“Bukankah ini Hotel? Kenapa kita kemari?” tanya Venus dengan polosnya.
“Kita akan tinggal di sini sementara waktu.” Dion turun lalu membuka pintu untuk Venus. Ia melarang doorman untuk membuka pintu bagi Venus karena semakin sedikit interaksi orang luar dengan Venus, semakin baik.
“Biar aku bantu… Kita akan menginap di sini sementara waktu. Aku ingin kamu mendapatkan suasana tenang agar bisa pulih lebih cepat,” jawab Dion memapah Venus yang mengangguk percaya.
Venus pun dibawa ke dalam oleh Dion melintasi lobi. Dion sudah merencanakan dengan baik termasuk menyewa kamar hotel untuk menyembunyikan Venus. Dengan sikap yang perhatian, Dion terus merangkul Venus dan membawanya ke salah satu kamar. Venus menurut dan masuk ke kamar tersebut.
Lalu tiba-tiba seseorang menghubungin Dion dengan mengatakan bahwa Rex Milan sudah mengetahui pria yang membawa Venus, istrinya,
“Sialan kau Rex!” Gumam Dion setelah mendapatkan kabar dari seseorang diseberang panggilan serta langsung memutuskan sambungan panggilan tersebut, dan kembali memusatkan perhatiannya kepada Venus, karena melihat Vneus yang tengah mengamati penjuru ruangan,
“Apa kamu suka kamarnya? Maaf jika tidak sesuai dengan seleramu,” ujar Dion pada Venus. Dion tidak menyewa kamar presidential suite karena hotel itu hanyalah persinggahan sementara sebelum ia dan Venus pergi lebih jauh.
“Kamarnya nyaman. Terima kasih—" Venus menjeda karena tidak hafal nama Dion.
“Dion. Namaku Dion Juliandra. Kamu biasa memanggilku dengan sebutan Dion.” ujar Dion tersenyum lalu duduk di sisi ranjang. Matanya terus memandang Venus dan membelai rambutnya.
“Apa kamu tahu selama ini, aku sangat menderita atas apa yang terjadi pada kita termasuk orang tuamu, Arjoona Harristian. Seseorang terus berusaha memisahkan kita,” ujar Dion dengan lembut menatap sendu pada Venus. Saat Venus amnesia adalah waktu yang tepat bagi Dion Juliandra untuk membuat Venus Harristian kembali mempercayainya. Setelahnya, akan sangat mudah membalaskan dendamnya pada Rex Milan Wilson atas segala hal yang telah dilakukannya pada Dion.
“Jika memang seperti itu, lalu kenapa pria itu ... dia mengaku sebagai Suamiku?” tanya Venus dengan kening mengernyit. Ia masih kebingungan dan mencari jawaban.
“Maksudmu Rex Milan?” Venus mengangguk. Dion menarik napas panjang dan masih tenang.
“Sebenarnya Rex Milan itu adalah seseorang yang licik. Dia berpura-pura menjadi suamimu padahal kalian belum pernah menikah. Dia mengincar keluargamu dan akan menyingkirkanmu suatu saat.”
“Apa?” Venus kaget lalu menoleh ke arah lain. Jantungnya berdegup lebih kencang. Sungguh ia bingung dengan banyaknya informasi yang datang padanya bersamaan.
“Sebenarnya selama ini, keluargamu sudah ditipu oleh Rex Milan. Dia pura-pura mencintaimu bahkan mengaku-ngaku sebagai suamimu karena ingin merebutmu dan membunuhku. Tapi dia malah membunuh—” perkataan Dion terputus karena perlahan mengingatkannya pada beberapa kenyataan dari masa lalu yang seharusnya belum saatnya untuk Venus ketahui. Matanya terus menunjukkan rasa gundah yang luar biasa. Hal itu mempengaruhi emosi Venus─ia semakin percaya.
