Share

Kesepakatan

Ana menatap sang manajer dengan dada berdebar, perbuatannya malam itu akan berakibat sangat buruk pada perjalanan karirnya, kerja kerasnya akan musnah, Ana menggigil saat membayangkan semuanya akan hancur dan neneknya… wanita yang susah payah membesarkannya, akan sangat kecewa, belum lagi cemoohan para tetangga yang pastinya akan dengan senang hati menggunjingkannya.

“Apa yang harus aku lakukan, Mas, aku tahu kesalahanku sangat fatal.”

Sejenak Adam terdiam, bibir sang manajer memang tersenyum, tapi Ana bisa melihat tidak ada binar bahagia di wajah sang manajer, dan itu berarti satu hal… buruk.

akan tetapi dalam keadaan seperti ini mereka memang harus memilih hal yang buruk untuk menghindari hal yang lebih buruk lagi.

“Kamu harus menikah dengan Rafael, itu keputusan manajemen,” kata Adam lirih.

“Mas Adam bercanda?” tanya Ana tak yakin dengan jawaban Adam. “Dia sudah beristri dan aku akan menjadi pelakor,” lanjutnya dengan nada yang sangat lemah di kata terakhir yang dia ucapkan.

sungguh Ana sama sekali tidak pernah bercita-cita menjadi perebut kebahagian orang lain, bahkan dalam mimpinya sekalipun.

“Kita ke kantor, orang-orang di sana akan menjelaskan lebih detail solusi itu,” putus Adam.

Ana hanya bisa mengangguk. setengah jam kemudian mereka sudah bergabung dengan padatnya lalu lintas yang merambat pelan. Tak ada yang mengeluarkan suara dari dalam mobil itu dua orang yang ada di dalamnya sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Dengarkan dulu penjelasan mereka, aku yakin mereka melakukan ini semua juga untuk menyelamatkan karirmu.”

Sekali lagi Ana mengangguk.

Adam menatap punggung Ana yang berjalan di depannya dengan hati goyah, rasa tak rela memenuhi dadanya, senyum sinis langsung terbit di bibirnya.

Dia yang menyuruh Ana untuk mendengarkan pendapat manajemen dulu, tapi lihatlah dia sendiri yang sakit hati dan tidak rela. Adam menggelengkan kepalanya mengusir bayangan negatif yang mampir ke otaknya, ini semua demi Ana dia tak boleh egois.

ruangan besar itu sudah penuh dengan orang-orang penting, staff humas, pengacara bahkan pimpinan manajemen artis tempatnya bernaung juga hadir langsung.

“Silahkan duduk, lebih cepat kita menemukan solusi lebih baik,” kata seorang laki-laki paruh baya, yang Ana kenal sebagai pimpinan manajemen artis tempatnya bernaung.

“Sa… saya minta maaf untuk apa yang telah terjadi, tapi sungguh saya tidak bermaksud seperti itu, sa..saya hanya ingin ke kamar mandi tapi ternyata di sana ada tuan Raffael yang sedang mabuk,” kata Ana menjelaskan dengan gugup dan … malu.

“Apa kamu juga mabuk saat itu?” tanya salah satu staff humas yang ada di sana.

“Tidak, saya tidak pernah minum alkohol, bahkan saya belum minum apapun di pesta itu,” bantah Ana.

Sang staff tersenyum meski agak samar. “Aku sering mabuk dan saat itu tidak sepenuhnya kesadaranku hilang, jangan khawatir Ana aku mengerti perasaanmu, Raffael memang sangat tampan,” katanya dengan kerlingan.

Ana melongo sama sekali tak menduga jawaban itu, Rafael tidak hanya sekedar mabuk, tapi pasti ada obat lain yang dia minum, misalnya… obat perangsang, Ana yakin hal itu, tapi genggaman tangan Adam yang duduk di sampingnya membuatnya menoleh, sang manajer menggelengkan kepala dengan samar.

“Aku paham kalian sama-sama dua orang dewasa dan saling tertarik satu sama lain, meski yah Raffael sudah menikah secara diam-diam, tapi itu bukan masalah, laki-laki seperti Raffael sangat mampu memiliki istri lebih dari seorang,” kata sang pimpinan puncak dengan tatapan langsung ke mata Ana.

“Tapi, Pak saya bukan pelakor.”

“Aku mengerti pasti kalian melakukan itu hanya untuk bersenang-senang saja, masalahnya adalah media sudah mencium semuanya dan tentu saja jika kamu tetap menjadi simpanan Raffael karirmu akan tamat, bukankah itu sangat disayangkan, dengan kamu menikahi Raffael yang berkuasa itu akan sangat membantumu lebih tenar lagi, tentu saja dengan masih dibawah manajemen kita.”

Ini pernikahan bisnis, otak cerdas Ana langsung langsung berpikir ke sana.

“Bagaimana?” tanya sang pimpinan melihat baik Ana maupun Adam yang terdiam.

Ana memandang Adam, meminta pendapat pada laki-laki yang sudah diaanggap kakaknya sendiri itu.

“Kurasa itu jalan keluar yang paling baik,” kata Adam lirih. “Karirmu pasti akan tamat jika kamu tidak melakukan hal itu.” Dengan berat hati Adam harus mengatakannya.

Ana mengusap wajahnya kasar, tidak ada jalan lain lagi memang, itu salah satu cara terbaik saat ini.

“Kamu sangat berbakat Ana jangan sia-siakan bakatmu itu hanya karena kejadian ini,” kata Adam lagi.

