Share

Pov Frida

last update Last Updated: 2022-10-06 10:15:02

Pov Frida 

Usai menunaikan sholat zuhur, aku segera bergegas ke luar, menemui Bang Farhan, tapi sayang, rupanya mantan suamiku itu sudah pergi. 

             

Aku terbiasa sholat awal waktu, begitu azan berkumandang, segera ku tunaikan kewajibanku itu. Aku tidak mau menunda-nunda sholat, bikin hati was-was, takutnya ada pembeli datang, sholat pun bablas. 

Tadi memang aku sempat mendengar suara panggilan dari Bang Farhan, tapi aku sedang sholat. Panggilan itu pun aku abaikan, dan dia pergi begitu saja tanpa pamit. 

Farhan Habibi, nama lelaki yang menikahi aku empat belas tahun yang lalu itu. Kami tetangga sekampung, berlatar belakang dari keluarga pas-pasan, tak tapi menyurutkan langkahnya untuk meminangku, si kembang desa. 

Dia tidak tampan, tidak pula mapan. Tapi entah mengapa aku bisa jatuh cinta padanya, mungkin karena tutur katanya yang santun, dan sikapnya yang selalu sopan pada siapapun.

Kalau mengingat semua itu, seperti membuka luka lama yang sudah mulai mengering, dan kini harus berdarah lagi. 

Dulu kami hidup miskin, gajinya sebagai buruh pabrik hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Tempat tinggal pun hanya mampu ngontrak rumah petak, bagiku tak apa, yang penting ada tempat berteduh. 

Kemiskinan tak membuat cintaku luntur, aku terus menyemangatinya agar lebih giat bekerja. Hingga suatu hari bapakku mengunjungi kami, beliau merasa iba, melihat keadaan kami yang memprihatinkan. 

"Kalau tahu hidupmu seperti ini, tak ku ijinkan kau ikut merantau suamimu, Da. Lebih baik di kampung, tinggal sama Bapak, semua ada nggak kekurangan," tutur Bapak dengan suara sedih. 

"Ya namanya juga istri, Pak. Harus ikut kemana pun suami pergi," sanggahku kala itu. Apapun keadaannya aku harus menerima suamiku, kan? Tak boleh mengeluh, apalagi pada orang tua. Hanya akan menambah beban pikiran saja. 

"Kalau hanya bikin susah, buat apa dia ajak-ajak kamu," balas Bapak tidak suka, orang tua mana yang tega melihat anaknya menderita. 

"Sawah bagianmu Bapak jual, ya? Masmu mau membelinya. Harganya memang sedikit lebih murah dari harga pasar. Tapi itu lebih baik, dari pada dibeli orang lain. Kan uangnya bisa kamu pakai buat beli rumah yang layak, dan buat modal usaha."

Dan aku pun menuruti usulan bapakku, meski pada awalnya kami harus terseok-seok, gonta-ganti usaha, hingga akhirnya sukses membuka warung soto. 

Tapi dasar laki-laki tidak tahu diuntung! Setelah sukses dia malah menjalin cinta dengan mantan pacarnya, Freya Matilda. 

Bukan pacar sih, tepatnya penggemar setia. Freya adalah idola di sekolahnya dulu, cantik seksi dan popoler di kalangan murid laki-laki, termasuk Bang Farhan. 

Tetapi Freya yang cantik itu punya selera tinggi, hingga cinta Bang Farhan bertepuk sebelah tangan. Mana mau Freya pacaran dengan anak buruh tani, seperti Bang Farhan itu. 

Tapi itu dulu, setelah Bang Farhan sukses, siapa yang tak tergoda? Freya yang dulu menikah dengan pengusaha kaya, diceraikan suaminya karena ketahuan selingkuh. Itu cerita yang kudegar dari temanku. 

Freya bertemu dengan Bang Farhan tanpa sengaja, saat makan soto di warung kami. Freya yang tahu Mas Farhan sudah sudah sukses dan kaya, pun merayu Mas Farhan, dan terjalinlah hubungan terlarang itu. 

"Maafkan Abang, Da. Abang khilaf," lirihnya saat kutunjukkan, video dan foto-foto seronoknya dengan Freya. 

