Share

AK 2

"Kenapa masih diam di sini? Kau ingin mati?"

Kata-kata itu terus terngiang di telinga Lea, air matanya bahkan tak bisa ia bendung hingga mengalir deras dengan sendirinya.

Bagaimana bisa Adelius mengatakan hal sekejam itu padanya dan lebih memilih berdiri di samping perempuan lain dari pada istrinya sendiri?

Kekesalan suaminya dan sikap penolakan orang tuanya membuat Lea merasa seorang diri hidup di dunia ini. Tidak ada lagi tempat untuknya berlindung.

Namun, Lea harus tahu apa yang sebenarnya terjadi. Maka itu ia akan menunggu di taman rumah sakit  hingga semua orang pergi dari kamar rawat Lisa dan menuntut penjelasan dari Lisa.

Ia tak peduli jika masih ada ibunya di sana.

Hingga siang hari Lea akhrinya menemukan waktu yang tepat untuk bertanya pada Lisa. Ketika Lea baru mencapai pintu rawat Lisa, Lea mendengar ibunya berbicara dengan Lisa.

Lea terkejut mendengar percakapan antara ibunya dengan Lisa.

Ternyata semua yang terjadi pada Lea adalah rencana Lisa dan ibunya, termasuk menjebak Lea untuk menikahi Adelius.

Mendengar kenyataan itu membuat dada Lea terasa begitu sesak, bahkan air matanya lagi-lagi deras mengalir membasahi pipinya.

Tidak menyangka mereka semua tega berbuat kejam pada dirinya.

Lea sudah tidak tahan dengan ini semua. Ia membuka pintu kamar dengan kencang.

"Jadi semua ini rencana kalian berdua? Hilangnya Kak Lisa juga bagian dari rencana kalian?"

"Lea, jangan salah paham dulu," Lisa berucap, masih berusaha bersikap baik.

"Kakak mana yang tega menjebak adiknya? Kakak mana yang tega menghancurkan rumah tangga adiknya sendiri?" teriaknya meluapkan segala amarahnya.

"Biarkan saja dia tahu, lebih bagus juga kalau dia tahu dan sadar diri," ucap Lasmi begitu angkuh.

Lasmi kemudian berjalan mendekati Lea, hingga posisi keduanya saling berhadapan.

"Posisi nyonya Adelius sampai kapanpun juga hanya pantas untuk putriku Lisa, bukan gadis bodoh seperti dirimu ini," mendorong kasar bahu Lea.

"Aku juga putrimu, kenapa harus dibedakan?"

"Hahaha, kau itu bukan putriku. Kau hanya hasil buruk dari rencanaku dengan suami tercintaku itu."

Lea terdiam, ia sama sekali tak mengerti dengan apa yang baru saja ibunya sampaikan.

"Apa maksudmu?"

"Kau itu hanya pembawa sial, pembawa masalah dalam keluarga kami. Harusnya kau ikut mati bersama ibumu yang jalang itu."

Lea terus menggelengkan kepalanya, ia menolak semua kenyataan yang baru saja Lasmi ungkapkan padanya.

"Kau tahu sekarang siapa dirimu, bukan? Tidak lebih dari sampah!"

Mendengar ucapan Lasmi barusan benar-benar melukai hati Lea, hingga tanpa sengaja Lea mendorong Lasmi hingga terjatuh dan menimpa Lisa yang ada di belakangnya. Lea berlari keluar meninggalkan dua iblis yang tengah kesakitan akibat ulahnya.

Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang sedari tadi mengawasi.

Sekembalinya dari rumah sakit, Lea hanya berdiam diri di dalam kamarnya. Ia mengurung diri memikirkan semua yang hari ini terjadi.

Pantas saja selama ini Lea tidak pernah dianggap oleh ibunya, ternyata ia bukan anak kandung ibunya.

"Lalu siapa ibuku?" meremas kuat rambutnya.

Tiba-tiba saja Lius masuk ke dalam kamar dengan emosi yang meledak-ledak. Berteriak memaki Lea hingga menarik lengan istrinya itu dengan begitu kasar.

"Katakan, untuk apa lagi kau kembali ke rumah sakit?" menekan setiap ucapannya.

"Hanya untuk menemui kakakku."

"Pembohong!" mendorong tubuh itu hingga terjerembak di atas ranjang.

Lius naik keatas ranjang, mencengkeram rahang Lea dengan begitu kuatnya. Matanya menatap tajam Lea yang hanya bisa pasrah di bawahnya." geram nya.

