Home / Romansa / Istri Tawanan Sang Mafia / 4 || Sifat iblis seorang Leonard Mattew

Share

4 || Sifat iblis seorang Leonard Mattew

Author: Hanabi_Letzy
last update Huling Na-update: 2024-02-06 17:00:10

Grazella benar-benar merasakan siksaan yang teramat. Dia memilih disiksa Bibinya, dari pada mendapatkan siksaan seperti ini. Gabriel membuatnya seperti wanita murahan. Grazella sangat membenci tubuhnya sendiri.

Grazella benar benar merasa sangat kotor. Mati matian selama ini menjaga tubuhnya, agar tidak bertemu dengan pria brengsek, tapi takdir justru lebih kejam.

"Kevin tolong aku. Kamu kemana? Hiks ... tolong kembalilah, bawa aku pergi dari iblis ini," batinnya, teringat dengan orang yang sangat ia sayangi.

VENESIA | ITALIA 01.20 PM (siang)

Setelah hampir 17 jam di pesawat, akhirnya mereka sampai di Italia. Terlihat gadis itu sedang berbaring, Grazella terlihat sudah memakai dress, dan wajahnya sudah sedikit di poles. Gabriel memanggil pramugari, dan menyuruhnya membersihkan tubuh sang gadis.

Gabriel berusaha membangunkan Grazella, dengan mengusap lembut wajah sang gadis. "Baby, bangunlah kita sudah sampai."

Gadis itu perlahan membuka matanya, dia mencoba bangun, dan berdiri untuk melangkah.

"Arrghh!"

"Perhatikan langkahmu, El!" Gabriel mengeram kesal, melihat Grazella hampir saja terjatuh, jika tangannya tidak cekatan menarik tubuh mungil itu.

Bagaimana tidak lemas? Dengan santainya gabriel terus menggempur Grazella di sana. Bahkan baru 1 jam istirahat, tubuh Grazella sudah digempur lagi dan lagi.

"Badanku, sakit semua." Pria itu terkekeh mendengar ucapan gadisnya ini.

"Aku gendong, mau?" Grazella mengangguk pasrah, karna memang badannya sangat lemas.

"Terima kasih, baby. Karna kamu memberikan itu untukku, tapi aku tidak menyesal karna mengambilnya darimu!"

Grazella terlihat kesal, dengan ucapan pria yang sedang memeluknya ini. "Dari yang ada di film film, aku harus pura pura patuh sama penculiknya, setelah itu kabur! Kamu memang cerdas, El!" batin gadis itu tersenyum lebar.

"Ekm. Namamu siapa?" Gabriel terkejut dengan pertanyaan gadis itu. Pria itu tersenyum, dan mengusap kepala Grazella yang membuat gadis itu mendongak.

Grazella sedikit terkesima, melihat wajah datar, yang sudah tersenyum lebar ke arahnya.

"Gabriel Leonard Mattew." Grazella mengangguk. Badan pria itu terdiam, saat mendengar apa yang di ucapkan Grazella. Gabriel sangat suka, saat namanya dipanggil dengan nada lembut dan halus.

"Baiklah, Leon. Aku akan menurut padamu. Tapi tolong pertemukan aku dengan, Gio." Gabriel tersenyum simpul.

"Aku suka saat kamu memanggilku, Leon. Terus panggil aku dengan itu."

Mereka segera turun dari pesawat. Mata Grazella melotot, melihat banyaknya' mobil van hitam yang berbaris di sana. Grazella juga melihat mobil Mercedes, yang terparkir cantik di parkiran pesawat itu. Gabriel membantu gadisnya untuk turun, melewati tangga pesawat.

"Bentornato, signore."

'Selamat datang kembali, Tuan.'

Mereka, mengunakan bahasa italia.

"Bagaimana, keadaan markas?"

"Baik, Tuan!"

"Mereka, siapa?" Dengan berbisik Grazella bertanya.

"Mereka anak buahku." Gadis itu terkejut, mendengar ucapan Gabriel.

Grazella kembali bersuara. "Sebanyak itu?" Gabriel menahan senyum, karena masih banyak anak buahnya di sana.

