Share

76. Membalas Farah

"Narsih,Amira, saya harus kembali ke Jakarta sekarang, tetapi Pak Samsul dan Bik Astri akan menemani kalian di sini," terang Tuan Wijaya menghampiri Ami yang tengah membantu Emir mengganti pakaiannya yang terkena muntahaan darah.

"Opa, tapi ... Saya dan Amira baik-baik saja. Pak Samsul biar ikut Opa pulang, Bik Astri yang di sini," sahut Ami yang merasa sungkan. Bagaimana mungkin ia didampingin banyak orang?

"Tak apa, saya juga akan kirim beberapa orang untuk berjaga di depan," tambah Tuan Wijaya, yang kini melihat ke arah Emir. Tentu saja Emir mengangguk hormat sambil memberikan senyum tipisnya.

"Pa, memangnya ada apa? Kenapa sampai harus ada yang berjaga di depan?" kali ini Bu Farida yang buka suara, bertanya pada Tuan Wijaya. 

Kening Emir, semakin berkerut. Di kepalanya ada begitu tanda tanya tentang siapa lelaki tua yang masih terlihat gagah ini? Bagaimana bisa bersama Ami? Bagaimana bisa ibunya memanggil Papa? Bukankah kakeknya s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status