"Abang tega ya? Waktu Abang miskin, siapa yang setia menemani? Siap yang suport Abang sampai sukses? Freya?!" raungku, dan Bang Farhan hanya bisa menggelengkan kepalanya. 

"Aku Bang! Aku! Istrimu!" jerit ku pilu. 

"Aku minta maaf, Da. Tapi aku benar-benar mencintainya," ucap Mas Farhan pelan, tapi terdengar bagai sambaran petir di telingaku. 

Istri mana yang sanggup mendengar pengakuan, bahwa suaminya mencintai wanita lain?

"Apa kamu bilang, Bang? Kamu mencintai Freya? Lalu kau anggap aku ini apa, hah?" ucapku dengan nada tinggi. 

"Aku juga mencintaimu, Da. Aku mencintai kalian berdua. Aku tidak akan menceraikanmu, meskipun aku menikahi Freya nantinya," ucap Bang Farhan tanpa merasa berdosa. 

"Plak!" tamparan ku mendarat di wajah Bang Farhan yang tidak mulus itu. 

"Kurang ajar kamu, Bang! Laki-laki serakah, kau pikir aku apa? Benda untuk dikoleksi?!" murkaku, seraya menjambak rambut ikal Mas Farhan. 

"Sakit Da, lepaskan," rintih Mas Farhan, sambil memegangi tanganku, yang berada di atas kepalanya.Tapi aku yang sudah kadung emosi, justru memperkuat cengkeramanku. 

"Kau pikirkanlah nasib anak-anak, Da. Jangan egois," ratapnya, masih dengan merintih. 

"Kamu bilang aku egois? Pintar sekali kau memutar balikkan fakta, Bang. Kau yang selingkuh, kau bilang aku yang egois? Apa waktu kau meniduri Freya ingat anak-anaknu, hah?!" geram ku seraya menghujaninya, dengan pukulan. 

"Ampun Da, ampun ..." rintihnya. 

"Pergi kamu! Pergi!" jerit ku seperti orang kesetanan. 

Sejak itu hubungan kami semakin memburuk, kami tak lagi bertegur sapa, meski tinggal satu rumah. Aku pun tak perduli lagi, dengan apa pun yang dilakukannya. 

Hatiku terlanjur sakit, cinta dan pengorbanan tulus ku, dibalas penghianatan. Aku tak bisa lagi berfikir jernih untuk mengambil langkah selanjutnya. Meratap kini jadi hobi baruku. 

Hingga hal yang tak kuinginkan pun terjadi. 

"Da, aku minta maaf atas semua kesalahanku selama menjadi suamimu," lirih Bang Farhan. 

Kupikir waktu itu, dia sudah menyadari segala kesalahannya, dan bermaksud memperbaiki hubungan kami. Selama ini aku diam, berharap dia berubah, tapi nyatanya?. 

"Terimalah ini, Da." Mas Farhan menyerahkan, sebuah amplop coklat berlogo pengadilan agama.

Air mataku luruh seketika, demi mengetahui isinya. Surat merah. 

"Sejak hari ini kau bukan istriku lagi, kita sudah resmi bercerai," ucap Bang Farhan, datar. 

"Sekali lagi aku minta maaf," ucapnya sebelum pergi dengan membawa koper besar. 

Jadi selama ini dia diam-diam menggugat cerai aku? Dan dia sengaja mengalamatkan panggilan sidangnya ke warung, terang saja aku tidak tahu. "Dasar licik!" Makiku dalam hati. 

Benar-benar tidak punya hati, aku yang berjuang, aku yang ditedang. Dalam tangisku aku berdoa, semoga mereka mendapat karma. 

Aku menjalani hari-hari setelah bercerai tanpa semangat, untung ada Firni dan ferina,. merekalah yang menjadi penguatku, penghibur gundahku. 

"Sudahlah Bu, Bapak kan sudah kawin lagi, nggak usah dipikirin," ucap Firni, anak gadisku yang belum genap tiga belas tahun. 

Kalau orang lain menutupi kebusukan ayah anaknya, berbeda dengan aku. Aku biarkan anak-anak tahu kelakuan bapaknya, agar bisa jadi pelajaran untuk mereka kelak. 

