Share

19. Pintu yang Terbuka

“Sudah merasa nyaman?”

Fathul menghentikan suapannya dan mengalihkan perhatian pada Raihanah yang sedang menuangkan air ke gelas pria itu.

“Ana masak diam-diam dan memberikan memo untuk antum selama lima hari ini, supaya antum bisa punya ruang lebih.”

Lagi-lagi Fathul hanya mampu mengangguk tanpa tahu harus menjawab apa. Ia bahkan sempat berpikir untuk meminta maaf, sebab dirinya seperti orang yang tidak tahu berterima kasih.

“Antum tidak perlu merasa berutang. Ana suka melakukan semua itu.”

“Suka?” Tanpa sadar Fathul menaikkan sebelah alis.

“Ana suka masak dan lebih suka lagi jika ada orang yang makan masakan ana.”

Fathul menatap wanita itu lekat-lekat. Matanya berbinar antusias dan senyumnya amat cerah.

“Antum boleh bilang mau makan apa, ana akan berusaha masakin.”

Lagi-lagi Fathul terbius. Wanita itu memandangnya dengan senyum manis yang menyenangkan. Gigi-gigi putihnya yang rapi terlihat manis.

Bolehkah dia begini? Bolehkah dia merasa nyaman akan kehadiran wanita asing ini?

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status