ardian, saya di sini bersama rekan, salah satu dokter magang terbaik di rumah sakit ini. Saya ingin mengenalkan rekan saya kepada anda," ucap pak Herman yang melihat kesempatan emas ada di depan mata.

"Baiklah, duduklah bersamaku," pinta Ardian. Mendengar itu pak Herman melambaikan tangan ke arah Ayra. Melihat isyarat dari pak Herman, Ayra terlihat mulai gugup, menunjuk nunjuk ke arah dirinya sendiri. Pak Herman dengan gemas meminta Ayra untuk segera mendekat ke arahnya.

"Gadis itu benar benar tidak mengerti? Ini kesempatan emas," gumam pak Herman dalam hati.

Ayra terlihat mulai berdiri dari posisi duduknya, berjalan dengan perasaan gugup ke arah pak Herman.

Pak Herman dan Ayra duduk tepat di hadapan Ardian. Kali ini Ayra bisa dengan jelas mengamati wajah Ardian yang semakin dekat diamati semakin terlihat tampan.

"Pak Ardian, ini Ayra, salah satu dokter magang terbaik di rumah sakit ini," ucap pak Herman.

"Hai, saya Ardian," ucap Ardian seraya menjulurkan tangan yang setelahnya diterima oleh Ayra.

"Sa-saya Ayra," ucap Ayra singkat, terdengar sedikit gugup dan malu-malu.

"Pak Ardian, Ayra ini adalah dokter magang yang sangat berbakat, lulus dengan predikat terbaik dan dia merupakan salah satu dokter teladan di rumah sakit ini," ucap pak Herman yang seolah ingin memberikan kesan yang baik mengenai sosok Ayra.

Beberapa saat Ardian terlihat mengamati Ayra, lalu tersenyum. Senyum tipis Ardian membuat Ayra salah tingkah dan sedikit gugup. Detak jantungnya seolah lebih kencang dari biasanya, bahkan bisa didengarkan dengan telinga terbuka.

"Pak Herman, ayah sudah cerita kepadaku, mengenai Ayra," ucap Ardian, ternyata pak Herlambang sudah lebih dulu menceritakan mengenai Ayra.

"Senang kita bisa bertemu di sini," lanjut Ardian.

"Ba-baiklah kalau begitu, ini kebetulan yang bagus," ucap pak Herman gugup dan bercampur dengan bingung.

"Oh iya Ayra, saya harus mengurus beberapa hal di kantor, saya harus segera ke sana," ucap pak Herman mencari alasan supaya bisa segera pergi dan meninggalkan Ayra yang mungkin saja ini menjadi waktu yang tepat untuk mereka saling berkenalan.

"Pak Ardian, saya minta maaf sekali karena harus pergi, ini sangat penting," ucap pak Herman.

"Iya, tidak masalah," ucap Ardian.

"Baiklah, saya permisi dulu," ucap pak Herman seraya segera pamit pergi.

Ayra yang melihat itu tidak bisa berbuat apa apa, pak Herman dengan sengaja meninggalkannya berdua sendiri dengan orang yang baru dikenalnya.

Ayra terlihat gugup.

"Tidak apa apa, ini kebetulan yang sangat baik, kita bisa mengobrol, saling mengenal, saya cukup penasaran karena ayah sangat mengagumimu," ucap Ardian.

"Ti-tidak juga pak Ardian, kami bahkan baru pertama kali bertemu," ucap Ayra gugup.

"Panggil saja Ardian," ucap Ardian yang seolah membuka jalan mereka untuk bisa saling mengenal bahkan dekat.

Dari gelagatnya sudah bisa ditebak bahwa Ardian menerima usulan dari ayahnya untuk menjadikan Ayra sebagai istri. Cukup aneh sekali, karena pria setampan ini seolah kesulitan dalam urusan mencari jodoh.

Ardian terlihat mengamati Ayra, matanya fokus, begitu seksama, lalu dia mengambil kesimpulan jika Ayra cukup cantik dan minimal pantas jika harus menjadi istrinya.

Mereka berdua terlihat terlibat dalam obrolan ringan, namun merupakan waktu yang tepat untuk mereka bisa saling mengenal satu sama lain, sungguh kebetulan yang aneh.

***

Beberapa jam sebelumnya di kantor utama Abadi Group. Presdir Herlambang terlihat berbincang serius dengan putranya, Ardian Putra Herlambang .