Dan sekarang kami sedang berusaha untuk bangkit dari keterpurukan, tiba-tiba dia datang mengibarkan bendera perang, meminta rumah ini untuk dijual. 

Pasangan serakah itu tidak akan kubiarkan menari di atas penderitaan kami. Freya harus merasakan, bagaimana rasanya hidup serba kekurangan. Bukan hanya enak-enakan menikmati kesuksesan suami orang. 

Bersambung .... 

Jangan lupa review bintang lima, ya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ida Nurjanah
Bawa ke pengadilan ,urus harta gono gini nya ,jngn ke enakan maklampir nikmatin harta yg di cari bersama.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Serakah   Ending

    Istri Serakah 37 Aku hampir tak percaya dengan apa yang kulihat, tubuh kurus kering hanya tulang berbungkus kulit, lemah terbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Aku hampir tak mengenali siapa dia. Ini bukan manusia, tapi mayat. Kemana Freya si cantik dan seksi? Kemana wanita yang selalu tampil modis dan menggoda? Malangnya nasibmu, Freya. Hidup terlunta-lunta, digerogoti penyakit mematikan. Tinggal di kamar sempit dengan kasur lusuh, pula. "Bu Freya, ini ada Pak Farhan," ucap petugas Dinsos yang mendampingiku, dengan suara pelan. Wajah yang tadi menengadah ke atas, dengan tatapan kosong, kini beralih menatapku. Sumpah, benar-benar seperti tengkorak hidup. Mata cekung dengan tulang pipi yang menonjol dan gigi nampak geripis. Aku sampai ngeri. Kalau tidak didampingi petugas Dinsos, pasti aku sudah lari tunggang langgang. Benar-benar menakutkan Freya ini. "Farhan." Suara Freya terdengar parau, seperti suara nenek-nenek. Mengingatkanku pada tokoh jahat "Mak Lampir". "Pak Fa

  • Istri Serakah   Lima Tahun Kemudian

    Istri Serakah 35 Lima tahun berlalu, aku masih sendiri, belum bertemu wanita yang tepat. Aku putus komunikasi dengan, Freya. Bagiku perempuan itu sudah mati, gara-gara dia aku harus memulai semua dari nol. Kabar terakhir yang kudengar, dia menikah dengan pengusaha baru bara asal Kalimantan. Seperti keinginannya untuk menikahi pria kaya, agar hidup serba berkecukupan, tanpa harus bekerja keras. Entah seperti apa nasibnya sekarang. Aku tidak tahu, dan tidak mau tahu. Kalau dia kaya, pasti sombongnya nggak ketulungan. Apalagi melihat hidupku yang seperti ini, bisa bersorak menang dia. Dengan Frida, aku masih menjalin komunikasi, tapi hanya sebatas masalah anak-anak, lain tidak. Frida sudah bahagia dengan suami barunya, tidak enak kalau aku masih menjalin komunikasi secara intens. Dari pernikahannya dengan Tomi, Frida dikaruniai anak laki-laki. Lengkap sudah kebahagiaan mereka. Hubunganku dengan anak-anakku sudah membaik, mereka tak lagi bersikap canggung padaku. Mereka juga tak per

  • Istri Serakah   Panti Sosial

    Pov Freya. "Kasihan ya? Badannya samapai kayak tengkorak hidup begitu." Sayup-sayup kudengar orang sedang bicara. "Sudah berapa lama dirawat di sini?" Terdengar suara lain menyahut. "Enam belas hari, Bu." Itu suara Suster Anisa. "Selama itu mereka hanya berdua? Nggak ada keluarganya sama sekali?""Pertama datang dalam keadaan pingsan, diantar seorang laki-laki, tapi setelah itu dia pergi dan tak pernah kembali. Sepertinya dia sengaja ditinggal, mungkin keluarganya tidak mau repot," jelas Suster Anisa. "Kok ada ya, orang setega itu? Menelantarkan keluarganya sendiri. Punya salah apa dia, sampai diperlakukan seperti itu?"Percakapan Suster Anisa, entah dengan siapa itu, membuat hatiku tercabik-cabik. Se-mengenaskan itu nasibku, sudah miskin, penyakitan, dibuang keluarga pula. Rasanya tak ada nasib yang lebih malang dari hidupku ini. Perlahan aku membuka mata, rasanya aku tak sanggup lagi mendengar mereka membicarakanku. "Bu Freya sudah bangun," sapa Suster Anisa Ramah. "Bapak da