Mereka segara memasuki mobil Mercedes yang sudah di siapkan anak buahnya. "Apa kau membawa yang kumau, Wil?" tanya Gabriel pada anak buahnya.

"Ini, Tuan." Wiliam memberikan sebuah paper bag ke tuannya, dia duduk di kursi depan.

Gabriel memberikan itu pada Grazella, yang membuat gadis itu kebingungan. Dia pun mengeluarkan suaranya. "Buat apa? Aku bukan musli__"

"Pakai saja, El," jawab Gabriel datar. Grazella mendengus kesal, dia pun memakai cadar yang di berikan padanya.

Gabriel kembali bersuara yang membuat gadis itu semakin badmood.

"Ingat! Jangan pernah kamu perlihatkan wajahmu pada siapa pun, saat berada di luar mansion, Mengerti?" Grazella meremas dengan kuat dress yang ia gunakan.

"Kalau malu karena wajahku, kenapa dia membawaku? Dasar menyebalkan," batinnya, dengan mata sudah berkaca kaca.

• • •

Setelah hampir satu jam, mereka sudah sampai di sebuah mansion mewah nan megah. Grazella sedikit takut, karena mansion itu berada di tengah hutan.

Gabriel dan Grazella, segera turun dari mobil, dan melangkah menuju mansion. Baru juga sampai di ruang tamu, seorang wanita paruh baya menyapa mereka.

"Benveito, signore."

'Selamat datang, Tuan.'

Bibi Margaret. Paruh baya itu menjabat menjadi kepala maid, di mansion. Di belakangnya terdapat 6 seorang gadis, yang berpakaian ala maid.

Mereka berbaris menjadi dua bagian, dan membungkuk menyapa Gabriel.

"Di antara kalian, siapa yang bisa bahasa Indonesia?" Gabriel segera mengutarakan keinginannya.

"Saya, Tuan." Seorang gadis dengan wajah oriental, mengangkat tangannya. Gabriel segera menghampirinya.

"Mulai sekarang, kau jadi maid pribadi untuk gadisku." Gadis itu mengangguk.

Gabriel kembali menggandeng Grazella, untuk naik ke lantai atas. Mereka berhenti di depan lift.

"Baby, aku akan ke perusahaan, kamu istirahat setela__"

"Tidak, Leon! Aku mau bertemu, Gio! Dimana dia!?" Gabriel mencoba menenangkan gadisnya, ia mengusap lembut wajah Grazella

"Kita bertemu adik ipar, besok saja, ya?"

"Dasar pembohong!" Grazella mendorong tubuh Gabriel, terlihat pria itu berusaha sabar.

"Baby, kamu tau aku bukan orang yang penyabar, jangan selalu memancing iblisku keluar!"

"Persetan dengan itu, Leon! Kamu pembohong! Dasar bajingan! Di mana Adikku, brengsek!" Grazella langsung berlari.

"Berhenti, El!" Gabriel mengeluarkan suara emasnya.

Grazella tidak menghiraukan, dan terus berlari. Para maid pun terlihat tegang, mereka sudah hafal betul tabiat Tuannya. Lebih baik mereka diam bagai patung sebelum mendapat perintah.

Satu tembakan peluru, membuat gadis itu tersentak.

Tubuh Grazella berhenti di tengah ruang tamu, suara tembakan itu membuatnya diam. Gabriel segera menghampiri gadis itu. "Sekali lagi kakimu melangkah, maka salah satu maid di sini akan menjadi mayat, El!"

Gadis itu berbalik, dan menatap nyalang ke arah Gabriel. "Hahaha kamu pikir aku percaya!"

"Baiklah. Kamu! Tembak kepalamu jika gadis keras kepala ini tidak mengikuti perintahku!" Gabriel menunjuk salah satu maid, dengan menggunakan bahasa Inggris. Itu adalah bahasa wajib yang harus di kuasai seluruh anak buahnya yang bekerja di mansion.

Grazella membalikan badannya, dan melihat bahwa maid itu berjalan, dan mengambil salah satu pistol yang ada pada bodyguard di sana. Hal itu membuat mata Grazella membulat sempurna.

"Kamu gila, hah? Untuk apa kamu menuruti ucapan, iblis ini!"

