Home / Romansa / Istri Tanpa Nafkah (Batin) / Bab 3: Bolehkah Aku Memelukmu?

Share

Bab 3: Bolehkah Aku Memelukmu?

Author: Ana_miauw
last update Last Updated: 2024-01-30 18:39:55

“Pindahkan semua barang-barangmu ke kamarku!” kata Dewa usai kedua orang tuanya pergi dan di terpaksa menyetujui mereka untuk tinggal.

Sehingga keduanya terlebih dahulu pulang untuk mengambil semua barang keperluan mereka.

“Nggak usah, ngapain? Aku bisa tidur di kamar Zaki,” balas Nabila enggan karena Dewa tak memintanya dengan baik, alias terpaksa.

“Mereka bisa memergokimu jika malam atau siang namun tak mendapati barang-barangmu di sana.”

“Apa yang kamu takutkan, Mas? Memang kenyataannya kita tidak pernah tidur bersama.”

“Nabila, menurutlah! Jangan berlagak sok paling tersakiti. Kamulah yang menghancurkan semua mimpi-mimpiku yang kubangun susah payah!” teriak Dewa dengan sorot mata menajam. “Cepat masuklah ke kamarmu dan ambil semua barang-barangmu!”

“Kamu nggak perlu melakukannya kalau kamu terpaksa,” Nabila memberanikan diri untuk melawan.

“Dan apa kamu siap kalau mereka dan orang tuamu tahu hubungan kita yang sebenarnya? Tentang kita, juga tentang Zaki, dari mana anak harammu itu berasal? Orang tuamu akan sangat kecewa padamu, Nabila!”

Bibir Nabila mengatup. Hatinya tersentak. Dia tidak menyangka sekejam itu Dewa mengancam dirinya.

Tentu saja dia tidak akan siap bila orang tuanya mengetahui hal tersebut. Yang ada, papanya bisa mengalami serangan jantung.

Dengan langkah berat, Nabila menuju ke kamarnya. Memindahkan dengan cepat barang-barangnya ke kamar Dewa sebelum kedua mertuanya tiba.

Beruntung Zaki ikut mereka, jadi tidak ada yang merusuhi Nabila saat ia sedang berbenah. Sehingga Nabila bisa menyelesaikannya tepat waktu.

“Bunda sama Ayah tidur di kamar mana, Nabila?” tanya Adawiyah begitu mereka tiba di sini lagi.

Dewa yang baru saja membantu ibundanya menurunkan barang-barang menjawab, “Di kamar bawah, Bun. Sudah dibersihkan Nabila barusan.”

“Terima kasih, Nabila.”

“Sama-sama, Bun.” Nabila tersenyum.

Beruntung, Nabila sudah membeli bahan makanan saat pulang. Jadi sore ini dia bisa langsung mengeksekusinya untuk makan malam.

Nabila sangat lelah. Baru pulang kerja, langsung menjemput Zaki di daycare, berbelanja, berbenah, memasak dan menyiapkan segalanya sampai ia tak sempat mengganti pakaian.

Itu sebabnya, Nabila mengetuk pintu kamar Dewa, berniat hendak mengambil pakaian.

Sayang, Dewa tak kunjung membuka pintunya dan membuat dia berdiri selama beberapa lama. Jadi Nabila terpaksa bertahan dengan kondisinya yang demikian.

Wajah kusam dan badan bau masakan.

Tuhan, kuatkan aku Tuhan.

“Kok, masih pakai baju kerja, Nabila? Belum mandi juga, kamu?” Adawiyah menegur ketika makan malam dimulai.

“Nanti aja sekalian kotor, Bun,” Nabila menjawab.

“Dewa, bantuin istrimu melakukan pekerjaan rumahnya, dong. Kan kamu yang menyetujui Bila kerja, jadi harus mendukungnya. Minimal bantu Bila pegang Zaki dulu kalau dia sedang mengurus rumah. Kasihan loh, Bila belum sempat mikirin diri sendiri sedangkan kamu udah segar begitu,” kata Adawiyah pada anaknya sendiri.

“Baik, Bun,” jawab Dewa tak lama berselang.

“Iya, Jaki kan mau main sama Ayah. Mau main bola sama peshawat,” celetukan anak itu membuat Dewa seketika panik.

Anak itu! Gawat sekali mulutnya.

“Nah, tuh. Dengar nggak, apa kata anakmu? Anak kecil itu biasanya jujur loh. Pasti dia bilang begitu karena kamu jarang memperhatikannya,” kata Adawiyah lagi membuat Dewa mati kutu.

