Share

Malam Pertama

last update Last Updated: 2024-03-13 20:25:49

Wijaya meloncat dari tempat tidurnya dan segera berlari ke kamar mandi.

"Ada apa?" tanyanya khawatir.

"Airnya terlalu panas," jawab Ayana hampir menangis karena tangan kanannya melepuh karena air panas yang keluar dari shower.

Wijaya menghembuskan napas sembari menggelengkan kepalanya.

"Kamu itu hidup di planet mana sih, kaya gini saja ga tau!" serunya sembari menarik tuas shower.

Ayana diam saja saat memperhatikan suaminya menarik tuas di depan shower.

"Dengarkan aku!" hardik Wijaya sembari menoleh ke arah Ayana.

Ayana mengangguk-anggukkan kepalanya melihat ke arah Wijaya.

"Sebelah kiri, air panas, sebelah kanan air di dingin dan tengah-tengah air hangat jika ingin air biasa tarik yang sebelah atas ini," tutur Wijaya menjelaskan.

Ayana menganggukan kepalanya sembari mengusap tangan kanannya yang sudah terasa panas sudah mulai bengkak.

Wijaya menarik tangan Ayana dan mulai membasuh tangan yang melepuh dengan air hangat membuka kotak obat di depannya mengoleskan salep pada tangannya.

"Kalau ga tau kamu tanya jangan diam aja!" seru Wijaya lagi pergi begitu saja setelah mengoleskan salep ke tangan Ayana.

Ayana menatap cermin ia masih melihat dirinya yang full makeup dan segera membasuhnya dan segera mandi dengan air hangat setelah itu keluar dari kamar mandi dengan rambut basah.

Seketika Wijaya terpukau melihat kecantikan Ayana akan tetapi, laki-laki itu pun segera memalingkan wajahnya.

Ayana mengambil bantal dan guling sadar diri untuk pindah ke kursi sofa.

"Kamu tidur saja di sini biar aku yang tidur di sofa," ucap Wijaya lagi mengambil bantal dan guling yang tadi akan diambil Ayana.

Ayana membaringkannya tubuhnya di tempat tidur yang begitu nyaman.

"Tempat tidur orang kaya memang beda yah," gumamnya lagi sambil tersenyum mengusap tempat tidurnya yang begitu lembut.

Wanita itu pun beranjak bangun lagi teringat kalau malam ini malam pertamanya menjadi istri Wijaya Langit.

"Ke mana Wijaya?" tanyanya sendiri melihat sekitar tak ada suaminya di ruangannya.

Ayana beranjak bangun berjalan ke sofa depan.

"Bantal dan guling ada di sini orangnya ke mana?" tanya Ayana lagi berjalan ke sekeliling kamarnya dan terlihat asap rokok di balkon luar.

Ayana membuka pintu balkon asap rokok sudah menyelimuti balkon wanita itu pun langsung batuk-batuk begitu masuk.

Wijaya langsung mematikan rokoknya begitu Ayana masuk.

"Kenapa kamu tak ketuk pintu dulu sebelum masuk?" tanyanya sembari berpaling.

"Maaf ... maaf," ucap Ayana menundukkan kepalanya.

Wijaya berpaling.

"Kenapa kamu belum tidur?" tanya Ayana hati-hati.

"Kamu berharap kita melakukan malam pertama?" tanya Wijaya ketus.

Wajah Ayana memerah sembari menggelengkan kepalanya.

"Tidak-tidak bukan seperti itu," jawab Ayana terbata-bata merasa malu sendiri.

Wijaya mendekati Ayana membuat wanita itu pun berdebar kencang karena jarak keduanya begitu dekat.

"Kamu berharap aku melakukan ini kan?" tanya Wijaya sembari membelai rambut Ayana.

Ayana menggelengkan kepalanya namun, tak bisa dipungkiri kalau hati Ayana tak tenang karena terus saja berdebar tanpa henti.

Wijaya terus saja mendekati Ayana sampai keduanya hampir saja melakukan sentuhan fisik dan bibir mereka hampir saja bersentuhan. Ayana menutup matanya dan Wijaya pun menarik dirinya menjauh dari istrinya.

"Kamu bukan tive ku tak menarik sama sekali," ucap Wijaya ketus sembari tersenyum jahat.