“Membunuh? Dia seorang pembunuh? Siapa yang dia bunuh?!” cerca Venus kepada Dion, karena Venus begitu terkejut dengan perkataan yang terlontar dari Dion.
“Intinya, sekalipun nanti kau akan marah kepadaku, percayalah, suatu saat akan terkuak semua rahasia yang selama ini disimpan oleh seorang Rex Milan” ujar Dion separuh berbisik lembut pada Venus yang masih diam dan mulai menundukkan pandangan. Jemari Dion membelai pipi Venus dengan lembut dan mulai mendekat.
“Jangan mempercayai orang lain. Aku mencintaimu.” Dion tersenyum lembut pada Venus yang semakin sendu memandangnya.
Perasaan Venus semakin larut dan semua kata-kata Dion masuk ke dalam benaknya. Hatinya yang gundah mulai mempercayai semua yang diucapkan oleh Dion. Seakan tidak ada kebohongan di matanya.
“Apa benar kamu mencintai aku?” tanya Venus pelan. Dion menggenggam tangan Venus dan menunduk. Mata Venus mengikuti dan ikut menunduk melihat Dion meraba cincin yang melingkar di jarinya.
“Cincin ini tidak akan pernah aku lepaskan. Sampai saat ini, aku masih memakainya. Ini cincin pernikahan kita, saat kita mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan.” Pandangan Dion naik dan kembali mengarah pada mata Venus. Ia harus bisa meyakinkan Venus dengan pandangannya yang tulus serta hatinya yang tidak berbohong.
“Aku tetap menjaga janjiku padamu, Venus ....”
Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk begitu kencang, dan mengejutkan Dion serta Venus yang langsung menoleh ke arah pintu kamar hotel,
“Venus! Venus, apa kamu di dalam?!”
“Venus,apa kamu di dalam?” Rex Milan menggedor pintu dan mendorong pintu yang terkuncirapat.Saatmenemukan kamar yang dimaksud, Rex Milan bergegas menggedor. Sambil mengaturnapasnya, ia terus berdoa dalam hati agar istrinya baik-baik saja.Didalam, Dion dan Venus yang tersentak kaget dan spontan menoleh ke arah pintu.“Siapaitu?” tanya Venus lembut berbisik pada Dion. Dion mendengkus kesal laluberdiri. Ponselnya juga bergetar dan ia memeriksa pesan yang dikirimkan Andrew.Sekarang Dion mengetahui jika Rex Milan berhasil mengejarnya ke hotel.“Biaraku periksa, kamu tunggu di sini saja.” Dion menghalangi Venus yang akanberdiri akan mengecek orang yang datang ke kamar mereka. Venus menurut saja danmengawasi Dion yang berjalan ke arah pintu lalu mengintip lewat peephole.Matanya memicing geram saat melihat Rex Milan datang bersama Sebastian Arson.“Venus,buka pintunya! Aku tahu Venus ada di dalam, buka pintunya!” Rex Milan kembalimenggedor dan sedikit berteriak dari luar.“Seb
“Bagaimanakeadaan Venus sekarang?” tanya Arjoona datar pada Rex Milan. Rex Milantersenyum dan menjelaskan singkat sebelum masuk ke kamar Venus bersama-sama.“Diasudah mengingat beberapa hal. Itulah mengapa aku membawa kalian kemari.”Arjoona hanya tersenyum tipis dan mengangguk saja. Begitu pula dengan Claireyang menggandeng lengan Arjoona dan masuk lebih dulu saat Rex Milan membukapintu.“Apakita kembali nanti saja, Joona? Venus sepertinya sedang tidur,” bisik Clairelembut pada Arjoona yang menggeleng kecil.“Kitaharus pastikan kondisinya dulu,” balas Arjoona balik berbisik.Diruang perawatan yang dijaga ketat, Venus tampak berbaring menyampingmembelakangi Rex Milan dan anggota keluarganya.“Venus....” panggil Claire lembut. Claire memperbaiki pelan-pelan selimut Venus danhal itu membangunkannya. Ia membuka matanya lalu berbalik dan kaget saatmelihat banyak orang yang datang mengunjunginya.“Venus,kamu sudah bangun? Maaf ya kami jadi mengganggu istirahat kamu,” ujar Rex
