Share

Istri Tak Dianggap
Istri Tak Dianggap
Penulis: 𝓢𝓮𝓷𝓳𝓪 𝓜𝓮𝓻𝓪𝓱

AK 1

Lea duduk di tepi ranjang sambil menatap test-pack di kedua tangannya. Saat ini tidak ada yang bisa dipikirkannya, kehamilan ini bahkan tidak membuatnya bahagia.

Brak!

Lea terperanjat ketika pintu kamarnya dibuka kencang. Tanpa sadar Lea berdiri dari duduknya lalu melangkah mundur ketika Lius, suaminya, berjalan ke arahnya.

"Lius, sakit, lepaskan aku." Kedua tangan Lea mencengkeram tangan Lius di lehernya. Ia berusaha melepaskan diri, tetapi tenaga Lius di lehernya begitu kuat. Ia hampir kehabisan nafas di buatnya.

"Bukankah ini impian mu?" ucap Lius dengan suara dan napas yang berat. Lalu Lius melempar tubuh Lea ke atas kasur di samping mereka.

Lea terperangah sambil berusaha beranjak, menatap Lius yang berdiri tinggi menjulang di hadapannya.

"Sudah puas kau menikahiku?" Lius memegang rahang Lea dan membuat Lea mendongak untuk menatap dirinya. "Dengan cara licik kau menghalalkan segala cara hingga tega menyakiti kakakmu sendiri. Menjijikan." Lius mendorong wajah Lea.

"Lius, kau salah paham denganku. Aku sama-"

"Salah paham katamu?" potong Lius dan memandang rendah Lea yang kesakitan di hadapannya. "Kau itu suka berpura-pura, ya?"

Namun, sebelum sempat Lea menjawab Lius lebih dulu menarik dirinya, membawa tubuhnya dengan paksa menuju kamar mandi.

__________________

Pagi harinya, Lea terbangun dengan rasa sakit di seluruh wajahnya. Dia membuka mata dan menatap kosong langit-langit kamar. Kejadian tadi malam adalah kejadian terparah yang ia rasakan selama menjadi istri Adelius.

Lea tidak pernah tahu apa yang membuat Lius begitu membencinya dan tidak pernah menganggap Lea sebagai istrinya. Padahal Lea sudah mengorbankan dirinya untuk menikah, namun pengorbanan yang ia lakukan rasanya seperti sia-sia.

"Bersihkan dirimu. Jangan berlagak seperti seseorang yang tengah tersiksa," ucap Lius dengan dingin dan kejam.

Lea menoleh pada Lius dan menatap suaminya nanar. Matanya terasa panas saat teringat apa yang Adelius lakukan padanya semalam.

Lius dengan tega menyiramnya dengan air dingin, lalu setelahnya mengunci dirinya yang basah kuyup di dalam kamar mandi tanpa memberinya satu helai kain untuknya mengeringkan tubuhnya.

"Jelaskan, apa salahku sampai kau tega melakukan ini?" Lea memberanikan dirinya, tanpa menatap suaminya.

Mendengar itu, Lius menghentikan gerakan tangan nya. Berbalik menatap penuh kebencian pada wanita yang menjadi istrinya itu.

"Masih berani pura-pura ternyata. Pelajaran semalam rasanya belum cukup membuatmu jera." tatapan dingin itu membuat Lea mengeratkan genggaman nya pada pada selimut.

"Dengar wanita licik, aku sudah tahu semua kebusukanmu hanya demi berhasil menikah denganku," berbicara penuh dengan penekanan.

"Apa yang aku lakukan? Aku hanya menjadi pengganti kakakku, demi menyelamatkan nama baik keluarga kita."

Lius yang mendengar itu mencengkeram kuat rahang Lea, matanya menatap tak suka wanita di hadapannya kini.

"Jangan bersembunyi dengan kalimatmu itu, dasar wanita busuk!"

Lius menghempaskan Lea hingga membuatnya tanpa sengaja terbentur pada kepala ranjang. Lea mengaduh lirih sembari memegangi belakang kepalanya.

Lius membelakanginya," Aku sudah tahu semuanya, semua hal jahat yang telah kau lakukan pada kakakmu di belakangku!"

"Kau yang menyuruh orang-orang untuk menyekap nya, membuat semua orang panik mengira dia kabur dari pernikahan nya. Lalu dengan begitu kau bisa duduk di kursi pelaminan kakak mu itu tanpa takut di salahkan." Lea menggelengkan kepalanya dengan keras, sama sekali tak pernah melakukan apa yang dituduhkan oleh suaminya.

