“Venus, apa kamu di dalam?” Rex Milan menggedor pintu dan mendorong pintu yang terkunci rapat.
Saat menemukan kamar yang dimaksud, Rex Milan bergegas menggedor. Sambil mengatur napasnya, ia terus berdoa dalam hati agar istrinya baik-baik saja.
Di dalam, Dion dan Venus yang tersentak kaget dan spontan menoleh ke arah pintu.
“Siapa itu?” tanya Venus lembut berbisik pada Dion. Dion mendengkus kesal lalu berdiri. Ponselnya juga bergetar dan ia memeriksa pesan yang dikirimkan Andrew. Sekarang Dion mengetahui jika Rex Milan berhasil mengejarnya ke hotel.
“Biar aku periksa, kamu tunggu di sini saja.” Dion menghalangi Venus yang akan berdiri akan mengecek orang yang datang ke kamar mereka. Venus menurut saja dan mengawasi Dion yang berjalan ke arah pintu lalu mengintip lewat peephole. Matanya memicing geram saat melihat Rex Milan datang bersama Sebastian Arson.
“Venus, buka pintunya! Aku tahu Venus ada di dalam, buka pintunya!” Rex Milan kembali menggedor dan sedikit berteriak dari luar.
“Sebaiknya kita jangan membuat keributan. Jika pihak hotel tahu, masalah ini bisa tersebar,” bisik Sebastian Arson mencoba menenangkan Rex Milan.
“Bagaimana aku bisa tenang? Venus ada di dalam!”
“Aku tahu tapi kita harus menahan diri. Jika salah bertindak, mungkin akan terjadi masalah lebih besar.” Rex Milan mencebik tak peduli dan masih menggedor pintu.
Dion berpikir sejenak lalu kembali ke dalam menemui Venus untuk menghadapi Rex Milan di depan pintu. Ia meminta Venus agar berani melawan pria pembohong seperti Rex Milan. Terlebih Dion belum bisa menghadapi langsung Rex Milan sekarang atau semua rencananya akan gagal total.
“Rex Milan datang untuk mengambilmu dariku, Sayang. Aku tidak akan membiarkannya, tapi kamu juga harus menghadapinya, Venus-ku. Aku ingin kamu mengusirnya dan katakan padanya jika kalian tidak punya hubungan apa pun,” ujar Dion menjelaskan pada Venus tentang apa yang harus dilakukannya.
Venus tertegun dengan kedua tangan yang digenggam oleh Dion yang berjongkok di depannya.
“Untuk apa dia terus mencariku?” tanya Venus penuh keraguan.
“Karena dia merasa kamu adalah istrinya. Dia akan membawamu lagi dariku seperti dulu. Aku tidak mau itu terjadi lagi, Sayang.” Dion memejamkan mata lalu mengecup jemari Venus seakan tak rela berpisah darinya lagi.
“Apa dia memang pria jahat?”
“Dia pria yang kejam dan manipulatif. Kamu akan dirayu sampai menuruti yang diinginkannya.” Venus masih diam memandang Dion. Pergulatan batinnya tidak bisa membedakan mana yang sesungguhnya dan mana yang bukan.
“Lalu aku harus bagaimana?”
“Temui dan usir dia. Katakan jika kamu tidak mencintainya dan kamu hanya mencintaiku,” ujar Dion menekankan kalimatnya pada pikiran Venus yang kosong. Venus pun mengangguk setuju dan berdiri. Ia berjalan pelan ke arah pintu sementara Dion memilih bersembunyi. Ia belum siap berkonfrontasi dengan Rex Milan sekarang.
“Venus! Oh sayang, apa kamu baik-baik saja?” Rex Milan langsung memeluk Venus begitu pintu terbuka. Venus yang kaget lantas mendorong Rex Milan cukup keras.
“jangan sentuh aku! Aku sudah bilang aku tidak mengenalmu! Pergi!” hardik Venus pada Rex Milan yang terpaku sesaat. Sebastian yang melihat juga ikut terperangah. Venus benar-benar mengusir Rex Milan.
“Sayang, ini aku suamimu …”
“Kamu bicara apa? Kau bukan suamiku!” seru Venus menolak Rex Milan. Rex Milan makin kebingungan. Ia mencoba mendekat untuk membujuk.