“Siapakamu? Untuk apa kamu memeluk istriku?” hardik Rex Milan berdiri di depan Venusdan Dion. Venus jadi berubah kesal dan tidak terima. Ia mendorong Rex Milan agarmenjauh dan dirinya, Venus turun dari ranjang dan berdiri berkonfrontasidengannya.RexMilan seketika marah dan beringsut ke depan menarik pundak Dion yang sedangmemeluk Venus. Venus terkejut demikian pula Dion.“Jangansembarangan kamu. Dia adalah suamiku!” sahut Venus bersikeras. Rex Milanterperangah tak percaya. Sementara Dion masih tenang memasang raut dingin tanpasenyuman. Ketika Venus menoleh padanya, senyuman Dion langsung mengembangtulus.“Venus,kamu adalah istriku!” balas Rex Milan menahan geraman. Venus tampak marah danmenggeleng cepat.“Tidak,kau adalah pria jahat yang menyekapku. Kamu mencuci otak kedua orang tuaku agarmengakuimu sebagai suami.” Venus mulai memberikan asumsi yang diberikan Dionpadanya.“Apa?”Rex Milan menyahut dengan kening mengernyit. Keadaan Venus jadi makin parahdari hari ke ha
“Ahk, sialan!” umpat Rex Milan kala memegangi hidungnya yang berdarah. Wajahnya membentur air bag cukup keras membuatnya kesakitan dan pusing. Tim ER datang bersama ambulans begitu sigap menolong Rex Milan serta mengeluarkannya dari mobil.“Tenanglah, Tuan! Jangan terlalu banyak bergerak!” ucap salah satu petugas medis yang mengeluarkan Rex Milan yang terjepit di mobil mewahnya yang lumayan ringsek bagian depannya.Sebastian Arson yang baru tiba lantas berlari ke arah ambulans. Terlihat Rex Milan sedang dinaikkan ke brankar dan diberikan penyangga leher.“Kamu baik-baik saja? Mana Venus?” tanya Sebastian sedikit terengah. Mata Rex Milan melirik pada Sebastian dan tampak kesal.“Bantu aku dulu. Perempuan itu malah lolos!” erangnya kesal. Sebastian tidak mengangguk. Ia ikut dalam mobil ambulans memastikan Rex Milan baik-baik saja.Rex Milan dibawa ke rumah sakit terdekat dan mobilnya diderek agar tidak mengganggu lalu lintas. Sedangkan Sebastian masih bingung dan mondar-mandir atas apa
“Apa yang kamu ingat, Venus?” tanya Dion dengan kening mengernyit dan raut serius. Ia punya harapan yang besar jika Venus bisa mengingat masa lalu mereka. Kedua tangannya menyentuh pipi Venus agar mereka bisa saling menatap. Akan tetapi, Venus malah meneteskan air mata.“Aku ... mobilnya tidak bisa dikendalikan. Ahhk, kepalaku─” Venus makin terisak. Dion tak tega dan langsung mendekap Venus dengan lembut. Sebuah kecupan diberikan Dion di ujung garis rambut Venus agar ia tenang.“Tidak apa-apa. Jangan diingat semuanya sekaligus. Dengarkan aku.” Dion sedikit menjarakkan Venus untuk bicara padanya. Jemarinya menyeka lembut air mata Venus yang masih jatuh membasahi pipinya.“Aku akan merawatmu sampai kamu pulih seperti dulu. Kamu akan mengingat semua hal dan kenangan yang kita miliki. Pernikahan kita, rumah kita, kebahagiaan kita─aku akan mengembalikan semuanya. Apa kamu mau menjalaninya bersamaku?” Dion meminta dengan tutur lembut dan pandangan tulus penuh keharuan.Venus masih memiliki
