Share

Istri Tawanan Pembunuh Bayaran
Istri Tawanan Pembunuh Bayaran
Author: Cuwita

Diambang Kematian

Author: Cuwita
last update Last Updated: 2025-06-24 11:09:21

"Tolong... Pergilah! Menjauh dariku!"

Darah segar keluar dari pergelangan tangan Keola. Rasa sakit seketika menjalar keseluruh tubuh. Namun, tak membuat Keola berhenti untuk terus berlari menghindar dari pria-pria bertubuh besar yang sedang mengejarnya. 

Keola harus berlari sejauh mungkin jika dia ingin nyawanya terselamatkan. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini, sepulang dari merayakan pesta dirinya diikuti. Tiba-tiba mulutnya dibekap dan dibawa ke tempat yang sepi dan gelap. 

Instingnya yang kuat bahwa dirinya berada dalam bahaya mencoba meronta, tetapi pergelangan tangannya menjadi korban goresan pisau tajam. Keola berhasil lepas, lalu menyusuri lorong sempit untuk mencari tempat persembunyian. 

"Aku harus bersembunyi. Sial... Siapa orang-orang itu?" Walaupun dirinya seorang perempuan, tetapi nyalinya cukup besar. 

Brak... Brak... Brak....

Satu pintu ke pintu yang lain, Keola singgah dibeberapa rumah untuk meminta tolong. Namun, tidak ada satu pun rumah itu yang mau membukakan pintunya. 

"Tolong... Tolong aku, aku mohon bukakan pintunya."

Brak... Brak... Brak...

Akhirnya satu pintu terbuka, seorang pria paruh baya dengan setelan piyamanya dan rambutnya yang acak-acakan menatap heran kearah Keola. 

"Tolong aku... Ijinkan aku masuk," ujar Keola dengan nada rendah. Takut-takut jika pria-pria itu mendengar suaranya. 

Namun, pria paruh baya itu hendak menutup pintu. Pria itu sama takutnya melihat darah bercucuran dari tangan Keola. 

"Tidak, jangan libatkan aku. Aku tidak mengenalmu."

Keola frustasi, dia harus berlari lagi saat salah satu pria bertato terlihat di ujung lorong. 

"Oh Tuhan apa yang sebenarnya telah terjadi?" Keola mulai takut, air matanya mengalir deras dikedua pipinya. 

Untuk yang kesekian kalinya, dia mendial nomor telepon yang bertuliskan nama "Daddy" dari ponselnya. Tidak ada sahutan, panggilannya diabaikan. Entah ke mana lagi Keola harus mencari bantuan. 

Polisi... Ya, dia harus menelepon polisi. Karena panik dia sampai lupa untuk meminta bantuan kepada polisi. 

Keola berbelok ke lorong yang lebih sempit. Dia mengistirahatkan kakinya sejenak dan menyandarkan punggungnya ke dinding yang sudah berjamur. 

Kedua tangannya gemetar, hampir tidak bisa mengetikkan sesuatu di atas toots ponselnya. 

Sreetttt....

TERTANGKAP!!!

Wajah Keola memucat seolah darah tidak berhasil mengalir ke seluruh nadinya. Pria itu dengan wajahnya yang buas seolah hendak menerkam gadis mungil yang kini dalam dekapannya, otot-otot tangannya pun menekan tubuh Keola. Keola melihat sebilah pisau yang menyilaukan matanya, pasti sedikit tergores saja bisa memberikan rasa perih yang dahsyat.

"Menyerahlah, atau aku cabik-cabik tubuhmu," ucap pria itu di belakang telinga Keola. Tentu saja Keola ketakutan, dia belum pernah berada disituasi mencekam seperti ini. 

"Jangan macam-macam denganku, atau orang tuaku akan membunuhmu."

"Hahaha membunuhku?" 

"Kau siapa huh? Aku tidak pernah berurusan dengan kalian semua!" Keola meronta, dia harus melarikan diri. Namun, tenaga pria ini sangat kuat.

"Kamu memang tidak, tapi orang tua yang kau sayangi itu sudah macam-macam denganku. Sekarang aku akan balas dendam lewat dirimu."

"Tidak tidak, apa yang akan kau lakukan?"

