Share

Mansion si Pria Kejam

Author: Cuwita
last update Last Updated: 2025-06-27 15:46:39

"Ah silau sekali."

Keola menutup wajahnya, sinar matahari menghangatkan seluruh tubuhnya. Perlahan-lahan, dia membuka kedua mata. Pandangan pertamanya saat ini adalah sebuah kamar dengan nuansa hitam putih yang terasa asing baginya.

"Di mana aku?" Keola bangkit, seketika rasa perih menjalar dari tangan keseluruh tubuhnya. "Ah sakit sekali tanganku." Keola menahan tangan kanannya yang nyeri.

Keola mengingat-ingat kembali apa yang telah terjadi semalam. Setelah berusaha kabur dari kumpulan manusia jahat, Keola tidak ingat lagi apa yang terjadi setelahnya.

"Aku tidak jadi dibunuh? Apakah ini rumah pria itu?"

Keola bangkit, dia menatap tubuhnya yang terpasang baju kaos pria yang kebesaran di tubuhnya. Tidak mungkin pria itu yang memasangkannya bukan? Astaga seketika Keola melindungi tubuhnya dengan kedua tangan. Pria itu mungkin telah melihat setiap inci dari tubuhnya. Keola memejamkan kedua mata, dia sangat malu dan begitu ceroboh membiarkan seorang pria tak dikenal membawa dirinya ke tempat asing.

"Selamat pagi, Nona. Anda sudah bangun," ucap seorang wanita yang Keola yakin dia seorang pelayan di rumah ini.

"Pagi, di mana aku sekarang ini?"

Wanita itu tersenyum ramah. Bukannya menjawab pertanyaan Keola, dia menggeret troli makanan dan menaruhnya tepat di samping Keola. Keola dituntun untuk duduk di pinggir ranjang, dia menurut sembari dahinya berkerut karena berusaha memahami situasi saat ini.

"Maam, ada di mana aku saat ini?" tanya Keola lagi, dadanya bergemuruh karena masih menyimpan rasa takut berinteraksi dengan orang baru.

"Kau bisa memanggilku Nancy, aku kepala pelayan di mansion ini." Keola melihat papan nama yang terpasang di sisi baju pelayan itu.

"Anda saat ini berada di mansion Tuan Jae," jawabnya sangat ramah. Sepertinya wanita itu menyukai Keola, terbukti dari sikapnya yang begitu baik, berbeda dari pria-pria jahat tadi malam.

"Tuan Jae? Siapa dia dan mengapa aku bisa sampai di sini?"

"Benarkah Nona tidak mengenal Tuan Jae? Padahal Tuan Jae tidak pernah membawa satu pun wanita ke mansion ini, berarti anda orang spesial bagi Tuan Jae, Nona," terang Nancy masih dengan wajah keheranannya.

Pria semalam ingin membunuhnya, bahkan karena dia tangannya sampai bercucuran darah. Lalu, apa yang membuat pria itu berubah pikiran? Keola selamat dan masih hidup, bahkan dia dibawa ke mansion pribadi milik pria itu dan beristirahat dengan nyaman di sini.

Keola pingsan, dia tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Namun yang pasti, yang harus Keola lakukan adalah kabur dari mansion ini. Dia harus pergi sejauh mungkin dan mencari perlindungan. Saat ini nyawanya tidak aman, dia harus menghubungi kedua orang tuanya dan meminta mereka menjemputnya.

Untuk yang pertama kalinya Keola menyesal berada jauh dari keluarganya. Demi meraih cita-cita untuk menjadi model dan artis terkenal, Keola harus merantau ke New York dan mengambil beberapa job walaupun sampingan. Dia tidak masalah jika harus memulainya dari hal yang kecil, yang terpenting adalah usahanya yang besar. Meskipun orang tuanya mampu menjadikannya artis besar, tetapi Keola ingin sukses dengan usahanya sendiri,

Sedangkan keluarganya saat ini berada di tengah-tengah kota di Kanada. Mungkin saja keluarganya tidak tahu apa yang telah terjadi dengannya saat ini.