Sebastian Arson datang ke rumah sakit yang penuh dengan wartawan. Ia sempat tertegun sesaat sebelum mencari jalan lain untuk masuk ke dalam. Sayup-sayup ia mendengar pembicaraan soal Rex Milan yang mengalami kecelakaan. Setelah menunggu sejenak, barulah Sebastian Arson mendapatkan kesempatan untuk menemui Rex Milan.“Mengapa banyak wartawan di luar? Apa kamu mengumumkan jika kamu sekarat?” tanya Sebastian separuh mencibir. Rex Milan kembali ke tempat tidurnya dan duduk. Ia melirik sinis lalu mendengus dan menaikkan ujung bibirnya.“Venus pasti akan menonton berita tentangku. Dia akan kembali.” Rex Milan menjawab dengan yakin. Penyangga lehernya dibuka dan Rex Milan terlihat baik-baik saja. Sebastian hanya menarik napas panjang lalu menyerahkan sebuah dokumen hasil temuannya.“Dion yang kamu cari kemungkinan adalah Dion Juliandra, mantan suami Venus Harristian,” ujar Sebastian menyebutkan tanpa basa-basi. Sontak Rex Milan menoleh pada Sebastian lalu keningnya mengernyit. Ekspresinya cu
Ciuman Venus mendarat dengan manis di pipi Dion. Perlahan Venus melepaskan perlahan sambil terus memandang Dion. Dion hanya diam tertegun menatap Venus tanpa ingin berkedip.“Terima kasih untuk makan malamnya,” ujar Venus pelan dan lembut. Dion masih diam menyimpan senyuman dan keinginannya untuk membalas ciuman itu.“Selamat malam, Dewiku.” Venus masih belum melepaskan pegangannya pada lengan Dion. Ia masih memandang Dion hingga beberapa saat sebelum Dion sedikit menjauh. Pandangan mereka masih bertaut sebelum Dion benar-benar keluar kamar.Venus duduk perlahan di ujung ranjang dengan senyuman terkulum. Sikap Dion yang begitu baik memperlakukannya, membuat Venus merasa bahagia. Hatinya hangat. Cara Dion memandangnya seperti seseorang yang sangat mengenalnya. Hanya saja seperti ada hal yang masih mengganjal tapi Venus tak tahu apa.“Aku harus segera mengingat masa laluku. Jika memang Dion adalah bagian dari masa laluku, dia pasti punya catatannya.” Venus bermonolog pelan. Namun malam
“Lukamu sudah pulih. Tidak perlu lagi memakai plester apa pun,” ujar Dion tersenyum pada Venus. Venus pun tersenyum malu-malu pada Dion. Pagi ini selesai sarapan, Dion memeriksa luka di dekat pelipis Venus. Ia membelai helai rambut Venus dengan lembut sekaligus menatap matanya.“Apa aku boleh bertanya, Dion?” ujar Venus lembut. Dion mengangguk lalu menurunkan tangannya.“Apa kamu memiliki bukti jika kita sudah menikah? Seperti foto atau dokumen?”Dion tertegun mendengar permintaan Venus. Ia menarik napasnya perlahan lalu tersenyum getir.“Ada. Sebenarnya aku menyimpannya dengan baik tapi seperti yang aku bilang kemarin. Rumah kita terbakar dan seluruh dokumen penting pernikahan kita juga ikut lenyap,” jawab Dion beralasan.Venus tertegun lalu perlahan mengernyitkan keningnya. Keraguan yang sempat sirna untuk Dion kini mencuat lagi. Dion memang meyakinkan sebagai seorang suami tapi ia tidak memiliki bukti tertulis. Rasanya memang aneh.“Lalu bagaimana aku tahu jika kamu tidak berbohong