"Siapa yang berani menjemput malaikat maut?!" Algazka masih tidak terima dengan apa yang harus dilalui oleh Casper. Binatang peliharaan yang dia rawat dengan cara baik meski hatinya tidak pernah melampiaskan pada makhluk hidup seperti manusia.
Dua mata tajamnya melirik kembali busur panah yang dia letakkan diatas meja kerjanya di kediaman Falcone.
"Memang semua karena perempuan brengsek itu! Seandainya aja dia nggak cari gara-gara di waktu pagi tadi!" Algazka kembali melayangkan pikirannya pada Allesandra.
Umpatan yang sudah diucapkan oleh Allesandra dan tidak akan membuat Algazka melupakannya. Betapa beranianya dia mengumpat dengan kata ...
"Idiot?! Beraninya dia bilang saya idiot???" Algazka meremas busur panah dan melemparkan kasar ke lantai.
Coba saja tadi Allesandra tidak memakan waktu pagi dia dengan tingkahnya. Mungkin Algazka bisa lebih mempersiapkan diri untuk berangkat ke Falcone dan menyelamatkan Casper. Yang pasti Casper tidak akan terluka seperti sekarang. Algazka juga pasti bisa menemukan siapa yang membidik Casper dengan busur panah beracun sialan itu.
Allesandra memang datang dari perempuan kutukan dan pembawa sial bagi kehidupan Algazka. Jika saja dia tidak ingat akan dendamnya pada Garvin yang sudah membunuh adik Algazka. Dia pasti akan menghabisi keluarga Garvin tanpa tersisa. Tapi semua tidak akan semudah itu. Algazka sangat ingin menyiksa Allesandra yang menjadi permata hati Garvin.
"Saya benar-benar akan membuat kamu menderita, Allesandra!"
"Allesandra?"
Suara yang tiba-tiba muncul dengan nada penasaran membuat Algazka menoleh. Suara yang berasal dari ambang pintu ruangan yang sudah terbuka. Dan lagi-lagi karena Allesandra brengsek itu yang sampai membuat Algazka tidak sadar jika ada yang masuk ke dalam ruangannya.
"Who is Allesandra, Algazka?" nada kali ini tidak terdengar atas rasa penasaran lagi. Namun kecemburuan mulai menjelma secara perlahan. Nama perempuan yang keluar dari mulut seorang Algazka Zinadine Geus.
Nama yang sangat asing di kedua telinga seorang Alecta Nastazie. Perempuan cantik dengan tubuhnya yang sexy bagai gitar spanyol seperti yang dijuluki para penggemarnya. Dia mantan model majalah di Istanbul yang sekarang sudah berhenti karena memilih ingin fokus kuliah di Jakarta untuk mengambil S2. Tempat dimana ada Algazka meski dia sangat mampu melanjutkan kuliah di negara luar. Zie nama panggilannya, dia berjalan mendekati Algazka yang sudah menatap dirinya setelah perempuan itu menutup pintu ruangan.
"Kamu udah balik?" tanya Algazka buka suara.
"Udah. Aku kan udah bilang kalo hari ini aku bakal balik ke Jakarta karena buat mulai kuliah bulan depan. Kamu lupa? Apa karena pikiran kamu sibuk dengan nama perempuan yang kamu sebut tadi? Siapa? Allesandra?!" Zie masih penasaran dengan nama perempuan yang berhasil disebut oleh Algazka.
Seharusnya tidak ada nama perempuan selain dirinya. Algazka bukan lah lelaki yang mudah menyebut nama perempuan begitu saja. Zie semakin penasaran. Siapa Allesandra?
"I'm asking you, Algazka!" Zie jadi sedikit kesal karena Algazka tampak menyembunyikan sesuatu darinya.
Rasa sayangnya sejak tiga tahun lalu tidak boleh dicampakkan begitu saja meski dia baru benar-benar mendapatkan balasan di waktu enam bulan lalu. Zie tidak akan pernah mau melihat Algazka bersama perempuan lain.
"Nothing special!" sahut Algazka akhirnya.
"But ..."
"Bahkan kamu udah tau siapa yang spesial di dalam hidup aku, Nastazie." Algazka memotong ucapan Zie yang pasti ingin kembali melakukan protes.
Jawaban dan ungkapan Algazka yang langsung meluluhkan hati Zie. Perasaan yang dia rasakan terus berbalas dan tidak datang satu arah. Siapa yang tidak mau mengharapkan Algazka? Seornag lelaki tampan yang memiliki segalanya. Sikap dingin dengan darah pembunuhnya seakan menghilang begitu saja setiap melihat Algazka melangkah. Begitu banyak perempuan yang juga ingin masuk ke dalam kehidupan Algazka meski mereka tahu banyak tantangan dan adrenalin yang harus mereka semua miliki. Seakan Algazka mampu mengalahkan ketakutan mereka semua.