Dan seperti inilah yang terjadi, dalam satu malam tiba-tiba hidupnya dipenuhi dengan rasa takut. Dia tidak ingin berakhir mengenaskan di tangan pria yang sama sekali tidak ia kenal. Pria bernama Tuan Jae itu pasti pemimpinnya, dan sepertinya dia mengenal ayahnya. Keola pastikan Tuan Jae itu adalah musuh dari keluarganya. Keola harus segera menghindari pria jahat itu.

"Tuan Jae sendiri yang menggendong anda ke kamar ini dan meminta saya untuk mengganti pakaian anda yang kotor." Nancy tersenyum ramah, kedua tangannya menyodorkan semangkuk bubur untuk Keola makan.

Oh ternyata apa yang dipikiran Keola salah, ternyata Nancylah yang memakaikannya baju ini. Syukurlah bukan pria kejam itu.

"Makanlah, Nona. Anda pasti sangat lemas karena tangan anda terluka parah dan mengeluarkan banyak darah."

"Tidak perlu, aku harus menelepon orang tuaku." Keola mencari tas selempang yang dipakainya semalam. "Di mana tasku, Nancy?"

Keola mencari keseluruh sisi kamar, tetapi dia tidak menemukan tasnya. Nancy pun bingung, dia ikut mencari tas milik Keola.

"Tapi Nona, anda tidak membawa barang apapun tadi malam," ucap Nancy membuat Keola semakin panik.

"Sial, pasti pria itu yang mengambil ponselku."

Tanpa mengulur waktu lagi, Keola berlari keluar dari kamar yang luas ini. Dia tidak memiliki banyak waktu sebelum kembali bertemu dengan pria bernama Jae itu. Dia harus pergi untuk menyelamatkan nyawanya. Dia berlari melewati lorong sebelah kanan, dan akhirnya menemukan anak tangga menuju lantai bawah.

"Itu dia pintu keluarnya." Tanpa alas kaki Keola terus berlari dan mengabaikan panggilan Nancy yang terus mengejarnya.

"Sial, luas sekali mansion ini." Untuk menuju pintu keluar pun Keola sampai berkeringan banyak, mansion ini begitu luas. Namun, semangat Keola tak pernah pudar untuk pergi dari tempat ini.

Bahkan sesampainya di depan mansion, Keola mulai kebingungan. Di depannya saat ini terhampar padang rumput yang luas. Di sisi kanan terdapat taman bunga, tetapi taman itu sangat gersang, bunga-bunganya pun banyak yang layu. Dan di sisi kiri terdapat kolam yang airnya pun sangat keruh. Mansion ini sepertinya tidak terawat.

Ah sudahlah, tidak perlu Keola pikirkan. Untung saja di tengah-tengah taman dan kolam terdapat sepetak jalan yang sepertinya selalu dilalui oleh banyak orang di sini. Keola mengikuti jalan tersebut, dia berlari dengan hati yang tak menentu.

Sepanjang jalan yang ia temui adalah padang rumput gersang. Dia tidak menemukan ujung jalan ini, hatinya mulai risau, mungkinkah dia mengambil jalan yang salah. Rasanya ingin menangis, Keola takut akan tertangkap lagi.

Sampai akhirnya dia melihat pagar besi menjulang tinggi. Pagar hitam dan berkarat mencerminkan bahwa pagar itu adalah pintu untuk menuju mansion mematikan. Degup jantung Keola semakin kencang, dia akan menghirup udara segar sebentar lagi. Dia akan pergi jauh dan memastikan diri untuk tidak bertemu dengan pria bernama Jae itu.

"Akhirnya aku bisa pulang," cicit Keola penuh kemenangan.

Setelah membuka pagar dengan susah payah, Keola disuguhkan dengan gerombolan pria bertubuh besar yang ia lihat tadi malam. Mereka menatap Keola dengan wajah terkejut, terkecuali satu pria yang berada di tengah-tengah masih dengan posisi yang sama membelakangi Keola.

Keola bergeming, kedua kakinya seolah terpaku ke bumi. Pria itu, pria yang ada di tengah-tengah berbalik dengan senapan yang menantang tangguh kearah Keola. Tubuh Keola kian gemetar, dia akan mati, pria itu akan menembaknya tanpa ampun.