“Sayang, kita pulang ya? Aku datang untuk menjemputmu ....”
“Aku tidak mau tinggal denganmu lagi. Aku tidak akan tertipu lagi denganmu!” Venus dengan marah menunjuk Rex Milan. Ia terlihat begitu emosi dengan napas tersengal. Kondisinya membuat Rex Milan cemas.
“Apa maksudmu bicara seperti itu? kita bicarakan semuanya baik-baik,” sambung Rex Milan membujuk. Tangannya ditepis kasar oleh Venus sebelum sampai menyentuhnya.
“Tidak ada yang perlu dibicarakan. Sebaiknya jangan cari aku lagi.”
“Tidak bisa, Venus. Kamu Istriku!”
“Aku bukan Istrimu, aku tidak mengenalmu!” Venus makin emosi dan berteriak.
“Tenang dulu, Sayang. Jangan marah.” Rex Milan kembali mendekat tapi Venus terus mendebat dan menolaknya.
“Pergi kamu dari sini!”
“Sayang, dengar dulu. Mana pria yang membawamu kemari? Apa dia di dalam?”
“Tidak ada siapa pun di dalam. Jika kau mau masuk kau harus melangkahi mayatku dulu!” Venus makin berang. Napasnya makin cepat dan tersengal.
“Jangan bicara seperti itu. Aku tidak akan menyakitimu. Kemarilah, Venus. Ayo kita pulang ....” Tangan Rex Milan meraih lengan Venus berusaha menariknya. Venus lantas berontak dan memukul Rex Milan.
“Lepaskan aku! Dasar penjahat!”
“Sayang, tolong! Kamu masih sakit.” Rex Milan terus membujuk. Ia berusaha keras untuk memeluk dan menarik Venus dari depan pintu agar Sebastian bisa memeriksa kamar. Di dalam kamar, Dion sudah mengeluarkan senjata laras pendeknya bersiap jika Sebastian atau Rex Milan masuk tiba-tiba.
“Lepaskan aku!” Venus memekik keras lalu lemas lalu pingsan. Rex Milan berhasil menangkap panik separuh terjatuh di lantai.
“Oh Tuhan! Venus? Venus, kamu kenapa?” Rex Milan menepuk lembut pipi Venus yang begitu pucat. Sebastian ikut berjongkok ingin menolong.
“Bastian, kita harus bawa Venus ke rumah sakit. Ayo bantu aku!”
Rex Milan dibantu oleh Sebastian menggendong Venus dari depan kamar menuju lift terdekat. Rex Milan sampai tidak sempat mengecek kamar tersebut. Saat ribut-ribut di depan kamar tak terdengar lagi, barulah Dion keluar dari persembunyiannya. Pintu masih terbuka tapi Venus sudah tidak ada.
Tak lama, Andrew dan CEO hotel tersebut masuk setelah ia sempat bersembunyi kala Rex Milan berhasil menemukan kamar Venus. Dion tampak kesal dan memendam amarah. Ia menyarungkan kembali senjatanya.
“Bagaimana sekarang? Venus lolos lagi,” pungkas Divers Matthews, CEO hotel Blue Pegasus pada Dion.
“Aku tahu. Tetap awasi dia. Aku akan mengambil Venus kembali dan membuat Rex Milan membayar kematian Brema dengan harga yang sangat mahal!” rutuk Dion dengan suara rendah sekaligus mengeraskan rahangnya.
“Rex Milan sudah menghancurkan hidup banyak orang. Aku rasa ini saatnya kita tidak menyisakan apa pun dari masa lalu, bukan?” tambah Andrew Miller. Dion Divers pun mengangguk setuju.
Saat tiba di rumah sakit, Venus langsung dibawa ke ruang ICU. Ia masih belum sadarkan diri meski kondisinya stabil.
“Bagaimana Venus, Dokter?” tanya Rex Milan begitu dokter yang merawat keluar dari kamar ICU.
“Nyonya Venus mendapat tekanan yang tinggi untuk mengingat semuanya. Ini akan berakibat buruk pada pemulihannya. Jika dia dipaksa mengingat semuanya sekaligus, dia bisa saja berontak dan malah amnesianya tidak akan sembuh.”
