Share

AK 3

Lio sempat merasakan pergerakan dari jemari Lea yang berada di genggaman nya, ia sempat terkejut namun detik kemudian bernafas lega.

"Beristirahatlah, aku akan menjagamu mulai sekarang."

Tak bisa berlama-lama membuat Lio memutuskan untuk segera meninggalkan ruang rawat Lea, ia tak ingin adik kembarnya tiba-tiba datang dan melihatnya.

Sebelum ia meninggalkan rumah sakit, Lio sudah memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mengawasi Lea dari kejauhan. Ia tak bisa langsung berada untuk melindungi Lea, tidak untuk saat ini.

Dengan perasaan leganya, Lio benar-benar meninggalkan rumah sakit dan kembali ke negara nya hari itu juga. Belum saat nya untuk Lio berada satu tempat dengan Lea, karena itu akan membahayakan keselamatan Lea juga bayi yang saat ini di kandungnya.

"Saya pergi, terus awasi mereka dan pastikan dia selalu baik-baik saja."

Begitulah titah Lio sebelum benar-benar meninggalkan negara dimana Lea berada.

Sedang di rumah sakit, Lius terlihat mencemaskan keadaan Lisa saat ini. Ia melihat memar yang di tinggalkan saudara kembarnya di lengan kekasihnya itu, ada rasa marah juga bimbang di saat bersamaan.

"Aku benar-benar tidak tahu sayang apa salahku, dia tiba-tiba datang dan mengancamku," sendurnya.

Lio tak langsung merespon kekasihnya, ia terdiam dan hanya mendengarkan apa yang di bicarakan kekasih juga mertuanya itu.

Lius tahu siapa kakak kembarnya itu, Lius paham dengan sangat baik siapa itu Lio. Saudara nya itu tak akan mengusik orang jika orang itu tak mengusiknya lebih dulu.

Namun apa yang dilakukan Lisa hingga dapat mengusik ketenangan seorang Lio? Orang yang tak berada satu negara dengan mereka.

"Sayang, kamu tidak mendengarku?" menyentuh lengan Lius dengan mesra.

Lius yang mendapat sentuhan di buat terkejut, ia segera memalingkan wajahnya menatap Lisa sang kekasih. Dengan seulas senyum itu, Lius meyakinkan Lisa jika dirinya percaya dengan apa yang baru saja Lisa ceritakan.

Namun jauh di dalam hatinya, nyatanya ia meragukan setiap ucapan itu.

"Aku percaya, sekarang istirahatlah."

Lea mulai membuka matanya dengan perlahan, ia menyisir setiap sudut ruangan tempatnya berada.

"Aku di rumah sakit," serunya.

Ia menyentuh dadanya, ada rasa sesak menyadari kesendiriannya saat ini. Di tengah rasa sakit tubuhnya bahkan ia harus seorang diri melewati semuanya. Lea hanya bisa menitikan air matanya, tak ada yang mampu di perbuatnya saat ini.

Namun tiba-tiba ia teringat lagi dengan seseorang yang tadi bersamanya, ia kembali membuka matanya dan mengingat sosok itu.

Ia terus menduga itu adalah suaminya, tapi dalam hati kecilnya selalu menolak isi pikirannya itu. Lea terus berharap jika perhatian juga sentuhan lembut itu dari suaminya, namun semakin berharap semakin sakit pula hatinya.

Jangankan berlaku lembut saat dirinya sakit seperti ini, bahkan Lius mengambil kehormatannya saja dengan cara yang sangatlah kasar dan menimbulkan sakit yang luar biasa padanya saat itu.

"Jika bukan Lius, lalu siapa yang tadi bersama denganku disini? Siapa yang begitu lembut terhadapku?" gumamnya.

Tiba-tiba pintu di buka dengan kerasnya, lalu muncullah sosok Lius yang sedari tadi di carinya.

"Lius, " lirih Lea memanggil.

Namun Lius tak merespon itu, ia terus berjalan hingga berhenti tepat di samping ranjang istrinya. Tak ada sapaan atau perlakuan lembut yang sempat Lea pikirkan.

"Kenapa bisa?"

Lea mengerutkan dahinya mendapat pertanyaan tersebut, entah apa yang sedang coba di pertanyakan oleh suaminya itu.

"Kenapa bisa hamil?"

"Pertanyaan macam apa itu?" sahut Lea tak mengerti jalan pikiran suaminya.

Lius sempat membuang mukanya, rasanya begitu enggan bersitatap dengan istrinya itu.

"Katakan dengan sejujurnya, anak siapa yang sedang kau kandung itu."

Jedar!!

Air matanya lolos dengan begitu saja, hatinya terasa di remas dengan kuat hingga menimbulkan sakit yang tak bisa di tahannya. Lius terkejut dengan respon istrinya, ia sempat merasa bersalah dengan pertanyaan yang baru saja di lontarkan nya itu.

"Anak siapa katamu?" ulang Lea sembari memejamkan matanya, sekuat tenaga ia menahan emosi juga sakit hatinya.

"Ehm," singkatnya.

"Dimana hati nuranimu? Pantaskan kamu menanyakan hal itu terhadap istrimu, Lius?"

"Aku hanya ingin kau berkata jujur tentang kandunganmu itu, dan berhenti mengatakan hal-hal yang tidak penting terhadapku karena itu tidak akan mengubah apapun itu."

Lea hanya bisa menangis memejamkan matanya, roboh sudah kini benteng pertahanan yang selama ini dibangunnya dengan susah payah.

"Sekali lagi ku tanya, anak siapa yang sedang kau kandung!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status