"Tuan Jae," teriak Nancy yang ternyata mengikuti Keola.

"Tu-tuan J-jae?" Lidah Keola kelu, dia menatap Nancy yang berada beberapa meter darinya. Seolah Keola meminta pertolongan kepada kepala pelayan itu.

Keola bisa melihat senyum sinis dari pria pemimpin kumpulan tersebut. Seolah mangsanya saat ini menyerah dan berharap merangkak ke arahnya untuk memohon ampunan. Sayangnya, Keola tidak akan melakukan itu.

"I caught you," lirihnya dengan tawa kecil.

DOOOOORRRRRR....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Pernikahan Tanpa Sebab

    "Keadaan James Rosendale masih menjadi pertanyaan besar dikalangan masyarakat. Keluarga korban terlihat mengunjungi rumah sakit yang kini menjadi tempat pengobatan James Rosandale. Kabar selanjutnya akan kami input di berita sore nanti."Jaeden mengepalkan kedua tangannya, dia mengamati dengan seksama liputan terkini tersebut. "Cari tahu sebabnya," titah Jaeden pada Dhruv."Siap Tuan, tapi apa mungkin ini ulah wilayah barat?" Jaeden mengamati."Kemungkinan dia ingin mencari muka di depan Ketua." Dhruv paham, dia memberi hormat sebelum meninggalkan mansion. Keola telah salah paham pada Jaeden, bukan perbuatannya yang telah mencelakai James Rosendale. Jaeden hanya mengancam Keola dengan video editan agar gadis itu mau menikah dengannya.Namun, menjadi sebuah petaka besar sehingga keadaan semakin runyam. Hanya saja Jaeden diuntungkan dan Keola mau menikah dengannya tanpa berpikir ulang. Jaeden tidak bisa diam, dia tidak ingin Keola menyalahkannya. ***Malam itu menjadi malam terpanja

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Kecelakaan Mobil

    "Keola." Jaeden berteriak saat melihat gadis tawanannya itu berlari di hamparan padang rumput. Tentu saja Jaeden tidak tinggal diam, dia mengejar Keola yang kini telah jauh dari pandangannya. Jaeden bisa mengimbanginya, kakinya yang panjang dapat dengan mudah mengikis jarak diantara mereka berdua. Keola yang menengok ke belakang dan mendapati Jaeden tengah mengejarnya, seketika melajukan ritme berlarinya. Keola berusaha menjaga keseimbangannya agar tidak terjatuh. Udara di sini sangat sejuk, sayangnya rumput-rumput yang ada di sini tidak terawat. Melihat wajah Jaeden membuat Keola berdegup kencang, pria itu sama sekali tidak enak dipandang. Karena itu Keola berusaha menjauh dan kalau bisa tidak pernah melihat Jaeden lagi. "Mau apa sih dia mengejarku?" Keola bersungut kesal, napasnya diambang batas. Dia sesak untuk melanjutkan langkahnya. Jaeden semakin mendekat hingga akhirnya pria itu berhasil menarik lengan Keola. Jaeden memeluk erat tubuh Keola, dan mengangkat tubuhnya begitu sa

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Bayaran Perbuatan Keola

    "Apa alasanmu ingin menikahiku, huh?" Keola mencengkeram kerah leher Jaeden setelah pria itu mendatanginya dan meminta Keola bersiap-siap untuk melangsungkan pernikahan. Sampai detik ini Keola masih belum mengerti maksud dan tujuan Jaeden. Keola masih ingat ketika malam itu Jaeden berusaha untuk membunuhnya. Apakah ini akal-akalan Jaeden saja agar Keola hidup menderita? Mungkin saja, Jaeden tidak bisa semudah itu membunuh Keola karena ingin melihatnya tersiksa terlebih dahulu dan memohon ampun di bawah kakinya untuk diberi kesempatan untuk hidup. Pria kejam sepertinya pasti mempunyai banyak cara untuk memuaskan dirinya dalam melihat orang lain menderita. Jaeden tidak mungkin menikahinya atas dasar rasa suka. Jaeden musuh dari ayahnya, seorang musuh tidak mungkin membiarkan Keola hidup nyaman begitu saja. Jika harus hidup bersama pria kejam seperti Jaeden, lebih baik Keola mengakhiri hidupnya saja."Lepaskan aku! Aku tidak sudi menikah dengan pria kejam sepertimu."Jaeden menunjukka