"Ke sini, El." Grazella masih tidak perduli, dan tetap melangkah.

"Tembak kepalamu, sialan!" Grazella langsung berbalik, dan menatap bengis ke arah Gabriel.

"Atas hak apa kamu ...."

Tubuh maid yang berada di belakangnya, sudah terbaring, dengan kepala berlumuran darah.

Grazella segera berbalik, dia menutup mulutnya dengan tangan bergetar, kakinya sudah lemas tak bertenaga.

"Da-dasar gila!"

Gadis itu berbalik, dan menatap penuh kebencian ke arah Gabriel.

"Masuk ke kamarmu, sekarang!" Grazella masih mematung di sana, dia sangat takut pada pria di depannya ini.

Saat melihat Gabriel melangkah, dengan cepat Grazella berlari menuju Wiliam, dia berdiri di belakang pria itu.

"Tolong aku! Tuanmu itu iblis, aku takut! Kumohon. Tolong aku, hiks ...."

To be continued...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Istri Tawanan Sang Mafia    54 || "Itu kau"

    Di ruangan inap yang luas, nan mewah tersebut terlihat hening. Gabriel duduk di kursi dengan memegang tangan Grazella. Pria itu mengecup tangan sang istri dengan lembut.Mata Gabriel terus melihat ke arah perut sangat istri. Lagi-lagi buliran bening keluar dari sana. Dia merasa menjadi suami paling tidak berguna.Lenguhan Grazella membuat pria itu, langsung menghapus kasar wajahnya.Gabriel menetralkan wajahnya, dan tersenyum lebar menyambut kesadaran sang istri."Hey, Sayang," sapa Gabriel. Grazella ikut tersenyum, dia berusaha untuk bangun."No, kamu harus banyak istirahat," tolak Gabriel. Namun gadis itu menggeleng, ia tetap memaksa untuk duduk. Gabriel pun membantu Grazella untuk duduk."Mau sesuatu?" tawarnya."H–haus," jawab sang gadis lemas.Dengan langkah seribu, Gabriel mengambil air minum yang berada di nakas samping brangkar."Mana yang sakit, h'm?" Gabriel mengusap lembut wajah istri kecilnya.Gadis itu menggeleng lemah. Dia melihat arah pandang suaminya, dan tersenyum lemb

  • Istri Tawanan Sang Mafia    53 || Keguguran

    Pria dengan wajah panik itu semakin kesal saat melihat jalanan yang macet, di depannya terdapat kecelakaan beruntun."Cepat cari jalan lain, Wil! Aku membayarmu bukan untuk bersantai!" seru Gabriel."Baik, Tuan" Wiliam yang tahu Gabriel sudah kesal pun memilih memutar arah dan mencari rute lain.Hingga beberapa menit kemudian mereka sampai di depan sebuah gedung kosong yang sudah sangat usang. Gabriel dengan cepat turun dari mobil itu."Tunggu, Riel! Mungkin mereka menjebakmu! Tunggu anak buahmu," saran Wiliam."Persetan dengan itu! Istriku sedang menunggu!" segahnya.Wiliam mengusap rambutnya kasar, dia terus menghubungi Jack, agar cepat sampai.Gabriel berlari bak kesetanan, langkahnya berhenti melihat mobil yang sangat ia kenali terparkir di sana, matanya sudah berkobar penuh kebencian."Dasar sial4n kau Selena! Akan kubunuh kau!" sumpahnya. Samar-samar dia mendengar tangisan histeris istrinya. Gabriel segera menuju ke

  • Istri Tawanan Sang Mafia    52 || Dipaksa meminum racun

    Setelah hampir sepekan Bibi Margaret cuti, akhirnya ia kembali ke mansion sang majikan. Wanita paruh baya itu menyerngitkan dahi melihat gerbang utama terbuka lebar, tidak biasanya.Bibi Margaret segera masuk, dia heran karena tidak melihat para penjaga."Kemana para penjaga?" gumamnya bingung.Sepanjang berjalan menuju mansion sangat sepi tidak ada penjaga seperti biasanya. Saat berada di halaman alangkah terkejutnya  wanita itu melihat semua penjaga sudah tergeletak pingsan.Setelah mengingat sesuatu, matanya melotot sempurna."Nyonya!" Paruh baya itu berlari masuk ke mansion.Saat melewati dapur dia di buat melongo melihat para maid sudah pingsan. Dia langsung menuju lift dan mencari Grazella.Paruh baya itu menangis histeris, dia mengambil benda pipihnya dan mendial Jack, tangannya terlihat bergetar.   • • •Pria itu menendang meja di depan dengan kerasnya. Seluruh orang yang berada di