Tapi juga tak mau melakukannya dan tetap duduk di tempat. Bahkan setelah makan malam selesai dan Nabila kembali direpotkan lagi dengan cucian piring. Sambil menggendong Zaki di punggungnya.

Anak itu sudah sangat mengantuk. Namun ia belum sempat menidurkannya.

“Mas, bisa minta tolong bawa Zaki ke atas?” pinta Nabila memelas. "Zaki udah harus tidur tapi aku belum sele--"

Ucapan Nabila terhenti saat Dewa beranjak dengan gerakan kasar. "Beraninya kamu menyuruhku untuk membawa anak harammu itu!"

Air mata Nabila langsung mengucur bebas mendengar perkataan Dewa barusan. Hatinya seperti dipelintir acap kali pria itu menyebut Zaki anak haram.

"Kamu boleh membenciku sepuas hatimu, Mas. Tapi jangan Zaki. Dia nggak tau apa-apa atas kesalahan orang tuanya. Jadi biarlah aku yang menanggungnya," isak Nabila.

** *

Akhirnya pekerjaan Nabila selesai juga. Dia pun menuju ke atas, pastinya setelah dia mengunci pintu dan memastikan semua makanan yang berpotensi basi, masuk ke dalam kulkas.

Di punggungnya, Zaki sudah tertidur lelap. Diletakkannya anak itu di ranjangnya dan dia selimuti sampai batas leher.

"Tidur yang nyenyak ya, kesayangan Ibu, penyemangat Ibu ..." ujar Nabila mengecup ujung kepala sang anak.

Sebelum membersihkan diri, Nabila menuju ke tempat jemuran untuk mencari-cari baju yang bisa dia pakai malam ini.

Dia tidak mau lagi mengetuk pintu kamar Dewa lantaran takut, pria itu tak mau membukakan pintunya lagi seperti tadi.

Namun tanpa diduga, Dewa justru menariknya saat dia tak sengaja melintas di depan kamarnya.

Nabila memekik kecil, ia sangat terkejut dengan gerakan Dewa yang terlalu tiba-tiba. "Akhp!"

"Heh, apa kamu tuli? Aku menyuruhmu tidur di sini malam ini?! Aku paling benci kalau harus mengulang-ulang perkataan!" bentaknya pada Nabila yang hanya bisa mengusap dada, sebab tersentak akan tindakannya.

Barulah beberapa saat, Nabila menjawab, "Aku udah ketuk kamarmu sebelum ini, tapi kamu nggak membukanya, jadi ...."

"Cepat mandi dan ganti pakaianmu!" sela Dewa tidak mau tahu.

Nabila masuk ke dalam kamar mandi dan keluar setelah beberapa saat kemudian dengan keadaan yang sudah berganti pakaian.

Dewa sendiri sudah bebaring di ranjangnya sekarang. Hanya dengan mengenakan kaus putih dan celana pendeknya seperti biasa.

"Apa kamu sudi seranjang denganku, Mas?" tanya Nabila membuat pria itu menemui pandangan matanya. "Maksudku, aku bisa tidur di bawah kalau kamu nggak mau."

Lagi-lagi Nabila tak kunjung mendapat jawaban, sehingga di menyimpulkan sendiri bahwa pria itu memang tak bersedia seranjang bersamanya.

Itu sebabnya, Nabila membuka lemari dan menurunkan bed cover nya untuk alas tidur.

Tapi sebelum itu terjadi, Dewa menghentikannya dengan mengatakan, "Kamu boleh tidur di sini."

Mata Nabila kembali membanjir dalam keremangan lampu kamar. Dia terharu luar biasa. Karena akhirnya, dia bisa tidur satu ranjang dengan Dewa. Suami yang sangat dia cintai dan dia benci sekaligus.

Bukan hanya itu saja, dia bahkan mendapa perhatian kecil dari pria itu.

"Cepat istirahatlah, Nabila. Ini sudah jam 11. Kamu bisa sakit kalau nggak segera beristirahat. Besok kamu harus bangun pagi."

"I-iya, Mas." Nabila ikut bergabung dengan Dewa. Ia memosisikan tubuhnya miring menghadap punggung pria itu dan membayangkan, andai dia dapat memeluknya.

"Aku kangen banget sama kamu, Mas...."

Tangan Nabila terulur untuk menyentuh lengan Dewa, saat bersamaan pria itu menoleh.

"Mau apa kamu?" tanya Dewa dengan nada dingin dan mata menajam seperti biasanya.

