“Ada denganmu, Sayang?”“Maksudnya apa sih, Mas?” tanya Dona balik sabil menyeruput minumannya. Kejadian tabrakan tadi membuatnya memerlukan asupan yang bisa membuat pikirannya lebih dingin.“Kamu benar-benar tidak tahu apa yang terjadi? Gosip kita di media sosial sudah sangat viral, Dona.”“Gosip apa, Mas?” Dona berpura bingung.“Gosip tentang meet and greet kita. Padahal kan kita masih belum mempersiapkan apapun untuk itu. Bagaimana mereka bisa mengetahui hal itu?”“Aku sudah mengumumkannya di salah satu fanbase kita. Nggak masalah kan, Mas? Toh nanti juga akan terlaksana. Aku juga sudah minta izin dengan Mas tadi pagi.”“Tapi event seperti itu bukan hanya tentang kita berdua saja, Sayang. Ada managemen kita yang juga harus tahu dan semuanya butuh proses persiapan yang matang. Mas kan sudah jelasin tadi pagi.”“Sudahlah, Mas. Kan mas bisa langsung bicara dengan managemen nanti.”Doni menghelakan napasnya. Putus asa mendengar setiap bantahan dari Dona yang begitu ringan dilontarkanny
Suara bel di depan pintu apartemennya membuat Dona terkesiap. Dengan cepat diselesaikannya step terakhir riasan wajahnya dan berjalan menuju ke pintu apartemennya.“Dia menepati janjinya,” gumam Dona sambil menyunggingkan senyum sinisnya.“Hai,” sapa Aaron yang berdiri tepat di depan Dona.“Bagaimana kamu tahu alamatku?”“Mendapatkan alamat orang yang aku cari adalah hal yang sangat mudah bagiku, terlebih orang itu adalah artis terkenal seperti kamu,” jawab Aaron sambil tersenyum.“Uang memang bisa memudahkan segalanya.” Dona memutar kedua bola matanya. “Tunggu sebentar, aku ambil tas dulu.”Dona bergegas mengambil tasnya kemudian kembali keluar dari dalam apartemennya.“Kamu sudh lama menungguku?”tanya Aaron sambil berjalan di samping Dona.“Aku tidak sedang menunggu kamu, Tuan Arogan. Jangan terlalu percaya diri.”Aaron menahan tawanya mendengar penyangkalan Dona.“Lalu kamu sedang menunggu siapa dengan gaun dan riasan wajah seperti itu?”“Aku memiliki banyak janji makan malam denga
Jihan berdiri menatap ke arah luar dari balkon kamarnya. Dicecapnya beberapa kali wine yang ada di dalam gelas bordeaux di tangannya. Pikirannya melayang jauh. Dia sama sekali tidak menyangka suami yang selalu dibanggakan dan diperjuangkannya tega melakukan hal sejahat itu padanya. Meski belum melihatnya secara langsung, namun firasatnya sebagai seorang istri tidak dapat dibohongi.“Apa kurangku di matamu sampai kamu tega mengkhianati aku, Mas?” ucap Jihan sambil menatap kosong ke luar.“Aku terus menemanimu sejak kamu bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa. Aku tetap mempertahankan kamu meskipun aku memiliki banyak pilihan lain yang lebih mapan dan mencintai aku, bahkan aku menjual semua yang aku punya demi bisa membangun sebuah perusahaan untukmu. Tapi sekarang apa balasanmu padaku, Mas? Kamu diam-diam mengkhianatiku bermain api dengan wanita lain!”Tangan Jihan yang tidak memegang gelas dengan cepat mengepal kuat. Hatinya begitu sakit dan emosinya meluap. Di satu sisi, dia ta
Doni menghelakan napasnya dengan kasar. Hidupnya begitu dipenuhi oleh konflik. Jihan dan Dona sama-sama berang padanya. Tuntutan mereka sama persis, cemburu.“Aku harus apa sekarang?” batin Doni sambil menyugar kasar rambutnya. Penampilannya sudah sangat kacau.“Dona tidak bisa dihubungi sejak tadi, Don.” Roland, pihak management Dona dan Doni tiba-tiba datang dan masuk ke dalam ruangan Doni.“Aku akan membuat janji dengannya besok pagi jika dia sudah bisa dihubungi. Acara meet and greet itu harus kita meetingkan bersama dulu tentang waktu, tempat serta konsepnya. Dona juga harus hadir,” lanjutnya sambil berjalan mendekati tempat duduk Doni.Langkah Roland melambat seiring perubahan ekspresi pada wajahnya melihat keadaan Doni yang begitu menyedihkan dan kusut.“Kamu baik-baik saja, Don? Apa ada masalah?” tanya Roland bingung.Doni mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Roland sambil tersenyum.“Tidak ada. Aku hanya kelelahan hari ini. Aku ingin pulang dan beristirahat.”“Kamu yakin
