Ahem geram dengan kelakuan Afan dan Intan. Dia yakin bahwa Intan yang paling pandai bersiasat. Ahem bisa menduga apa yang sedang dipikirkan Intan. Dengan cara ini dia menjauhkan dari Ishita. Karena dengan pengumuman di kalangan kantor, berarti membatasi Ahem mendekati Ishita. Karena orang-orang kantor tahunya bahwa Ishita istri Afan.
Perjalanan sangat jauh dan melelahkan, tapi tidak membuat Ahem kesal justru ini saat-saat kebersamaan yang langka terjadi. Dia memandang istrinya yang lagi pulas tertidur. Dengan tangan kirinya dia membelai pipi yang halus dan membelai rambut Ishita. Kemudian tangannya meraba perut Ishita dan mengelus-elus nya.
"Sayang, kalian lagi pada ngapain? Temeni papa ngobrol dong, biar papa tidak ngantuk?" ujar Ahem masih terus mengelus-elus perut Ishita dan hatinya begitu terharu. "Mama pasti capek gendong kalian bertiga...tuh tidurnya pules banget." Bisiknya kemudian mengelus pip
Terima kasih telah mampir ke novel kami, jangan lupa vote dan review untuk penyemangat kami, terma kasih
Bersama Wahyu akhirnya mereka survei melihat rumah itu. Salah satu rumah yang ditunjukkan Wahyu masuk kriteria Ahem. Dan akhirnya Ahem membelinya untuk Ishita. Tipe minimalis tapi dengan fasitas yang lengkap serta halaman yang sangat luas. Kebun belakang rumah juga sangat luas. Rencananya Ahem akan menanam aneka buah-buahan di kebun belakang, agar nyaman dan asri serta bermanfaat di rumah. Pasti menyenangkan apalagi kesukaan Ishita makan buah-buahan. Hari itu juga orang kantor datang untuk menyelesaikan pembayaran dan administrasinya dibantu Wahyu. Kemudian setelah semua selesai, mereka berdua langsung menuju bandara. Kebetulan bersamaan itu kedua orang tuanya juga baru saja muncul dari pintu keluar. "Mama?" sapa Ahem sambil memeluk mamanya penuh kerinduan dua tahun sudah mereka tidak bertemu. Menyusul kemudian papanya, dia memeluk erat anak lelakinya. Wahyu membawa dua
Intan datang ke hotel untuk memeriksa persiapan untuk nanti malam. Dirasa semua sudah siap dan hampir tercapai 90 persen. Kini dia ingin menemui Ahem di ruangannya, membicarakannya kepada Ahem. Ahem duduk melamun, dia tidak menyadari kehadiran Intan yang sudah berdiri di depannya. Intan juga melihat kado yang sudah dibuka berserakan di atas meja kerjanya. "Ih melamun, lagi melamun apa sih?" tanya Intan. Dan Ahem terbelalak kaget, dia menjadi salah tingkah. "Bagaimana persiapan acaranya?" tanya Ahem asal karena gugup. "Baik. Semua sudah siap hampir fix." jawab Intan. "Wuih kado dari mana nih?" tanya Intan sambil membuka kado itu karena kepo. Tanpa sepatah katapun Ahem membiarkan Intan melihat isi kado dari Ishita. Dia tidak mau lagi menyembunyikan apapun yang berkaitan dengan Ishita. Dalam hatinya berpikir bahwa Intan harus terbiasa dengan ke
Tamu undangan sudah berdatangan. Tak menyangka kalau Intan membuatkan pesta semeriah ini untuk Ahem. Bukan saja Ahem yang terkejut, tapi kedua orang tua Ahem pun sangat terharu. Acarapun segara di mulai karena hari sudah menjelang malam. Seorang MC memulai memandu acaranya. Setelah berdoa acara berikutnya adalah memotong kuenya. MC mempersilahkan Ahem dan orang yang dicintainya mendekat untuk mengucapkan selamat dan menyuapi kue kepadanya. "Tiup lilinnya...tiup lilinnya...tiup lilinnya sekarang juga...sekarang juga... "Selamat ulang tahun sayang, semoga panjang umur dan kita berbahagia selamanya," ucap Intan sambil memeluk Ahem dengan penuh cinta. "Terima kasih sayang, kamu sudah membuat acara sebesar ini buatku. Dan terima kasih juga kamu sudah menjadi istri terbaikku." Ahem dengan berkaca-kaca membalas ucapan Intan. &