Nabila mengurungkan gerakannya, bibirnya bergetar menahan isak tangis yang membebaninya. "Mas apa boleh, sekali aja aku memelukmu?"

Nabila menghitung sampai sepuluh dalam hatinya. Sebelum akhirnya dia menggelengkan kepala dan membalikkan tubuh dengan bahu berguncang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
lapis_legit
mending pergi deh bil daripada kamu tertekan cerai saja bawa Zaki kasihan dia
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si nabila ini egois dg tetap bertahan. seharusnya dia yakinkan dulu mau dibawa kemana hubungan yg telah dirusaknya sedari awal.
goodnovel comment avatar
qori hasnan
ngapain coba klo dia gk terima anak si nabila, tp dia nikahin.. gw gk habis fikir, pernikahan toxic macam begini masih bertahan smpe 3 thn, kan kasian anaknya yg gk tau apa²
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Tanpa Nafkah (Batin)   Bab 125: Tamat

    “Udah ah, Mas. Capek.”Aditya menghentikan langkahnya ketika mendengar Nabila mengeluh. Ditatap nya sang istri yang kini sudah terdengar ngos-ngosan, sedang satu tangannya mengusap perut besarnya. Sembilan bulan usia kandungannya membuat dia menjadi semakin malas-malasan. Hobinya rebahan dan makan-makan camilan. “Baru juga jalan lima menit, Sayang. Kan kata dokter kamu harus lebih banyak jalan biar peredaran darahmu lancar. Kalau kamu mageran baby nggak akan turun-turun panggul kan?”“Aku nggak males, Mas. Tapi emang udah capek aja. Capek banget. Pengen minum, tapi yang manis-manis.”“BB-nya adek itu udah agak berlebih. Tadi pagi kan Bila sebelum sarapan udah minum teh manis. Masa sekarang mau minum yang manis-manis lagi?”“Ini anak kamu yang pengen loh, Mas. Jahat banget sumpah kalau nggak dibolehin.” Nabila langsung ngambek. Astaga... capek sekali loh, Aditya menjaga istrinya dari makanan-makanan yang manis. Ya, anak mereka berjenis kelamin perempuan. Pantas kalau masih di dalam

  • Istri Tanpa Nafkah (Batin)   Bab 124: Go Public

    Harusnya sih, harusnya. Setiap kali ada karyawan lama yang akan resign, mereka pasti akan mengadakan acara kumpul-kumpul untuk perpisahan. Ya mungkin sekedar untuk makan-makan traktiran, spesial dan terakhir dari orang yang akan resign itu.Tapi karena posisinya berbeda--lebih tepatnya Nabila bukan seorang karyawan yang sederhana nya, disukai oleh banyak orang meskipun dia berprestasi, jadi yang ditraktir makan siang hanya satu orang, yakni Risa.Gadis itu sangat senang setelah mengetahui bahwa ia akan ditraktir sepuasnya. Bahkan diperbolehkan membawa makanannya pulang untuk keluarga di rumah. Nabila bilang, ini spesial untuknya karena hanya dirinya satu-satunya orang yang mendapatkan hadiah tersebut. Dari uang pesangonnya yang masih banyak. “Bukan cuman uang pesangon, Bil. Tapi uang bulananmu dari Pak Bos juga pasti nilainya nggak kecil kan?”“Ya, alhamdulillah...”“Berapa kamu dikasih sama suamimu, Bil? Kasih aku bocoran tipis-tipis lah, aku beneran pengen tahu.”“Dia nggak kasih

  • Istri Tanpa Nafkah (Batin)   Bab 123: Baperan Banget

    Ok, satu persatu persoalan Nabila sudah selesai. Siapa ayah kandung Zaki, bagaimana dulu itu bisa terjadi dan ke mana para pelaku dihukum saat ini, semua sudah dibereskan. “Kecuali satu, Bil. Ya, cuma tinggal satu aja, beresin anggota tim kamu yang rese itu.” “Kayaknya kalau itu nggak usah deh, Mas. Toh, aku juga yang salah karena aku dah wara-wiri nggak masuk kerja. Lagian kalau mereka tau aku udah nikah mereka nggak bakalan ngomong gitu.” “Kamu boleh bilang nggak papa, tapi sebagai suamimu aku nggak suka istri kesayanganku digituin. Tetep aja mereka bakalan kukasih sanksi nanti.” Aditya sama sekali tak goyah dengan ketidak tegaan Nabila. “Kan aku juga udah mau keluar sih, Mas. Besok terakhir.” “Kelakuan mereka pasti nggak akan jauh beda ke anak baru nantinya.” “Belum tentu," sahut Nabila segera, “udahlah, Mas. Aku yakin mereka cuma lagi capek aja kemarin. Sebelumnya nggak pernah, kok. Soalnya aku cuti terus, jadi ya wajarlah kalau mereka marah.” “Biar itu jadi urusanku, Bil.