"Ardian, ayah sudah menemukan gadis yang tepat untukmu. Dia dari kalangan biasa, sepertinya tidak akan terlalu menuntut. Dia bisa memasak, pandai merawat orang tua dan rajin. Ada hal yang penting juga, dia berpendidikan, lulusan terbaik dari salah satu fakultas kedokteran, dia juga merupakan dokter yang cukup direkomendasikan di rumah sakit Sehat Abadi. Dia memiliki penampilan yang bagus dan cukup cantik," ucap presdir Herlambang.

"Terserah ayah, aku menurut saja apa yang ayah inginkan, lagi pula istri tidak terlalu penting untukku, hanya status saja, paling tidak ada yang mengurusku," ucap Ardian dingin.

Dari percakapan mereka bisa diambil kesimpulan bahwa kriteria yang presdir cari adalah gadis yang bisa menjadi sosok ibu rumah tangga seutuhnya, pandai dalam segala hal. Bahkan Ardian tidak terlalu memiliki kriteria khusus dalam mencari seorang istri, dia menurut apapun yang ayahnya mau, sungguh anak yang berbakti.

"Siang ini sekitar pukul 2 siang, datanglah ke rumah sakit, ke kantin rumah sakit, pak Herman sudah merencanakan pertemuan kalian," ucap presdir Herlambang.

"Apa harus secepat ini?" tanya Ardian, masih dengan sikap dinginnya.

"Kamu tau alasannya bukan, ini semua sudah kita bicarakan," ucap presdir Herlambang.

"Baik ayah," Ardian tidak menentang sedikitpun apa yang menjadi keinginan ayahnya.

Pria tampan ini benar benar adalah pria yang penurut, padahal jika dia mau, dia bisa mencari gadis bahkan yang tercantik di kota ini. Benar benar penurut atau ada rahasia tersembunyi di antara mereka.

Beberapa bulan sebelum pertemuan Ardian dengan Ayra, keluarga Mahendra yang terdiri dari Presdir Herlambang Mahendra , istrinya yang bernama Sisca Mahendra, putranya Ardian Mahendra, anak keduanya Rose Mahendra, dan putri ketiganya yang berusia Lima belas tahun bernama Loly Mahendra, gadis cantik yang mengidap down syndrome, mereka terlibat dalam rapat keluarga yang begitu serius.

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 112 Masa Masa Sulit

    Masa Masa Sulit “Bu Ayra adalah orang yang kuat,” ucap sekretaris Edo."Ya, dia memang wanita yang kuat," ucap Arsen.“Baiklah pak, saya pulang dulu,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, maaf mengganggu waktu liburmu,” ucap Arsen.“Tidak apa apa pak, hubungi saya jika ada yang bapak perlukan,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, terima kasih,” ucap Arsen. Sekretaris Edo bergegas pergi, Arsen membawa beberapa paper bag bingkisan itu ke kamar di mana Ayra berada.“Ayra, aku membawakan semua kebutuhanmu, jika ada yang kurang sampaikan saja,” ucap Arsen pada Ayra yang terlihat mengamati pemandangan diluar jendela kamarnya. Arsen meletakkan semua bingkisan itu di lantai.“I-iya,” ucap Ayra singkat. Arsen tahu, segala hal yang menimpa Ayra tidak bisa semudah itu diterima, dia masih terguncang dan Arsen berusaha memberi Ayra ruang. "Aku ada di luar, jika kamu

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 111 Setelah peristiwa itu

    Setelah peristiwa itu Pagi hari, Ayra tersadar, dia mendapati tubuhnya sudah berganti pakaian dengan pakaian hangat, tertutup selimut tebal, tangannya juga terpasang selang yang terhubung dengan cairan infus. Dia berada di sebuah kamar yang nyaman. Kepalanya terasa sakit, ada perban menempel di sana, mungkin itu adalah luka yang dihasilkan dari pertengkaran sengit tadi malam. Ayra yang masih begitu lemah hanya bisa menghela nafas lega, bersyukur Tuhan memberinya hidup kedua walaupun belum bisa membedakan ini semua hanya mimpi atau kenyataan. Samar samar dia melihat sosok yang sudah tidak asing lagi, dia adalah Arsen, iya Arsen. teman Ayra sewaktu masih duduk di bangku kuliah, yang selalu menjadi sahabat baiknya, hingga saat ini. Arsen duduk di kursi yang ada di kamar itu, tertidur, terlihat sangat kelelahan. Arsen yang menyelamatkannya, memberikan hidup kedua bagin

