“Bibi bagaimana perasaanmu, apa kamu merasa tidak enak?”Mira mengerjapkan matanya lemah menatap Aria. Dia mengulurkan tangannya hendak menyingkirkan selang oksigen yang terpasang di pernapasannya.Aria dan James buru-buru menahan tangannya.“Bibi jangan lepaskan, kamu belum sembuh ...”Mira tampak membuang napas sambil memejamkan matanya. Sementara Aria menata selimut di atas tubuhnya.“Bibi, kamu harus beristirahat dengan baik dan tidak banyak berpikir yang menambah beban pikiran. Tentang hal yang terjadi hari ini jangan terlalu di pikirkan,” ujar James agar Mira melupakan kejadian hari ini.Aria mendelik ke arahnya. Sementara Dario mendengus mencemooh.“Bodoh ....”Dengan ucapannya itu hanya membuat Mira menjadi terpikirkan. Tuan Muda dari keluarga Garrett memiliki EQ yang rendah.James menoleh menatapnya tajam.“Apa maksud ucapanmu itu, kamu cari masalah denganku?” desisnya.Dario tidak ingin membuang waktu untuk membalas ucapannya. Dia hanya menyilangkan tangannya di depan dada s
Dario menegang mendengar pertanyaan Mira, lalu menatap Aria. Dia ingin mengatakan sesuatu namun sesaat mengurungkan niatnya. Dia ingin mendengar bagaimana Aria akan menjawab pertanyaan Mira.Dia ingin tahu apa Aria bersedia menikah dengan Seth demi hutang budi dan meninggalkannya.Dario mengepalkan tangannya mengantisipasi jawaban Aria.Aria menatap Mira yang menunggu jawaban darinya, lalu menoleh menatap ke arah Dario.Pria itu menatapnya dengan wajah tegang, dia menggelengkan kepala ke arahnya seolah memohonnya untuk menjawab ‘tidak’.Aria mengalihkan pandangannya dengan cepat sambil menundukkan kepalanya. Satu tangannya yang tidak digenggam Mira terkepal di atas pahanya.Dia merasa sangat bimbang. Dia tidak bisa menolak permintaan Joseph. Namun dia juga tidak bisa meninggalkan Dario. Di satu sisi adalah keluarga yang sudah merawatnya dan memberinya kehidupan yang lancar setelah semua penderitaannya selama ini di keluarga Crowen. Dia sangat berutang budi pada Seth dan pada keluarga
“Apa menurutmu Paman dan Bibi akan baik-baik saja?” tanya Aria pada James ketika mereka diusir keluar dari kamar rawat Mira.“Entalah, aku tidak pernah melihat Bibi begitu marah sama Paman. Bibi orang yang selalu mematuhi dan menghormati Paman.” James menatap pintu kamar rawat dengan kening berkerut.Jawaban James tidak membuat Aria tenang. Dia masih terngiang-ngiang dengan adegan di mana Mira melempar pisau buah ke arah Joseph. Ini pertama kalinya dia melihat Mira begitu marah.dia merasa bersalah semua ini karena dirinya.Brak!Bunyi barang menabrak pintu dengan keras mengagetkan mereka yang berada di luar pintu kamar rawat Mira. “Diam! Jangan bawa orang lain. Semua salahmu yang yang membuat semua ini terjadi!”Suara Mira terkeras dan marah dari dalam lalu diikuti balasan Joseph yang tak kalah marah. Mereka sepertinya bertengkar.Aria semakin cemas dan terlihat ingin membuka pintu kamar rawat. Namun kemudian dia ragu-ragu untuk membuka pintu itu.Dia mengalihkan pandangannya pada J
“Aria, aku tidak bermaksud seperti itu ….” James buru-buru berkata cemas takut dirinya sudah melukai perasaan sepupunya.Aria mengalih pandangannya dari pria itu.“Aku sangat mengerti posisiku di keluarga ini James. Apa pun yang kalian berikan pada, tidak akan pernah bisa aku kembalikan. Aku tidak peduli dengan kebahagiaanku, tapi aku tidak ingin mengorbankan perasaan dan masa depan anak-anaku demi keegoisan orang dewasa,” ujarnya menatap James.“Tapi tenang saja, aku akan pastikan akan selalu membayar kembali hutang budiku pada keluarga Garrett seumur hidupku. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana kalian merawatku,” ujarnya dengan dingin.“Aria, aku sungguh minta maaf.” James terlihat panik dan merasa bersalah.Aria tidak ingin mendengarnya.“Maaf, katakan pada Bibi pulang untuk melihat anak-anak.” Setelah mengatakan itu dia berbalik tanpa menatap James dan meninggalkan tempat itu.“Aria!” James terlihat ingin mengejarnya namun sebuah tangan kuat menahan pundaknya.James menoleh dan m