Ayana cemberut. "Aku tak mengharapkan apa yang kamu pikirkan jadi buang jauh-jauh pikiranmu itu!" hardik Ayana berjalan keluar dari balkon luar meninggal Wijaya yang masih berdiri di depannya.

"Bukankah kebalik yah, kamu yang mengharapkan aku menyentuhmu," balas Wijaya sembari tertawa jahat.

Ayana menoleh sebelum pergi dan setelah itu pergi dari sana langsung membaringkan tubuhnya ke tempat tidur.

"Laki-laki kurang ajar, seenaknya bilang tak menarik awas saja nanti kamu akan menyesal karena sudah menghinaku," gerutu Ayana sembari menarik selimutnya.

Wijaya masih berdiri di luar balkon dan menggelengkan kepalanya mengingat kejadian tadi.

"Hampir saja," gumamnya pelan.

Keesokan harinya Wijaya sudah bersiap memakai pakaiannya sedangkan Ayana terkejut saat baru melihat Wijaya berada di kamarnya.

"Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Wijaya datar.

"Sepertinya aku belum terbiasa adanya kamu di kamar ini," jawab Ayana menundukkan kepalanya berpaling berusaha tak melihat tubuh Wijaya.

"Harusnya aku yang mengatakan itu!"

Ayana pun mengambil pakaiannya dan Wijaya pun langsung membuang pakaian Ayana.

"Kamu tak boleh memakai pakaian kampungan itu kamu itu istri Wijaya Langit jangan mempermalukan aku," gerutu Wijaya berjalan ke arah lemari mengambil beberapa pakaian untuk Ayana.

"Kamu pilih pakaian itu kalau tak mau kamu tak boleh keluar dari kamar ini!" hardik Wijaya berlalu begitu saja meninggalkan Ayana di kamarnya.

"Memangnya kenapa dengan pakaianku?" tanya Ayana sendiri mengambil pakaiannya yang tadi dibuang suaminya.

Ayana melihat beberapa pakaian yang ada di tempat tidur pakaian yang begitu bagus tapi, ia merasa sungkan untuk memakainya.

"Apa aku harus memakai pakaian ini?" tanyanya bingung karena pakaian itu terlalu bagus untuknya.

Lama Ayana melamun memikirkan pakaian mana yang akan ia pakai sampai Wijaya masuk kamarnya lagi.

"Ya ampun kamu masih belum berpakaian!" hardik Wijaya sembari menggelengkan kepalanya.

Wijaya mengambil salah satu pakaian yang ada di tempat tidur secara asal dan memberikannya pada Ayana.

"Cepat pakai ini, kakek sudah menunggu kita untuk sarapan!" seru Wijaya lagi.

Ayana menganggukan kepalanya namun masih berdiri mematung di depan suaminya.

"Kamu nunggu apa lagi lagi?" Wijaya melotot ke arah Ayana.

Wanita itu pun menganggukan kepalanya dan buru-buru masuk kamar mandi untuk berganti pakaian.

Wijaya terlihat kesal karena Ayana begitu lelet. Setelah itu wanita tersebut keluar dari kamar mandi dengan memakai pakaian yang dipilihkan suaminya.

Sesaat Wijaya kembali terpukau saat melihat Ayana dengan pakaian yang berbeda.

"Cepat, turun kakek sudah menunggu!" seru Wijaya lagi menarik tangan Ayana keluar dari kamarnya.

Keduanya turun dari tangan sambil bergandengan menuju meja makan.

Kakek Dony tersenyum melihat Wijaya cucunya mengandeng istrinya Ayana.

"Kalian sangat serasi," ungkap Kakek Dony.

Wijaya langsung melepaskan tangannya yang sedari menggenggam tangan Ayana.

"Ayana, kakek tak tau kamu suka apa karena itu kakek minta masakan semua yang biasa kakek makan," tutur Kakek Dony beranjak berdiri.

"Terima kasih Kek, ini terlalu banyak untuk Ayana," jawab Ayana merasa bingung harus makan apa.

Vira memalingkan wajahnya begitu melihat menantunya Ayana.

Kakek Dony menyiapkan sarapan untuk Ayana secara khusus.