Keola dibanting ke tanah, rintihannya memuaskan pria kejam yang ada di depannya saat ini. Sayangnya pencahayaan yang minim membuat Keola tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas. 

"Bos, kau menangkapnya," ucap salah satu anak buah pria itu. 

Habislah sudah, Keola dikepung oleh pria-pria jahat ini. Yang bisa Keola lakukan saat ini adalah bersimpuh dan memohon agar dilepaskan. Keola tidak bisa melawan semua pria ini dengan kekuatannya yang lemah, dia bagaikan seonggok tikus yang dikeliling banyak kucing. Keola tidak berdaya. 

"Bunuh dia sekarang juga," titah pria yang dipanggil bos tersebut. 

"Tidak, jangan bunuh aku. Ampuni aku, aku tidak punya salah dengan kalian." Keola bersimpuh, kedua tangannya ia satukan di depan dada sebagai permohonan. 

"Aku ada pilihan untukmu." Keola mengangguk saat si bos membuka suara, "Kau pilih mati, atau menjadi wanita penghibur untuk semua pria di sini."

Keola ternganga, orang bodohlah yang akan memilih salah satu dari pilihan tersebut. Lebih baik dia mati jika harus mengorbankan kehormatannya. Namun, dia belum siap meninggalkan dunia ini, dia masih ingin hidup. 

Jaeden Faxon pemimpin organisasi The Shadow wilayah timur tertawa penuh kemenangan, pria itu berbalik arah dan membiarkan anak buahnya mengambil alih untuk mengeksekusi Keola. 

"Tuan jangan seperti ini." Keola meraih kaki yang dipanggil bos itu, Keola memeluknya berharap ada sedikit rasa kasihan terhadapnya. 

"Tuan, aku akan melakukan apapun yang anda suruh."

Brukkk.... Pria itu menendang tubuh Keola hingga terpental.

"Cepat bunuh dia!"

"Aahh Tuan, tidak... Jangan dekati aku, jangan bunuh aku!!!"

Jaeden tersenyum penuh kemenangan. Sebentar lagi putri dari musuhnya akan dibunuh, dan keluarga Rosendale akan berduka atas putri tunggalnya yang telah tiada. Jika bukan karena James Rosendale, ayah Keola yang selalu ikut campur menggagalkan usahanya, dia tidak akan berbuat kejam seperti ini. 

"Tuan...." 

Dengan sisa-sisa tenaganya, Keola mendorong, menendang, memukul, bahkan menggigit pria-pria di depannya saat ini sampai ujung bibirnya robek. Saat ada celah dia mengambil kesempatan untuk lari.

"Tuan...."

Langkah kaki Jaeden terhenti, dia teringat akan seseorang saat Keola meneriaki namanya. Lampu jalan yang awalnya redup, tiba-tiba menyala terang. Jaeden berbalik, lalu mendapati Keola yang berlari ke arahnya. Jaeden mematung, tubuhnya gemetar seolah mendapat sinyal untuk meraih tangan Keola.

Wanita ini sama seperti....

"Tuan...." 

Keola mengulurkan tangannya berharap ada seseorang yang melindunginya. Tubuh Keola lemah, napasnya memburu dan sesak karena ketakutan. Pandangannya menggelap, langkah kakinya mulai limbung dan akhirnya terjatuh.

Jaeden segera berlari dan menangkap tubuh Keola. Tubuh Keola sangat dingin, lemah, dan tak berdaya. Dada Jaeden seakan tercubit saat melihat kondisi Keola. Anak buahnya segera mendekat, mereka tidak perlu bersusah payah lagi untuk membunuh Keola. Keola tak sadarkan diri, akan lebih mudah jika membunuhnya tanpa ada penolakan. 

"Bos, serahkan pada kami," ucap Dhruv, asisten kepercayaan Jaeden.

"Hentikan!"

"Ada apa, Bos?" 

"Aku tidak akan membunuhnya," tegas Jaeden dengan napas yang memburu. 

Semua orang terkejut terutama Dhruv yang tidak pernah melihat wajah bosnya sesendu saat ini. Dhruv memicingkan kedua matanya sembari menatap Keola yang saat ini berada dalam dekapan Jaeden. Tidak mungkin hanya karena seorang gadis lemah Jaeden tidak menaati perintah aliansi. Jaeden bukanlah orang yang mudah iba terhadap orang manapun. Bahkan seorang anak kecil pun bisa ia habisi. 