Belum sempat Lius bertindak, tiba-tiba Lea merasakan nyeri yang teramat pada perutnya. Ia merintih, Lea mencengkeram pakaian suaminya dan keringat dingin mulai membasahinya.

Lius tertegun dengan raut wajah Lea, nampak begitu kesakitan.

"Sakit."

______________________

Di rumah sakit, Lea terbaring begitu lemah. Tangan nya harus di infus karena kekurangan cairan. Belum lagi keterangan dari dokter yang mengatakan jika kandungan Lea lemah saat ini.

Adelius seakan tak percaya dengan semua yang didengarnya itu. Lea hamil? Bagaimana bisa?

Lisa yang berada satu rumah sakit dengan Lea terkejut saat mendengar kabar kehamilan adiknya, ia panik juga ketakutan memikirkan jika saja Adelius meninggalkan dirinya demi anak yang ada dalam kandungan Lea itu.

"Bagaimana ini, Ma? Aku tidak ingin Lius tetap memilih gadis bodoh itu."

"Tenang saja, mama punya ide. Kita sebarkan berita kalau bayi yang di kandungan Lea adalah hasil dari laki-laki lain."

Di antara mereka, ada laki-laki bertubuh tegap dengan pancaran aura dingin terus menatap Lisa juga Lasmi. Matanya yang setajam elang itu terus menatap kedua wanita yang kini tengah tersenyum bahagia itu.

Rahangnya mengeras mendengar semua rencana jahat kedua wanita itu, dengan langkah tegap ia mendekati keduanya.

"Dan sebelum itu terjadi, kalian berdua yang akan aku habisi."

Keduanya terkejut, menatap sosok gagah juga tampan yang ada di depan matanya. Hampir mirip dengan Adelius, namun jauh lebih berkarisma.

"Si-siapa kamu?" gugup Lasmi menyadari aura laki-laki di hadapannya kini.

Tak mendengarkan, laki-laki itu justru berjalan menghampiri Lisa dengan sorot mata elangnya.

Dengan bodohnya Lisa terpesona, hingga ia tersenyum kala sosok itu berdiri di hadapannya.

"Jangan berani menyentuhnya, atau kau akan menerima akibatnya," mencengkeram kuat lengan Lisa.

"Sakit," keluh Lisa.

Lius yang melihat Lea terlelap perlahan meninggalkan ruang rawatnya, ia berjalan keluar menuju ruang rawat Lisa, kekasihnya.

Namun, saat baru tiba di depan pintu, ia terkejut dengan sosok laki-laki yang sangat di kenalinya itu. Sosok yang saat ini tengah menyakiti kekasihnya.

"Apa yang kau lakukan, Lio!" dengan kasar mendorong tubuh saudaranya hingga cengkeraman itu terlepas dari kekasih hatinya.

"Cih! Kau membuang permata hanya untuk seonggok sampah tak berguna ini?" cibirnya.

"Jaga bicaramu, Lio. Dan lagipula untuk apa kau kembali ke negara ini?" geram Lius.

"Kau akan menyesali semuanya nanti, dan saat hal itu terjadi aku pastikan kau tak akan pernah bisa kembali," seru Adelio penuh penekanan.

Setelah mengatakan hal itu, Adelio meninggalkan ketiganya dengan pemikiran masing-masing, tanpa berniat menyahuti pertanyaan adik kembarnya itu.

Adelio yang baru saja keluar dari ruang rawat Lisa disambut oleh anak buahnya, mereka memberikan informasi ruangan tempat Azalea di rawat.

"Jangan sampai ada yang masuk," titahnya.

Adelio, perlahan mendekati Lea yang tengah tak sadarkan diri di atas ranjang pesakitan. Tangannya terulur, mengusap kepala Lea hingga turun membelai pipinya.

"Harusnya tak kubiarkan Lius menikahimu dulu, harusnya aku bisa bertindak dan semua tak akan seperti ini," seru Adelio jelas tergambar gurat penyesalan di wajahnya.

"Maafkan aku."

Samar-samar Lea mendengar suara orang berbicara, ia juga merasakan ada yang membelai dirinya dengan begitu lembutnya.

Dengan susah payah Lea mencoba membuka matanya, melihat siapa yang tengah bersama dengannya.

"Lius? Tapi, Lius tak mungkin seperhatian ini," batin Lea diambang kesadarannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status