“Aku mengerti, selama kita bisa bersama dan anak-anak juga, aku akan selalu mengikuti keinginanmu.”Aria mendengus menarik tangannya.“Kamu membuat kekacauan di keluarga Garrett. Sekarang bagaimana memberi kompensasi pada Paman dan Bibi Mira,” ujarnya mendesis lirih sambil mengusap rambutnya. Dia tampak frustrasi dengan masalah yang dihadapinya.Dario mengerutkan kening mendengar ucapannya.“Mengapa kamu merasa bersalah pada keluarga Garrett. Joseph lah yang membuat ini terjadi. Kamu tidak salah apa-apa.Aria menggelengkan kepalanya sambil mengusap rambutnya menatap Dario dengan pandangan sedih.“Semua ini berawal dari kita. Paman tidak pernah menyetujui pernikahan kita, tapi kita tetap memaksa dan semua menjadi seperti ini. Paman membenciku, Seth koma. Seluruh keluarga Garrett akan memusuhiku. Aku menjadi orang yang tidak tahu diriku membalas kebaikan keluarga Garrett seperti ini,” bisiknya lirih tampak putus asa.Ekspresi Dario tampak dingin.“Jadi kamu menyesal?”Aria meliriknya de
“Kalau begitu saya permisi Tuan,” ujar perawat itu kemudian meninggalkan Dario. Dario menatap punggung perawat selama beberapa saat sebelum mengalihkan pandangannya ke pintu kamar rawat Seth. Dia berdiri diam selama beberapa saat sebelum kemudian memutuskan masuk ke kamar itu. Di dalam kamar rawat Seth tidak ada siapa pun yang berjaga seperti yang dikatakan perawat tadi. Dario menutup pintu di belakangnya dan berjalan menghampiri ranjang pasien yang di tempat Seth. Di berhenti di sebelah ranjang dan menatap tubuh Seth yang terbaring tak sadar diri. “Kamu sungguh menyebalkan,” desisnya menatap tubuh lemah Seth. Dia membungkuk di atas tubuh Seth dan menatap pria yang tak sadar diri itu lekat-lekat selama beberapa saat seolah menguji apa pria itu pura-pura atau tidak. Selama beberapa dia mengamati, tidak ada reaksi dari Seth. Mata pria itu terpejam dengan tenang tanpa gangguan seolah dia hanya tidur dan bukan koma. Jika bukan karena alat-alat medis yang terpasang di tubuhnya, Dario
“Dario Clark ... apa yang kamu lakukan di sini?”Tubuh Dario membeku. Dia menenangkan dirinya dengan cepat dan berbalik menatap Joseph.“Hanya mengunjungi Seth, kenapa? Curiga aku akan melakukan sesuatu pada Seth?” Dia balik bertanya acuh tak acuh dengan tangan di masukkan di dalam saku celananya untuk menyembunyikan kepalan tangannya yang gugup.Joseph menatapnya dengan tatapan curiga dan berjalan menghampirinya dengan cepat.“Sebaiknya tidak.” Dia kemudian mendorong Dario menjauh dari sisi tempat tidur Seth.“Jika sesuatu pada Seth, aku membuatmu membayar,” lanjutnya mendesis mengancam.Dario mengangkat bahunya berpura-pura acuh tak acuh. Namun dia melirik dengan gugup jarum suntik yang masih ada isi di atas meja. dia ingin mengambil jarum suntik namun Joseph dengan tajam.Joseph memelototi Dario melihatnya masih di tempatnya sebelum mengalihkan pandangnya pada sosok putranya.Dario mengambil kesempatan saat perhatian Joseph teralihkan pada Seth. Dia mengulurkan tangannya dengan cep
Dia menegak tubuhnya dan meraih harum suntik.“Apa ini? mengapa ada jarum suntik berisi cairan.” Dia menatap Dario dengan tatapan curiga.Biasanya setelah jarum suntik selesai dipakai, suster akan membuang jarum suntik ke tempat sampah dalam keadaan kosong.Dario menegang. namun dia memasang topeng acuh tak acuh.“Mungkin seorang perawat lupa membuang di tempat sampah,” balasnya acuh taka cuh.Joseph menatapnya tajam dan meraih kerah bajunya.“Kamu pikir aku bodoh? Perawat mana yang meninggalkan jarum suntik dalam keadaan penuh. Apa yang sebenarnya kamu lakukan di sini saat aku tidak ada,” desisnya dengan suara dingin. “Berpikirlah sesukamu. apa yang aku lakukan akan selalu negatif di matamu,” balas Dario berpura-pura tenang tidak ingin mengakui bahwa dia berencana meracuni infus Seth.“Dario Clark, kamu sebaiknya—“Pintu kamar rawat tiba-tiba terbuka dan seorang perawat masuk. dia adalah perawat yang ditemui Dario di depan pintu kamar rawat. Perawat itu terkejut melihat Joseph dan D