  • Istri Serakah   Pov Freya

    Pov Freya. Aku terbangun di atas brangkar rumah sakit, tapi aku yakin ini bukan rumah sakit yang sama. Ruangan di sini lebih kecil dibanding ruangan sebelumnya. Aku menoleh ke samping, ada beberapa pasien yang sedang terbaring. Rupanya aku dipindah ke bangsal, ruangan yang ditempati beberapa orang. Rupanya Julian tak ingin mengeluarkan banyak uang, untuk membayar perawatan ku. Padahal dia meraup banyak untung dari menjual tubuhku. Dasar laki-laki tak punya hati! rutukku dalam hati. Tapi aku tetap bersyukur, setidaknya aku mendapat perawatan. Daripada dibuang di jalan. Laki-laki itu kejamnya luar biasa, dia bisa melakukan tindakan diluar nalar. "Mama! Mama! Mama sudah bangun?" tangan mungil milik Fadil menggoyang tanganku. "Eh iya Nak," ucapku terharu. Melihat Fadil di sisiku. Kupikir Julian membuktikan ancamannya akan menjual Fadil. "Ibu tidurnya lama, nggak bangun-bangun. Aku di sini nggak ada temannya," ucap bocah lima tahun itu dengan polosnya. "Om Julian mana," tanyaku

  • Istri Serakah   Dijual

    Akhirnya aku terpaksa melayani nafsu be jat laki-laki bernama Rudi ini. Meski tua bangka ternyata dia tangguh juga, berkali-kali aku dibuatnya tak berdaya. "Terimakasih pelayanannya cantik, kamu memang hebat. Baru kali ini aku merasa puas, tak rugi aku membayar mahal pada Julian," ucap Rudi seraya mengenakan pakaiannya. "Sama-sama, mana tip yang kamu janjikan? Kamu bilang kalau aku bisa memuaskanmu," ucapku menagih janji. "Tentu saja aku tidak lupa, ini!" Rudi mengambil beberapa lembar uang berwarna merah dari dompetnya, lalu meletakkannya di pangkuanku. Tangan yang mulai keriput itu membelai wajahku, bibir hitamnya mengecup bibirku. Aku hanya bergeming, jujur aku merasa jijik disentuh pria tua itu. Meski demi uang, aku tetap pilih-pilih pelanggan, tidak sembarangan seperti ini. "Kalau aku tidak takut istriku, sudah pasti aku akan membawamu pulang ke rumahku. Kamu benar-benar membuatku mabuk kepayang, tapi aku harus kerja. Besok aku akan datang lagi, tunggu ya?" ucap Rudi seraya

  • Istri Serakah   Calon Suami

    Pov Freya"Frey, itu laki-laki yang katanya pengen kenalan sama kamu," ucap Andrea. Dia menunjuk seorang laki-laki berpenampilan dandy yang sedang berjalan dari arah pintu. "Dia itu tajir melintir, pengusaha batu bara. Lagi cari istri katanya, kamu mau aja. Orang ganteng gitu, sayang kalau ditolak," ucap Andrea lagi. "Iya sih dia ganteng dan kaya, tapi apa dia mau sama aku? Sudah hampir kepala empat ini," sanggahku. "Ya nggak pa-pa, kan? Biar sudah berumur kamu masih terlihat cantik dan seksi, kok?" ucap Andrea menyemangatiku. "Aku cuma nggak PD aja, laki-laki tampan dan mapan kayak dia bisa cari perempuan model apa saja. Bahkan gadis perawan bisa dia dapatkan, sekarang itu yang penting kan uang. Masa iya dia mau sama aku, yang sudah mau expired ini? Tentu saja aku tidak percaya begitu saja omongan Andrea. Mau secantik apapun aku, tetap lebih lebih menarik gadis muda. Lebih sekel, lebih ranum. Mana aku sudah punya buntut lagi. Rasanya kok nggak masuk akal. "Dia sendiri yang mint

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status