  • Istri Tanpa Nafkah (Batin)   Bab 122: Kondusif

    Karena kabarnya Zaki dan Mama Dina ada di rumah Ami Safira, jadi Nabila dan Aditya langsung menuju ke sana. Namun tepat mereka sampai di sana, bukan hanya Mama Dina dan Zaki yang mereka dapati, tapi juga Papa Rudi. “Loh, kok, Papa ada di sini juga?” Nabila tak bisa menahan diri untuk bertanya. “Iya kebetulan Papa ada urusan sama beliau.” Lelaki itu mengerahkan pandangannya pada Ami Safira. “O-oohh?” dari nada suaranya, Nabila terdengar bingung. Anak itu sebenarnya sangat penasaran, ingin bertanya ada apakah gerangan urusan yang dimaksud oleh Papanya. Sebab sebelumnya mereka tidak saling mengenal, baru kenal pertama kali setelah Ami Safira datang ke rumah. Nabila takut Papanya sedang bertindak jauh tanpa persetujuannya lebih dulu--yang pada akhirnya akan merugikannya sebagai seorang menantu. Tapi kemudian buru-buru Nabila menepis pikirannya yang buruk itu. Tidak mungkin lelaki yang selalu memiliki perencanaan sangat matang tersebut, melakukan tindakan memalukan di bawah ha

  • Istri Tanpa Nafkah (Batin)   Bab 121: Aku Sebenernya...

    “Hayooo, abis ngapain baru dateng langsung cuci tangan?” Sebuah suara dari belakang mengejutkan Nabila yang tengah menyabuni tangannya di depan wastafel.Bukan, bukan karena dia kagetan. Tapi karena pemilik suara itulah yang membuat dia terkejut sekaligus senang setengah mati. Karena salah satu bestie nya sudah kembali ke kantor lagi. Hingga dia bisa berbagi cerita dan bersenda gurau bersamanya. “Oh my God, Risaaa!” langsung saja Nabila memeluknya yang di balas dengan putaran bola mata. “Iyuhh, apaan sih? Lebay amat punya teman. Baru ditinggal sehari aja langsung gila. Awas ah, risih gue dah kaya lesbong aja kita,” ujarnya. Namun bukan teman namanya kalau langsung tersinggung. Perkataan-perkataan nyelekit itu sudah biasa keluar dari mulut Risa. Makanya Nabila sudah tidak pernah kaget lagi jika Risa mencibirnya ratusan kali pun. “Kamu kali yang gila. Lagian dipeluk temen bukannya seneng. Itu artinya kamu dikangenin.”“Males dikangenin sama kamu! Mending dikangenin sugar daddy.”“

  • Istri Tanpa Nafkah (Batin)   Bab 120: Say Papa

    “Kita nanti main, yuk!”“Mau main ke mana?”“Jaki mau berenang di rumahnya Nainai.”“Boleh ... kapan?” agar Aditya bisa menanggapi secara penuh permintaan Zaki barusan, ia menjauhkan benda yang sedari tadi menjadi fokusnya ke meja, yakni si setan gepeng. “Besok yah?” kedua bola mata Zaki berbinar penuh pengharapan. “Tapi besok Papa sama Ibu kerja, Nak. Gapapa ya, kalau berenangnya cuma ditemenin sama Nainai?”“Hu'um.” Zaki kemudian naik ke atas pangkuan Aditya untuk berbisik, “Boleh tonton spidermen ga, tapi yang anak gede.”Mungkin yang Zaki maksud adalah Spiderman yang versi orang dewasa, bukan kartun. Tapi yang Aditya tahu, Nabila belum membolehkannya karena Zaki belum cukup umur untuk menyaksikan. “Ngga boleh, Nak. Yang gede buat anak gede, kalau anak kecil bolehnya nonton kartun.”“Dikit aja, Om ... eh, Pa?”Berdebar hati Aditya begitu Zaki memanggilnya dengan sebutan Papa. Ini pertama kalinya meskipun Zaki tampak ragu-ragu saat mengucapkannya. “Apa tadi manggilnya? Coba Pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status