"Kakek, aku bisa ngambil sendiri," ucap Ayana merasa malu karena diperlakukan secara khusus oleh Kakek Dony.

Tiba-tiba saja piring yang di pegang Ayana pun pecah membuat semua yang ada di sana terkejut.

"Maafkan aku kakek," ucap Ayana buru-buru membereskan piringnya namun, ia pun menjerit membuat semua orang tertuju pada Ayana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Tak Dianggap    Sadar

    Keesokan harinya Arumi datang ke ruangan Wijaya dan langsung menarik tangan Ayana sampai membuatnya terbangun. "Sekarang, aku yang akan menjaga Wijaya!" seru Arumi tiba-tiba. Ayana beranjak bangun dan langsung di dorong keluar oleh Arumi sebelum Ayana mengatakan apa-apa. "Kamu tak sepantasnya di sini, Wijaya itu milik aku," bentak Arumi menutup pintu kamar tempat Wijaya dirawat. Ayana menghembuskan napas panjang. "Kenapa aku masih di sini, jika keberadaan ku saja tak dianggap sama sekali?" tanyanya sendiri. Tanpa sadar Ayana meneteskan air matanya akan tetapi, tak ada yang bisa ia lakukan sekarang selain pasrah dengan keadaan ini. Arumi menutup pintu ruangan tempat Wijaya dirawat dan duduk di sampingnya. Baru juga duduk samar-samar Wijaya membuka matanya. "Arumi," gumamnya pelan. "Wijaya, syukurlah kamu sudah sadar," ungkap Arumi sembari memeluk Wijaya. "Aku ada di mana?" tanya Wijaya melihat sekitar. "Tiga hari yang lalu kamu kecelakaan, ..." jawab Arumi pelan. "Jadi kamu

  • Istri Tak Dianggap    Aku Istrinya

    "Wijaya, aku di sini ku mohon bangunlah," ucap Arumi sembari menggoyangkan badan Wijaya. Wanita itu terus-menerus menangis tanpa henti membuat semua orang yang melihatnya merasa iba dan kasihan. Vira pun mendekati Arumi dan mulai mengusap pundaknya mencoba menenangkannya. "Kita berdoa sama-sama semoga Wijaya segara sadar," ungkap Vira. Arumi menganggukan kepalanya sembari memeluk Vira. Ayana berpaling ada perasaan sakit yang ia rasakan tapi ia hanya tersenyum saja dihadapan Kakek Dony walau sebenarnya pria tua itu mengetahui bagaimana perasaan Ayana. "Sedang apa kamu di sini?" tanya Kakek Dony tiba-tiba mendekati Vira dan juga Arumi membuat dua wanita itu pun melepaskan pelukannya. "Ayah, keadaan Wijaya seperti ini wajarlah kalau Arumi ada di sini," jawab Vira membela Arumi. Pria tua itu pun hanya menyeringai. "Kamu bilang wajar, menantumu itu Ayana bukan pelakor itu?" Kakek Dony menunjuk Arumi dengan tatapan sinis. "A-aku bukan pelakor justru wanita itu yang merebut Wijaya

  • Istri Tak Dianggap    Selamat

    Samar-samar Ayana membuka matanya dan terkejut saat melihat Kakek Dony duduk dihadapannya. "Kakek," gumamnya beranjak bangun. "Berbaringlah," ucap Kakek Dony. Terlihat wajahnya sudah merah seperti habis menangis. "Kakek kenapa?" tanya Ayana lagi. Kakek Dony menggelengkan kepalanya. "Bersabarlah Ayana," jawab Kakek Dony sembari membelai rambutnya. Tanpa berkata-kata lagi tiba-tiba saja Ayana menangis teringat kejadian yang tadi. Untuk pertama kalinya ia mendapatkan perlakuan seperti itu dari seseorang. "Maafkan aku Kek," ucap Ayana lagi tiba-tiba menghapus air matanya dan mencoba tersenyum. "Menangis saja jika itu membuatmu lega." Kakek Dony tersenyum. "Hari ini kamu jangan pakai mobil yang biasa kamu pakai," ucap Kakek Dony lagi tiba-tiba. "Kenapa?" Ayana penasaran dan memperhatikan wajah serius pria tua di depannya. "Kamu, menurut saja." Tanpa mengatakan apa-apa Ayana pun menundukkan kepalanya. Semua sudah siap di meja makan dan siap untuk sarapan bersama. Semuanya diam