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 110 Misi Penyelamatan

    Misi Penyelamatan Di dalam mobil, suasana tegang benar benar terasa.“Kemana kita harus membawanya?” Tanya Ardian.“Kita buang saja, kita hanyutkan di sungai,” ucap Isabela memberi ide.“Apa?” Tanya Ardian tidak percaya.“Tidak, di jembatan akan sangat ramai sekali, kita tidak bisa membuangnya di kota,” ucap Ardian“Apa kamu yakin dia sudah mati?” tanya Ardian.“Dia masih hidup, nafasnya tipis. Kamu tidak melihat darah yang keluar dari kepalanya? Aku yakin dia tidak akan bertahan,” ucap Isabela.“Apa yang kita lakukan, kita sudah menjadi pemb-unuh,” ucap Ardian gugup dan juga takut. Isabela menggenggam tangan suaminya, berusaha memberi kekuatan.“Ini yang terbaik, kita harus menyingkirkannya, tidak ada pilihan lain,” ucap Isabela.“Pikirkan anak kita, apa kamu yakin rela menukar hidupmu yang penuh dengan kemewahan dengan hidup di penjara?” Tanya Isabela.

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 109 Medan Perang

    Medan Perang Ardian membawa Ayra ke apartemennya, penthouse mewah yang bahkan memiliki lift sendiri. Ayra hanya diam, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Dia bahkan belum percaya bahwa dirinya akan mengalami hal semacam ini, bertemu dengan selingkuhan suaminya. Mereka sampai di depan pintu apartemen, Ardian membuka pintu itu.Di dalam apartemen sudah ada Isabela, duduk dengan santainya di sofa yang ada di sana.Hati Ayra bergetar hebat.“Wanita itu,” gumam Ayra. Ayra menatap wanita itu dalam dalam, bahkan matanya nyaris keluar. Isabela mengulaskan senyum, seolah sengaja melakukan itu. Dia berdiri, lalu mendekat kearah Ayra.“Apa kamu kaget?” Tanya Isabela, berusaha terlihat tenang.“Kamu?” Tanya Ayra.“Isabela?” tebak Ayra. Ardian mengerutkan dahi, dia bahkan tidak menyangka jika Ayra mengenal Isabela.“Ya, orang yang selalu kalah dari

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 108 Peristiwa Mengerikan Mulai Terjadi Part 2

    Peristiwa Mengerikan Mulai TerjadiPart 2 Mobil Ardian masuk ke dalam lingkungan apartemen.“Itu mobil mas Ardian, ya, itu mobilnya,” ucap Ayra yakin.Ayra segera berlari mengikuti mobil itu hingga ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Dengan nafas tersengal sengal, Ayra berhenti tepat di depan mobil Ardian.“Ar-Ardian,” ucap Isabela gugup.“Ada apa?” Tanya Ardian yang belum menyadari kehadiran Ayra.“Di-dia,” ucap Isabela seraya menunjuk ke arah Ayra berdiri. Ardian melihat kearah itu, dia kaget, ada istrinya di sana.“A-Ayra,” ucap Ardian.“Isabela, sebaiknya kamu bawa Amora naik, aku akan menemuinya,” pinta Ardian.“I-iya,” ucap Isabela yang segera keluar dari mobil, berusaha menyembunyikan wajahnya dan masuk ke dalam area apartemen. Ayra melihat wanita itu, dengan perasaan campur aduk yang luar biasa. Ayra berusaha menstabilka

  • Istri Sengsara Sang Billionaire   BAB 107 Peristiwa Mengerikan Mulai Terjadi

    Peristiwa Mengerikan Mulai Terjadi Ayra menginjakkan kaki di apartemen itu, apartemen mewah yang harganya pun tidak biasa. Ayra memegang dadanya, menguatkan hati juga pikirannya. Jantung itu berdegup dengan kencang, seperti genderang perang, dia bahkan kesulitan untuk menstabilkan deru jantungnya.“Kamu harus kuat Ayra, apapun yang akan kamu dapatkan di tempat ini,” ucap Ayra. Dengan yakin dia memasuki apartemen itu, mendekat ke arah resepsionis sebagai jalan pintas dari pada harus mencari cari tidak jelas.“Se-selamat siang,” sapa Ayra.“Selamat siang ibu, ada yang bisa saya bantu?” Tanya resepsionis yang terdengar begitu ramah.“Ma-maaf saya mau Tanya, apa benar bapak Ardian Herlambang tinggal di salah satu unit penthouse?” Tanya Ayra. Mendengar hal itu, petugas resepsionis bernama Naira itu mengerutkan dahi. Ayra menangkap sinyal keragu raguan.“Oh, maaf, saya hanya mau mengantarkan pesanan kado,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status