Ana teringat dengan kehidupan dulu yang harus membantu sang nenek untuk bekerja di kebun, setiap hari dia berteman dengan lumpur dan tanah, bahkan untuk makan sekalipun mereka harus mengharapkan belas kasih orang lain.

Sekarang kehidupannya dan sang nenek jauh lebih baik, rumah mereka sudah tidak bocor saat hujan turun, bahkan kalau sang nenek ingin makan di restoran mewah tiga kali sehari, Ana mampu mewujudkannya.

Ana tak mungkin tega melihat binar kebahagian di wajah tua sang nenek hilang karena masalah ini.

Jujur saya Ana juga tidak mau hidup seperti dulu lagi, selalu kekurangan uang dan hidup dengan mengandalkan belas kasihan orang lain, dia akan berusaha keras mengubah hidupnya, jika menikah dengan Raffael bisa membuatnya tak kehilangan semuanya dia akan lakukan itu.

Apalagi Ana juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri, kalau rasa kagum yang dulu ada untuk Raffael, kini telah berubah menjadi rasa cinta yang semakin dalam, bisa menikah dengan Raffael serasa mimpi untuk Ana, dan mimpi itu sekarang tersaji di depannya dengan piring emas.

Ana seakan sedang dilambungkan rasa bahagia yang tidak terkira, hanya satu hal yang sangat menggangu Ana.

Raffael sudah memiliki seorang istri yang sangat dia cintai.

Rasa pahit itu langsung menyergapnya, mampukah dia menjadi istri kedua?

Akan tetapi tekad kuat sudah terpasung di hatinya.

“Saya akan meminta Raffael menikahi saya,” kata Ana penuh tekad.

Di sebuah ruangan dalam rumah mewah keluarga Alexander, Raffael berdiri sambil menunduk di hadapan kedua orang tuanya.

“Apa yang telah kamu lakukan ini! kamu tahu tindakanmu ini bisa menghancurkan kita semua!” katanya dengan suara yang menggelegar. Tangannya mencengkeram erat foto-foto yang telah terlanjur terbit di media dan membantingnya kasar.

Raffael tahu sang ayah akan marah besar, dunia yang mereka geluti saat ini sangat rentan, sedikit saja nama baiknya tercoreng akan membuat publik tak lagi percaya pada mereka dan itu berarti satu hal… kehancuran.

“Sudahlah, Sayang tenangkan dirimu, ingat kata dokter kamu tidak boleh terlalu stress,” kata sang ibu yang menghampiri sang ayah dan menenangkannya.

Sang ayah menghela napas dalam dan memandang sang istri. “Lihat ulah anakmu itu,” katanya menunjuk Raffael dengan berang.

“Ana tidak terlalu memalukan untuk dijadikan menantu,” kata sang ibu tenang.

“Ibu..”

“Sayang..”

Seruan kaget dari tiga orang di depannya hanya ditanggapi dengan senyuman oleh sang ibu. ini memang sedikit gila tapi dia sudah jatuh cinta dengan Ana yang menjadi pemeran utama di drama favoritnya.

“Kenapa bukankah itu solusi yang mudah, Bella tidak mau melahirkan cucu untuk kita dan meminta Ana menjadi ibu pengganti, jadi bukan masalah bukan kalau Ana menjadi istri kedua Raffael, dengan begitu anak yang nantinya akan lahir bisa mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya sejak awal, kamu setuju bukan Bella?”

“Bu, apa ibu tidak memikirkan perasaanku, kita sama-sama wanita, ibu juga pasti tidak suka jika ayah menikah lagi.”

sang ibu menanggapi kemarahan Bella dengan senyuman. “Bukankah kamu sendiri yang menginginkan hal itu dengan mengusulkan Ana menjadi ibu pengganti.”

“Tapi bukan berarti Raffael harus menikah dengan Ana dan menjadikannya keluarga kita, Bu.” Bella memandang sang suami dan menampilkan wajah memelas keahliannya. “Sayang kamu tidak setuju bukan?” rajuk Bella.

“Aku tidak akan menikahi wanita yang tidak aku cintai, dan aku sudah punya Bella itu lebih dari cukup,” kata Raffael menolak keras ide sang ibu.

“Itu pilihan solusi terbaik saat ini, ayah juga setuju, segera siapkan pernikahan itu.”

“Ayah! bagaimana mungkin ayah juga berpikir begitu.”

“Jangan membantah, Raf kamu mau nama baik keluarga kita tercoreng oleh ulahmu ini,” kata sang ayah tak terbantahkan.

Keesokan harinya Ana menemui Raffael di kantornya yang di sambut laki-laki itu dengan wajah dingin.

“Saya mohon supaya anda mau menikahi saya,” kata Ana setelah mereka sudah duduk di sofa ruang kerja Raffael.

Sejenak Ana memejamkan matanya, rasa malu dan canggung menghajarnya, sebagai seorang wanita yang dididik untuk mandiri sejak kecil dia tak pernah membayangkan akan mengemis seperti ini.

Dasar perempuan licik. “Khayalanmu terlalu tinggi,” kata Raffael dengan seringai di wajahnya.

“Sa… saya mohon, saya berjanji akan melakukan apa saja untuk anda termasuk mengandung anak anda,” kata Ana dengan air mata yang sudah berderai di wajahnya.

Raffael tertegun, malam itu dia bisa mengingat dengan jelas, meski dia menganggap kalau Ana adalah Bella, dan itu adalah salah satu percintaan paling memuaskan untuknya.

Tidak ada salahnya bukan dia menerima hal itu, apalagi perempuan ini juga sudah memohon padanya dan juga keluarganya juga setuju.

“Oke sesuai keinginanmu, kita akan menikah.”

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status