  • Istri Tak Dianggap    Tak Menerima

    Wijaya langsung masuk ke kamar Kakek Dony secara paksa. "Maaf Kakek Dony," ucap Eron karena tak bisa menahan Wijaya masuk ke kamar Kakek Dony. "Tak apa-apa," ucap Kakek Dony membiarkan cucunya masuk. Eron pun menganggukan kepalanya dan kembali keluar kamar Kakek Dony. "Kakek tak bisa melakukan ini padaku!" hardik Wijaya "Kenapa tak bisa toh semua ini punya Kakek?" jawab Kakek Dony balik tanya cucunya. "Aku cucu kakek, aku yang lebih berhak atas semua milik Kakek!" "Aku yang bekerja keras kenapa kamu yang ingin memilikinya ....?" Wijaya menatap Kakek Dony dengan tatapan marah. "Kamu mengharapkan aku mati!" Wijaya terdiam tak berkata-kata lagi, walau bagaimanapun juga Wijaya sangat menyayangi kakeknya. "Jika kamu ingin memiliki semua ini, ikuti aturanku jika kamu tak suka kamu tinggalkan rumah ini," tutur Kakek Dony serius. Wijaya terdiam lagi .... "Bukankah kamu ingin bersama dengan wanita itu kamu harus mulai dari nol." "Buktikan padaku kalau kamu bisa hidup tanpa bantua

  • Istri Tak Dianggap    Kekasih Suamiku

    Ayana masih memperhatikan mobil yang berwarna merah itu dan keluarlah seorang wanita yang begitu sempurna dengan tinggi semampai dan berwajah cantik dengan rambut pirang panjang. "Siapa dia?" tanya Ayana dalam hatinya. Ayana pun berjalan keluar dari balkon dan seseorang wanita pun berjalan masuk ke kamar suaminya. "Tunggu, siapa kamu?" tanya Ayana mencoba menahan wanita itu masuk ke kamar suaminya. Wanita itu pun tetap saja masuk tanpa memperdulikan Ayana yang ikut masuk ke dalam kamar suaminya. "Sayang," panggil wanita itu sembari memeluk Wijaya yang masih belum sadarkan diri. Seketika laki-laki itu pun beranjak bangun terkejut melihat wanita tersebut. "Sedang apa kamu di sini?" tanyanya melihat sekitar. Ayana yang baru masuk pun buru-buru keluar lagi sebelum suaminya melihatnya. Ayana berdiri dibalik pintu bingung harus bagaimana?" "Siapa wanita itu?" tanyanya dalam hati. Ayana mencoba mengintip ke kamar suaminya untuk melihat apa yang terjadi di kamar itu. Di dalam kam

  • Istri Tak Dianggap    Rahasia

    Kakek Dony pun sampai di apartemen Eron. Sebuah apartemen mewah yang dibelikan Kakek Dony untuk Eron asisten setianya. "Apa yang ingin Kakek bicarakan di sini?" tanya Eron setelah mempersilakan Kakek Dony masuk ke dalam apartemennya. Lama pria tua itu diam setelah sampai di apartemen Eron membuat laki-laki itu pun bingung sendiri. "Apa semua ini tentang cucu Anda?" tanya Eron memulai percakapan. Kakek Dony tersenyum masam membuat Eron bisa menebak apa yang dipikirkan majikannya itu. "Aku khawatir dengan Wijaya jika wanita itu masih bersamanya," ucap Kakek Dony setelah lama ia terdiam. "Yah, wajar kalau Kakek khawatir tapi, Kakek jangan terlalu memikirkannya agar kesehatan Kakek tak memburuk," tutur Eron khawatir. "Andai Wijaya bisa seperti kamu aku tak akan sekhawatir ini!"Eron tersenyum masam karena ia tak suka jika dibandingkan dengan Wijaya. "Aku yakin wanita itu akan melakukan sesuatu setelah kartu kredit Wijaya diblokir!" "Sekarang apa rencana Kakek?" "Aku sedang memik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status