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Janji Pembalasan Dendam

    "Jaeden, Nona menghilang. Dia tidak ada di manapun."Jaeden segera mematikan panggilan telepon dari Nancy, pagi itu juga dengan langit yang masih gelap Jaeden segera memerintahkan anak buahnya untuk kembali ke mansion. Jaeden baru saja melancarkan misinya untuk menghadap ketua. Namun, rencananya itu harus tertunda karena dia harus segera menemukan Keola. Sesampainya di mansion, semua pekerja di mansion itu berbaris rapi menunggu kedatangan Jaeden. Mereka semua menundukka kepala, lebih tepatnya mereka takut karena pastinya Jaeden akan mengamuk. Menjaga satu wanita saja mereka tidak bisa, mereka tidak akan mendapat ampunan dari Jaeden. "Apa yang terjadi?" Jaeden menghampiri Nancy yang kini wajahnya tengah was-was. Dia sangat mengkhawatirkan Keola. "Aku menemaninya tidur. Namun, saat aku membuka mata Nona sudah tidak ada di sampingku.""Bagaimana bisa kalian membiarkannya kabur?" Suara Jaeden melengking tinggi dan penuh amarah. Tidak ada yang berani menatap wajahnya saat ini."Maafkan

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Nyawa Sahabatku

    "Ceritakan padaku, Key. Apa yang terjadi denganmu?"Keola menangis tergugu dalam pelukan sahabatnya. Tubuhnya gemetar, tangan dan kakinya sedingin es. Dia baru saja lepas dari maut mematikan. Ya... Akhirnya dia bisa jauh dari cengekeraman Jaeden. Keola tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia terus berada dalam mansion itu, pasti dia akan gila. Galena memeluk erat tubuh Keola. Dia hanya bisa menjadi penenang, dan dia tidak ingin memaksa Keola untuk cerita apa yang telah terjadi dengannya. Jika Keola siap dia pasti akan membuka suara dan mencurahkan semuanya. "Tenanglah, kamu aman bersamaku." Galena yakin telah terjadi sesuatu sampai-sampai membuat Keola ketakutan seperti ini. Mungkinkah keluarganya atau teman kerjanya? Untuk sementara Galena hanya bisa menepuk punggung Keola agar tenang. "Bisakah kau menolongku? Aku ingin menelepon keluargaku," cicit Keola dengan isak tangisnya. Galena melepaskan pelukannya, dia menatap lekat kedua manik mata Keola. "Tentu saja." Galena bangki

  • Istri Tawanan Pembunuh Bayaran   Menaklukkan Benteng Tinggi

    "Tuan, Ketua menanyakan misi akhir kita kemarin." Dhruv menyela aktifitas Jaeden yang sedang membolak-balik sebuah dokumen. "Kau tidak melaporkannya?" Jaeden balik bertanya, keduanya saling pandang.Dhruv gelagapan seraya menggelengkan kepalanya. "Anda belum memerintahkan apapun....""Aku akan melaporkannya."Tampak Jaeden memijit pelipis, dia sedang mempertimbangkan sesuatu agar rencananya berjalan lancar. Dia tidak bisa melapor dengan tangan kosong. Dia harus memiliki bukti agar ketua mempercayainya. Untuk yang pertama kalinya Jaeden melanggar perintah dari sang atasan. Hanya untuk melindungi makhluk lemah yang ia temui. "Apa kau sudah siapkan?" Dhruv mengangguk sebagai tanda bahwa ia melaksanakan seperti apa yang Jaeden perintahkan."Apa sesuai kriteria?" Dhruv mengangguk lagi, dia tidak banyak bicara walau di hatinya menyimpan rasa was-was. "Baiklah, kalau begitu nanti malam kita eksekusi."Di sisi lain, Keola menggedor pintu kamar sampai kedua tangannya kesakitan. Namun, tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status