  • Istri Tawanan Sang Mafia    51 || Grazella di culik

    Lima orang pegawai toko sudah mulai menyiapkan berbagai perlengkapan, dua wanita terlihat memasukan pakaian dan sepatu bayi di raknya. Sedangkan tiga laki-laki memasang kelambu dan lampu untuk mempercantik kamar itu.Mereka akan menyulap kamar yang sudah di kosongkan Gabriel menjadi 'Baby room'  Grazella dan Sheryl hanya diam memandangi mereka semua yang bekerja.Grazella yang melihat album toko itu seketika berbinar."Apakah ini contoh modelnya?" tanya sang gadis dengan semangat."Iya, Nyonya. Tetapi Anda tenang saja, karena Tuan Gabriel sudah memilihnya," jelas salah satu pegawai itu."Huh?" Grazella sedikit terkejut, pegawai itu tersenyum dan melanjutkan perkataannya."Anda sangat beruntung Nyonya, sedari pagi Tuan sudah menyuruh toko kami untuk buka, dan hampir 4 jam Tuan Gabriel memilih sendiri design–nya,""Tuan Gabriel tidak ingin membuat Nyonya lelah," sambung pegawai itu."Apa kau sangat menantikan keha

  • Istri Tawanan Sang Mafia    50 || Baby Room

    Saat Gabriel menghis4p dengan kuat semangka Grazella, dia merasakan sesuatu yang sangat familiar di lidahnya."J–jadi itu semua benar," batinnya dengan wajah penuh kebingungan. Gabriel menatap wajah Grazella yang sudah mendongak ke atas dengan mata tertutup."5hit! Kenapa wajahnya sangat s3ksi!" Batinnya menggeram kesal."Baby, apa benar itu 4si milikmu?" Tubuh Grazella langsung mematung, wajahnya sudah pucat pasi."K–kenapa? Apa kamu jijik?" tanya Grazella. Gadis itu terlihat sedikit kecewa dengan hal itu."No! Aku sangat menyukainya," ungkap Gabriel. Gadis itu hanya diam, dia masih syok kenapa bisa suaminya tahu."Kamu tau dari mana?""Tidak penting, sejak kapan kamu melakukan itu?" Grazella kebingungan dengan pertanyaan sang empu."Menukar itu dengan milikmu?" Grazella menggaruk tengkuknya."Sejak aku berusa kabur," jawab sang gadis. "Mulai sekarang jangan pernah kamu lakukan itu lagi," per

  • Istri Tawanan Sang Mafia    49 || 4si?

    Grazella menatap datar pada wanita di depannya. Selena yang mendapatkan tatapan itu tersenyum puas."Kamu tau? Bahkan kami pernah s3ks di ruang ganti, karena dia selalu mengingink4n tubuhku," ucapnya bangga. Selena tersenyum lebar.Grazella berusaha untuk tenang, meskipun dadanya sangat sakit mendengar hal itu. Tidak bisa di pungkiri dia sangat marah mengetahui suaminya masih saja bersama wanita lain.Gadis itu tidak tahu, kalau Selena dan Gabriel sudah tidak berhubungan, dan pertunangan itu sudah batal."Ya ... mungkin Suamiku memang b4jingan. Dia banyak melakukan s3ks di luaran sana. But it's ok, dia sudah berjanji hanya tubuhku yang akan dia nikmati, jadi apa yang harus aku takutkan?" jelas Grazella yakin."Sekarang aku Istrinya, dan Nyonya satu satunya di mansion ini. Aku juga diterima baik oleh Keluarganya. Jadi aku tidak perduli Suamiku dengan wanita lain, yang penting statusku sah menjadi Istrinya dan bukan hanya sebagai pemuas naf

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status