“Kenapa ponsel Mas Jeremy tidak aktif sejak kemarin? Ada apa dengan dia?”Dona berjalan mondar-mandir sambil terus mencoba menghubungi suaminya itu. Sepengetahuan Dona, suaminya itu sedang berada di luar kota untuk mengurusi cabang bisnisnya. Namun tiba-tiba saja suaminya itu sama sekali tidak bisa dihubungi.Dona sudah mencoba mengubungi beberapa orang kepercayaan suaminya yang ada di kantor, namun jawaban mereka seakan sudah terdikte dengan baik. Mereka sama-sama mengatakan tidak mengetahui kemana suaminya itu.“Ada apa, Nduk? Ibu lihat kamu dari tadi gelisah terus,” tanya Desi, ibunda Dona yang berjalan begitu pelan dari arah dalam rumahnya.Sudah setahun ini kesehatan ibunda Dona semakin menurun. Atas persetujuan Jeremy, Dona meminta ibunya agar tinggal bersama dengan mereka. Dia ingin merawat orangtua satu-satunya itu. sayangnya, disaat Dona sedang fokus pada kesehatan jantung ibunya yang mulai melemah, sikap Jeremy malah mulai berubah. Padahal meskipun Dona sibuk mengurus ibunya
Tiga tahun kemudian, Dona yang telah berusaha menata kembali hatinya kini tampil menjadi seorang Dona yang baru. Penuh semangat dan dendam.Pukul delapan pagi, Dona berdiri tepat di dekat jendela apartemennya. Kedua netranya menatap sebuah foto yang yang ada di genggaman tangannya. Wajahnya menatap nanar, tak lama kemudian tatapan itu berubah menajam.“Sayangnya aku tidak bisa membalaskan semua sakit hati ini padamu, Mas!” ucap Dona menggeram. Tangannya yang lain tampak mengepal kuat, jelas menggambarkan betapa hebatnya rasa sakit yang membendung di dalam hatinya.“Seharusnya kamu merasakan pedih yang aku rasakan atas semua perbuatan bejatmu sebelum mati! Kamu memang sama sekali tidak pernah berubah, begitu egois dan tamak! Aku sudah menemanimu sejak kamu belum memiliki apapun hingga memiliki segalanya namun setelah kamu sukses, dengan mudahnya kamu menghadirkan Jihan di dalam pernikahan kita!”Tatapan tajam itu kembali berubah menjadi sebuah seringai.“Aku akan terus menyimpan foto i
“Cut!” teriak sutradara, pertanda syuting telah mendapatkan scene yang diinginkan.Doni dan Dona menarik napas lega. Mereka saling melempar senyum manis.“Dona, Doni, luar biasa. Kalian memang pasangan yang sempurna di layar kaca. Chemistry kalian benar-benar menyatu. Seluruh penonton selalu tertipu dengan akting kalian. Seandainya kalian benar-benar pasangan di dunia nyata, pasti seluruh dunia sangat memuja kalian sebagai couple goal. Kalian tidak pernah gagal membawakan apapun peran kalian berdua sejak pertama kali kalian dipasangkan berdua,” puji Hanung, sang sutradara.“Dona benar-benar berbakat dan profesional, Mas. Selain sangat cantik dan sempurna tentunya,” puji Doni pada Dona sambil memandang ke arah Dona dengan pandangan nakal.“Mas Doni terlalu melebihkan. Apalah Dona tanpa Doni. Pesona Mas Doni itu paripurna dan menular,” balas Dona tidak mau kalah.“Apa-apan ini? Kalian saling memuji satu sama lain. Kalian sedang pamer atau apa? Aku telah salah mengambil topik pembicaraa
Aaron berdiri menatap ke arah jendela ruangannya. Kedua matanya menatap jauh ke arah langit yang begitu cerah pagi itu. Batin dan pikirannya melayang ke kejadian kemarin. Wajah cantik wanita yang tanpa sengaja ditabraknya kemarin begitu membekas diingatannya.Lamunannya buyar begitu mendengar suara ketukan pada pintu ruangannya.“Masuk!” perintah Aaron pada seseorang yang berada dibalik pintu ruangannya.Aaron membalikkan tubuhya begitu mendegar suara langkah yang berjalan masuk ke arahnya.“Sudah kamu temukan siapa wanita itu?” tanya Aaron dengan serius.“Sudah, Pak. Ini semua identitas dan foto yang telah kami temukan.”Aaron mengambil beberapa berkas dari tangan sekretarisnya itu.“Kamu tidak salah orang kan? Sudah kamu periksa benar-benar nomor polisi mobil yang saya berikan kemarin?”“Sudah, Pak.” Sekretarisnya menganggukkan kepalanya dengan yakin. “Silahkan bapak cek dulu foto yang ada di dalam, apakah benar dia yang bapak cari.”Aaron membuka berkas itu dan mengambil lembaran f