Segala siasat dan tipu daya Intan selalu kandas. Keinginan mempermalukan Ishita justru berbalik tepuk tangan penuh kagum dan mendapat penghargaan. Ahem dan Affan semakin mengaguminya, bakat terpendam Ishita bisa menjadi viral karena banyak tamu yang merekamnya saat itu. Tampak di luar ruangan Hendra kusuma sedang bicara di telepon. Dia sedang merencanakan sesuatu. Affan dan Ishita sedang menikmati kudapan dan minuman. Ada seorang pelayan dengan tidak sengaja tersandung dan menumpahkan minuman sirup di baju Ishita. "Maafkan aku Mbak, aku tidak sengaja!" katanya dengan gugup. "Tidak apa-apa Mas, jangan khawatir!" ujar Ishita. "Lain kali hati-hati Mas!" hardik Affan kesal. "Kamu yakin tidak apa-apa, Ishi?" tanya Affan penasaran. "Tidak apa-apa Mas, biar aku bersihkan ke toilet sebentar ya! &nbs
Ahem memandu Affan harus kearah mana mereka pergi. Dengan menahan sakit hati karena papanya yang begitu arogan di usianya sekarang, masih juga berpikir berbuat jahat. Apa yang sedang dilakukan Hendrakusuma hari ini, dilakukan juga oleh Ahem beberapa bulan yang lalu. Yang akhirnya mengakibatkan Ishita masuk rumah sakit. Dan bagaimana kalau hari ini kembali terjadi lagi, betapa traumanya Ishita? "Cepat Affan!" desak Ahem. "Aku tidak habis pikir, malam-malam begini kenapa Ishita dibawa kesini?" pekik Affan kesal. "Aku yang salah, Affan. Harusnya aku sejak awal berterus terang tentang Ishita. Tapi aku masih belum berani mengatakannya, bukan saja di depan umum, bahkan didepan orangtuaku sendiri saja aku tidak berani." Ahem berkata penuh penyesalan. "Apa yang membuatmu tidak berani, Ahem? Ishita berhak mendapatkan perlakuan yang sama seperti kamu me
Ahem dan Affan mondar mandir di depan ruang tindakan. Telepon kembali berdering untuk ke dua puluh kalinya dari Wina, mamanya. Akhirnya Ahem mengangkatnya dengan tangis yang meronta-ronta. "Ada apa sayang?" tanya Wina saat telepon diangkatnya. "Mama, Ishita kecelakaan mobil...Ishita dan bayiku Ma...!" Ahem menangis meronta semakin menjadi saat mendengar suara mamanya. Seolah ingin menumpahkan seluruh beban ke pangkuan mamanya. Rumah sakit mana, Ahem? Mama dan papa segera meluncur ke sana!" tanya Wina panik. "Tidak Ma, jangan biarkan papa datang ke rumah sakit. Aku melarang keras, dia yang menyebabkan semua ini terjadi. Kalau terjadi apa-apa dengan istriku juga anakku, aku tidak akan memaafkannya. Aku akan seret papa ke kantor polisi." ancamnya dengan keras. "Sayang, sabar ya Ahem! Kamu jangan bertidak seperti itu kepada p
Dengan berat hati, Ahem memutuskan Ishita agar tinggal bersama Affan. Saat Wina menyetujui, Ahem justru curiga karena dia tahu betul mamanya orang sangat bijaksana. Kenapa dengan keputusannya itu dia tidak protes? 'Ma, apakah mama setuju dengan keputusanku?" tanya Ahem heran. "Setuju sayang, aku tahu kamu sedang memikirkan keamanan dan kenyamanan Ishita. Tapi apakah ini tidak membebani Nak Affan?" tanya Wina ragu. "Saya tidak apa-apa Tante, tapi saat saya di kantor siapa yang akan menemani dia di rumah?" keluh Affan. "Ma, Kak Ahem, Mas Affan ... kenapa kalian semua setakut itu? Ada apa?" tanya Ishita heran. "Ishita, ada orang yang tidak ingin aku dekat denganmu. Kamu akan selalu bahaya bila masih dekat denganku." Ahem memekik lirih. "Siapa dia Kak Ahem, pasti Mbak Intan atau papanya? Aku tahu dia ingin merebut semua anak-anak ku. Aku
Ahem dan Intan duduk di ruang tengah sambil nonton tv. Tapi pandangan mereka pada ponselnya masing-masing. Ahem sedang chattingan sama Wina menanyakan mengenai keadaan Ishita. Sementara malam itu Wina menemani Ishita tidur di rumah Affan. Kamar yang sangat luas dan nyaman, ada dua ranjang yang salah satunya ukuran super size. Ruangan yang sangat bersih dan rapi. Affan tinggal sendiri bersama dua orang pembantu suami istri. "Mas Affan, makan malam sudah siap. Apakah buat Mbak Ishita perlu dibawa ke kamar, Mas?" tanya Murtini pembantunya. "Nggak usah Bik, kamu siapkan saja nanti tak bawa ke atas!" titah Affan. Affan masih asik dengan ponselnya, dia sedang chattingan juga dengan Ahem. Dia mengabarkan kalau sebentar lagi Wahyu akan membawa lima orang bodygardnya ke rumah. "Lima orang? Banyak sekali, seposesif itukah Ahe