Namun, belum sempat ia menjelaskan, dering ponsel Adelius lebih dulu mencuri perhatian. Setelah menerima panggilan, Lea bisa melihat raut wajah suaminya itu langsung berubah panik, membuat Lea mengerutkan dahinya.

"Saya akan segera kesana, jaga dia baik-baik dan jangan sampai melakukan hal yang membahayakan-"

"-Ah, dan satu lagi. Jangan tinggalkan Lisa sendirian, aku takut dia melakukan hal itu lagi," ucapnya sebelum benar-benar mengakhiri panggilan nya.

"Kak Lisa? Apa kakakku sudah kembali?"

Lius menatap tak suka Lea dengan pertanyaan yang baru saja di lontarkannya.

Lius tak menjawab pertanyaan Lea dan langsung pergi meniggalkan Lea dengan tanda tanya besar. Jika Lisa ada di sini maka Lea harus menemui Lisa dan menuntut semua penjelasan dari kakaknya itu.

Lea langsung turun dari ranjangnya dan bergegas secepat mungkin. Tidak memerdulikan rasa sakit di sekujur tubuhnya, Lea harus mengetahui keberadaan Lisa.

Maka itu sekarang Lea sudah berada di rumah sakit setelah membututi kepergian Lius. Di rumah sakit, Lea terus mengekori kemana Lius pergi hingga ia memasuki kamar rawat. Lea berdiri di depan pintu kamar rawat dan menutup mulutnya ketika melihat suaminya tengah mencium kakaknya dengan mesra.

Lea bisa melihat bagaimana perhatiannya Lius pada Lisa, hal yang tak pernah ia dapatkan di dalam pernikahannya. Hatinya terasa begitu sakit melihat semua itu, hingga Lisa membuka percakapan yang membuat Lea mengerutkan dahi.

"Jangan menyalahkan adikku, aku rela mengalah demi kebahagiannya," ucap Lisa dengan begitu sendu.

Lea semakin tak mengerti dengan keadaan saat ini, kenapa bisa kakaknya berucap seperti itu di depan suaminya?

"Berani sekali kamu menampakkan wajah di sini," teriak Lasmi begitu mengejutkan Lea yang tengah tertegun di depan pintu.

Bahkan Adelius juga Lisa pun ikut terkejut dengan kehadiran Lea juga Lasmi di depan ruang rawat Lisa.

Plak.

"Mama," lirih Lea memegangi pipinya yang terasa panas itu.

"Jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu, anakku hanya Lisa. Bukan wanita menjijikkan yang tega mencurangi kakaknya sendiri."

Lea menangis mendengar ucapan ibunya, ia hanya mampu menggelengkan kepalanya mendengar tuduhan demi tuduhan yang diberikan padanya hari ini.

"Ma, aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya menuruti permintaan Mama dan Papa waktu itu."

"Jadi kamu menyalahkan kami atas apa yang kamu lakukan di belakang kami? Begitu?"

Plak!

Semakin terasa panas pipi Lea saat ini, bahkan sudut bibirnya pun sudah robek akibat dua tamparan keras itu.

"Papa." Lea menatap nanar pria paruh baya di hadapannya.

"Apa salah kakakmu sampai kamu tega menyekapnya dan menyuruh orang untuk menodainya? Licik sekali pikiranmu itu," seru Wardi penuh rasa marah.

"Aku tidak melakukan apa pun yang kalian tuduhkan padaku, aku bahkan tak tahu apa pun dengan hilangnya kakakku."

"Pa,Ma cukup, jangan menyalahkan Lea lagi."

Lasmi langsung berbalik dan melangkah masuk mendekati Lisa. Ia memeluk putrinya, wajahnya tampak terluka dengan apa yang terjadi pada putrinya itu.

"Bahkan dengan semua yang sudah kamu lakukan, kakakmu masih melindungimu. Tidak kah kamu malu dengan itu?"

Wardi benar-benar tak habis pikir dengan putri keduanya itu, ia sudah malas jika harus terus berdekatan dengan Lea dan berurusan dengannya. Ia memilih masuk dan bergabung dengan istri juga putri sulungnya.

Lea berdiri mematung di depan pintu, seorang diri menatap gambaran keluarga bahagia di depan nya. Persis seperti keluarga yang di impikan nya, ada suami juga orang tua yang selalu menyayanginya.

Namun, Lea hanya bisa menangis meratapi nasibnya.

"Kenapa masih diam di sini? Kau ingin mati?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status