“Apa itu artinya dia tidak akan mengingatku sama sekali?” desak Rex Milan makin terdengar cemas. Dokter itu diam lalu mengangguk pelan.
“Kemungkinan itu bisa terjadi. Jika Anda tidak hati-hati, Nyonya Venus bisa kehilangan memori masa lalunya selamanya,” jawab dokter tersebut. Rex Milan hanya bisa diam lalu memejamkan mata. Saat ia membuka mata lagi dokter yang bicara dengannya sudah pergi tapi mimpi buruk itu masih nyata.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa aku harus mencari orang yang sudah menculik Venus?” tanya Sebastian menyela. Rex Milan menarik napas panjang dengan raut wajah dingin lalu menggeleng.
“Biarkan saja dulu. Kita harus hati-hati. Aku tidak boleh kehilangan Venus. Jika pria itu kembali lagi, aku akan menghabisinya.”
Di belakang Dion menyerahkan tas milik Venus pada Jasman yang akan mengawal mereka. Dua pengawal lainnya ditempatkan oleh Dion di jalan depan saat keluar dari rumah sakit. Sedangkan sudah ada lima orang pengawal yang berdiri di dekat mobil yang akan membawa Venus pulang. Kali ini, Dion tidak ingin mengambil lagi risiko demi keselamatan Venus.Limosin yang membawa Dion, Venus, Arjoona dan Claire meluncur dengan baik saat keluar dari area rumah sakit. Mereka akan bersama-sama pulang ke rumah Dion karena anak-anak mereka sudah menunggu.“Bagaimana dengan masalah hukum kemarin, Dad? Apa kamu perlu bantuanku?” tanya Dion pada Arjoona yang duduk berhadapan dengannya. Venus menoleh cepat pada Dion dengan mata membesar. Ia tidak mengetahui jika ayahnya terlibat konsekuensi hukum.“Apa yang terjadi, Dad?” tanya Venus dengan raut cemas.“Gak ada. Daddy cuma harus membayar denda tilang saja kok. Namanya juga orang tua. Bisa ceroboh kala
Tidak seperti yang diharapkan oleh Steven alias Dion, Venus tidak ingin menoleh padanya saat ia masuk. Venus membuang muka tak mau menyapa.“Venus─” Dion baru bicara dan Venus langsung memotong.“Pembohong! Siapa kamu sebenarnya?” tukas Venus tanpa basa-basi langsung mendelik pada Dion. Dion terdiam di sisi tempat tidur Venus dan belum bergerak. Ia sedikit menundukkan kepala dan terlihat menyesal.“Aku bisa menjelaskan semuanya─”“Jawab saja pertanyaanku!” Venus langsung menyela dengan tajam.Meskipun Venus masih cedera setelah tercekik oleh belitan kain, tapi ia masih bisa memarahi Dion yang baru datang.“Aku ... aku adalah ....”“Kamu bukan Steven kan?” Venus menebak lagi dengan ketus. Dion menarik napas panjang dan sedikit menunduk.“Aku adalah Dion Juliandra. Aku sedang menyamar menjadi Steven.” Dion akhirnya mengaku. Venus tak bergerak menatap tajam pada Dion. Kali ini, Dion sudah sangat keterlaluan membohonginya. Dion yang menyadari kesalahannya lantas melepaskan topeng karet ya
Rex Milan berhasil dikeluarkan dari mobilnya yang ringsek akibat tabrakan dari jeep monster yang dikendarai oleh Arjoona Harristian. Ia segera dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tak sadarkan diri dan luka-luka. Sama dengan Venus Harristian, keduanya dibawa ke rumah sakit yang sama dan ditempatkan di bangunan yang berbeda.“Uncle, aku terpaksa harus menahanmu dulu sementara. Sampai aku selesai menemukan buktinya,” ujar Andrew menjelaskan pada Arjoona yang baru saja keluar dari kamar perawatan Venus. Arjoona meninggikan kedua alisnya mendelik pada Andrew yang hanya bisa menyengir.Dion datang menghampiri setelah membuka topengnya. Ia menarik napas panjang melihat Arjoona dan Andrew.“Sepertinya Venus tidak mau bertemu denganku,” ujarnya dengan raut sedikit meringis. Kening Andrew mengernyit memandang Dion dengan raut bertanya.“Tadi dia tidak mau kupegangi,” sambung Dion lesu. Andrew kemudian menoleh pada Arjoona yang masih diam saja.“Sebastian Arson sudah ditangkap. Rex Milan akan me