"Maksud anda? Kita harus membunuhnya agar ketua tidak marah besar. Tugas ini antara hidup dan mati," terang Dhruv agar Jaeden tidak lupa dengan perjanjiannya dengan sang ketua. 

"Jangan sentuh dia!" Jaeden memebelalakkan kedua matanya saat Dhruv mendekat. "Aku tidak akan membunuhnya, tetapi aku akan menikahinya."

"APA???"

Tentu saja ini keputusan yang sangat tiba-tiba. Keola yang bermarga Rosendale adalah musuh bubuyatan dari organisasi, karena itu dia harus dibunuh untuk membalaskan dendam. Namun, menikahinya? Keputusan Jaeden sangat-sangat gila, ini akan menimbulkan masalah yang sangat besar. 

"Aku akan menikahinya. Dhruv uruslah semuanya, ini perintah dariku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Pernikahan Tanpa Sebab

    "Keadaan James Rosendale masih menjadi pertanyaan besar dikalangan masyarakat. Keluarga korban terlihat mengunjungi rumah sakit yang kini menjadi tempat pengobatan James Rosandale. Kabar selanjutnya akan kami input di berita sore nanti."Jaeden mengepalkan kedua tangannya, dia mengamati dengan seksama liputan terkini tersebut. "Cari tahu sebabnya," titah Jaeden pada Dhruv."Siap Tuan, tapi apa mungkin ini ulah wilayah barat?" Jaeden mengamati."Kemungkinan dia ingin mencari muka di depan Ketua." Dhruv paham, dia memberi hormat sebelum meninggalkan mansion. Keola telah salah paham pada Jaeden, bukan perbuatannya yang telah mencelakai James Rosendale. Jaeden hanya mengancam Keola dengan video editan agar gadis itu mau menikah dengannya.Namun, menjadi sebuah petaka besar sehingga keadaan semakin runyam. Hanya saja Jaeden diuntungkan dan Keola mau menikah dengannya tanpa berpikir ulang. Jaeden tidak bisa diam, dia tidak ingin Keola menyalahkannya. ***Malam itu menjadi malam terpanja

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Kecelakaan Mobil

    "Keola." Jaeden berteriak saat melihat gadis tawanannya itu berlari di hamparan padang rumput. Tentu saja Jaeden tidak tinggal diam, dia mengejar Keola yang kini telah jauh dari pandangannya. Jaeden bisa mengimbanginya, kakinya yang panjang dapat dengan mudah mengikis jarak diantara mereka berdua. Keola yang menengok ke belakang dan mendapati Jaeden tengah mengejarnya, seketika melajukan ritme berlarinya. Keola berusaha menjaga keseimbangannya agar tidak terjatuh. Udara di sini sangat sejuk, sayangnya rumput-rumput yang ada di sini tidak terawat. Melihat wajah Jaeden membuat Keola berdegup kencang, pria itu sama sekali tidak enak dipandang. Karena itu Keola berusaha menjauh dan kalau bisa tidak pernah melihat Jaeden lagi. "Mau apa sih dia mengejarku?" Keola bersungut kesal, napasnya diambang batas. Dia sesak untuk melanjutkan langkahnya. Jaeden semakin mendekat hingga akhirnya pria itu berhasil menarik lengan Keola. Jaeden memeluk erat tubuh Keola, dan mengangkat tubuhnya begitu sa

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Bayaran Perbuatan Keola

    "Apa alasanmu ingin menikahiku, huh?" Keola mencengkeram kerah leher Jaeden setelah pria itu mendatanginya dan meminta Keola bersiap-siap untuk melangsungkan pernikahan. Sampai detik ini Keola masih belum mengerti maksud dan tujuan Jaeden. Keola masih ingat ketika malam itu Jaeden berusaha untuk membunuhnya. Apakah ini akal-akalan Jaeden saja agar Keola hidup menderita? Mungkin saja, Jaeden tidak bisa semudah itu membunuh Keola karena ingin melihatnya tersiksa terlebih dahulu dan memohon ampun di bawah kakinya untuk diberi kesempatan untuk hidup. Pria kejam sepertinya pasti mempunyai banyak cara untuk memuaskan dirinya dalam melihat orang lain menderita. Jaeden tidak mungkin menikahinya atas dasar rasa suka. Jaeden musuh dari ayahnya, seorang musuh tidak mungkin membiarkan Keola hidup nyaman begitu saja. Jika harus hidup bersama pria kejam seperti Jaeden, lebih baik Keola mengakhiri hidupnya saja."Lepaskan aku! Aku tidak sudi menikah dengan pria kejam sepertimu."Jaeden menunjukka