“Venus, Venus. Oh, sayang. Apa kamu bisa bernapas?” Dion segera menggendong Venus ke dalam kamar dan meletakkannya di atas tempat tidur. Venus begitu kesulitan bernapas dan ia masih terengah kesulitan menarik atau mengeluarkan udara. “Cari tabung oksigen!” perintah Dion pada Arion. Arion pun masuk ke dalam walk in closet milik Venus untuk mencari tabung oksigen darurat. “Bernapaslah pelan-pelan, Sayang.” Dion menuntun Venus untuk bernapas satu-satu usai tercekik. Ia sudah tak peduli jika Rex Milan kabur. “Aku akan panggil Dokter,” ujar Divers pada Dion yang langsung mengangguk. Venus masih setengah semaput memandang Dion yang masih memakai topeng Steven. Ia merasa ada yang aneh tapi tak bisa bicara. Arion datang membawakan tabung oksigen darurat untuk Venus. Ia ikut membantu Venus mengenakan penutup untuk oksigen. Sementara itu, Rex Milan kabur lewat jalan samping dan langsung masuk ke mobilnya. Tidak ada yang sempat mengejar Rex Milan karena Dion dan teman-temannya sedang sibuk d
“Aku tidak membunuh Brema Mahendra. Aku bahkan tidak kenal siapa dia!” tegas Rex Milan masih bersikeras. Venus diam menatap Rex Milan yang tidak mau mengaku. Sambil menahan rasa berat di hatinya, Venus perlahan seperti melihat seperti apa Rex Milan yang sesungguhnya. Pria yang mengaku sebagai suaminya itu adalah seorang pembohong. Sekalipun Rex Milan tidak mengakui, tetapi Venus bisa merasakan kebohongan tersebut.“Terserah jika kamu tidak mau mengaku. Jika aku bisa melepaskanmu, aku rasa Ayah dan Kakakku tidak.” Venus mengancam dengan nada sinis. Rex Milan makin mendekat dengan deru napas yang terdengar kasar. Sedangkan Venus sekalipun cemas, tidak mundur sama sekali. Tangannya meremas tas tangannya cukup keras dan siap mengayunkannya pada Rex Milan jika ada yang terjadi.“Jangan mengancamku!” Rex Milan menggeram pelan.“Aku tidak akan seperti ini jika kamu tidak mengaku dan sepertinya kamu memang pantas untuk mendekam di penjara selamanya, Rex,” ujar Venus tak mengindahkan ancaman R
Sebastian diborgol di depan Cindy yang terpaku melihatnya. Ia sempat protes tapi FBI membeberkan semua bukti. Sebastian masih mengira jika Cindy tak tahu apa pun. Ia berbalik dan mencoba menjelaskan.“Cindy, ini gak bener. Jangan percaya mereka!” ucapnya menatap Cindy yang diam saja. Peter lalu masuk dan hendak membawa Cindy pergi. Di sanalah, Sebastian mengetahui jika Cindy terlibat dalam penangkapannya.“Sebentar. Kamu bekerja sama dengan Polisi? Kamu yang melakukan semua ini?” ujar Sebastian dengan raut tak percaya. Cindy masih diam saja menatapnya dengan mata berkaca-kaca.“Jangan dengarkan dia. Ayo!” ujar Peter dengan bahasa Indonesia. Mata Sebastian membesar. Ternyata yang sudah mengatur dan merencanakan semuanya adalah Cindy dan pria yang merupakan kekasihnya. Cindy menelan ludah dan berjalan melewati Sebastian. Ia akan keluar dari ruangan tersebut meninggalkan penangkapan tersebut di belakang.“Tunggu!” seru Sebastian menghentikan langkah Cindy. Cindy berbalik dan Sebastian me