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Janji Pembalasan Dendam

    "Jaeden, Nona menghilang. Dia tidak ada di manapun."Jaeden segera mematikan panggilan telepon dari Nancy, pagi itu juga dengan langit yang masih gelap Jaeden segera memerintahkan anak buahnya untuk kembali ke mansion. Jaeden baru saja melancarkan misinya untuk menghadap ketua. Namun, rencananya itu harus tertunda karena dia harus segera menemukan Keola. Sesampainya di mansion, semua pekerja di mansion itu berbaris rapi menunggu kedatangan Jaeden. Mereka semua menundukka kepala, lebih tepatnya mereka takut karena pastinya Jaeden akan mengamuk. Menjaga satu wanita saja mereka tidak bisa, mereka tidak akan mendapat ampunan dari Jaeden. "Apa yang terjadi?" Jaeden menghampiri Nancy yang kini wajahnya tengah was-was. Dia sangat mengkhawatirkan Keola. "Aku menemaninya tidur. Namun, saat aku membuka mata Nona sudah tidak ada di sampingku.""Bagaimana bisa kalian membiarkannya kabur?" Suara Jaeden melengking tinggi dan penuh amarah. Tidak ada yang berani menatap wajahnya saat ini."Maafkan

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Nyawa Sahabatku

    "Ceritakan padaku, Key. Apa yang terjadi denganmu?"Keola menangis tergugu dalam pelukan sahabatnya. Tubuhnya gemetar, tangan dan kakinya sedingin es. Dia baru saja lepas dari maut mematikan. Ya... Akhirnya dia bisa jauh dari cengekeraman Jaeden. Keola tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia terus berada dalam mansion itu, pasti dia akan gila. Galena memeluk erat tubuh Keola. Dia hanya bisa menjadi penenang, dan dia tidak ingin memaksa Keola untuk cerita apa yang telah terjadi dengannya. Jika Keola siap dia pasti akan membuka suara dan mencurahkan semuanya. "Tenanglah, kamu aman bersamaku." Galena yakin telah terjadi sesuatu sampai-sampai membuat Keola ketakutan seperti ini. Mungkinkah keluarganya atau teman kerjanya? Untuk sementara Galena hanya bisa menepuk punggung Keola agar tenang. "Bisakah kau menolongku? Aku ingin menelepon keluargaku," cicit Keola dengan isak tangisnya. Galena melepaskan pelukannya, dia menatap lekat kedua manik mata Keola. "Tentu saja." Galena bangki

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Menaklukkan Benteng Tinggi

    "Tuan, Ketua menanyakan misi akhir kita kemarin." Dhruv menyela aktifitas Jaeden yang sedang membolak-balik sebuah dokumen. "Kau tidak melaporkannya?" Jaeden balik bertanya, keduanya saling pandang.Dhruv gelagapan seraya menggelengkan kepalanya. "Anda belum memerintahkan apapun....""Aku akan melaporkannya."Tampak Jaeden memijit pelipis, dia sedang mempertimbangkan sesuatu agar rencananya berjalan lancar. Dia tidak bisa melapor dengan tangan kosong. Dia harus memiliki bukti agar ketua mempercayainya. Untuk yang pertama kalinya Jaeden melanggar perintah dari sang atasan. Hanya untuk melindungi makhluk lemah yang ia temui. "Apa kau sudah siapkan?" Dhruv mengangguk sebagai tanda bahwa ia melaksanakan seperti apa yang Jaeden perintahkan."Apa sesuai kriteria?" Dhruv mengangguk lagi, dia tidak banyak bicara walau di hatinya menyimpan rasa was-was. "Baiklah, kalau begitu nanti malam kita eksekusi."Di sisi lain, Keola menggedor pintu kamar sampai kedua tangannya kesakitan. Namun, tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status