"I love you, Algazka...."
Senyuman di wajah Zie tergelincir manis. Tidak salah dia mendatangi Algazka dengan memberikan kejutan kedatangannya. Zie mencondongkan tubuhnya ke hadapan Algazka. Wangi tubuhnya yang siap memangsa dirinya tanpa ingin Zie melakukan perlawanan.
Keadaan itu sangat berbeda dengan ruangan yang kini dihuni Alessandra.
Gadis itu tampak cekikikan.
"Ya ampun, Non Allesa jangan bikin Reina jantungan lagi ya? Jantung Reina ini udah mulai lemah lama-lama, Non," nasehat Reina mengingat kemarahan Algazka tadi pagi.
Ya, Reina menjadi salah satu teman Allesandra sejak dia melangkahkan kaki masuk ke dalam istana milik Algazka.
Pelayan yang pertama kali menghampiri Allesa dan dia juga yang mengurusi semua perlengkapan Allesandra itu senang dengan Reina karena selama ini dia dia sebatang kara di tempat Algazka
"Hihihi ... biarin aja! Dia emang idiottt!" Allesandra acuh dan cuek. Biar saja. Kalau perlu Algazka mampu mendengarnya. Allesandra masih tertawa geli. "Ya ampun Non Allesa ini. Bener-bener deh." Reina hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah Allesandra yang dibawah umurnya. Gadis itu sangat polos sekali. Sikapnya yang benar-benar apa adanya, cuek, dan masa bodo. Reina salut sebenarnya dengan keberanian yang juga Allesa miliki. Dia tampak tidak terlihat takut saat berhadapan dengan Algazka. Beda dengan dirinya yang kadang masih gemetar saat berada di hadapan Algazka meski dia sudah bekerja selama bertahun-tahun. Reina tersenyum sambil meraih sisir untuk menyisirkan rambut Allesandra yang panjang berwarna hitam mahogany. Reina senang sekali mendapat tugas tambahan untuk mengurusi keperluan Allesandra yang sangat akrab dengan dirinya meski pertemuan itu baru saja terjadi dalam hitungan jari. Sosok Allesandra adalah sosok yang paling menyenangkan bagi Reina di istana mengerikan ini. Setidaknya kehidupan dia memiliki warna selain hitam yang selalu Algazka tampilkan. Entah kenapa bisa Allesandra berada di rumah ini. Reina tidak memilih mencari tahu dan Allesandra yang juga tidak pernah menceritakannya. Hanya saja yang Reina ingat saat Algazka datang membawa gadis cantik itu. Reina harus mengurusi semua keperluan Allesandra dan memastikan langkah kaki Allesa yang tidak keluar dari batas pintu utama milik Algazka. "Cantikkk." Reina memuji Allesa saat selesai menyisirkan rambut Allesa yang panjang itu. Senang sekali membantu Allesa yang memang sangat cantik dan penurut meski sering membuat jantung Reina berhenti mendadak. "Makasih ya, Reiii!" "Sama-sama, Non ..." "Ah udah dibilang jangan manggil Non-Non lagiiii. Panggil aku Allesandra. Just Allesa okay?" Allesandra kembali mengingatkan pada Reina karena dirinya yang tidak mau diperlakukan secara khusus apalagi istimewa. Lagipula Allesa tahu kalau umur mereka tidak beda jauh. Mungkin hanya sekitar lima tahun saja. "Tapi Non ..." "Ih tuh kannn!" Allesandra jadi cemberut. Reina adalah sosok yang dia anggap sebagai teman di tempat brengsek ini. Apalagi tipikalnya yang selalu menganggap semua yang ada disekeliling Allesandra sama sejak dulu. Begitu lah yang diajarkan Denadya untuk tidak pernah melihat derajat siapapun karena semua sama diatas muka bumi ini. "Yaudah, yaudah. Gitu aja cemberut. Okay Allesa, kan?" Wajah Allesa yang tadi cemberut jadi sumringah saat mendengar Reina yang sudah mengubah nama panggilannya. Hatinya jadi nyaman karena Allesa yang sempat merasa asing dan tidak memiliki siapa-siapa di kediaman Algazka. "Nah gitu dong. Kamu itu udah aku anggap kayak sahabat aku disini. Makasih ya, Reiii." "Sama-sama, Allesandra." Reina memeluk Allesandra yang langsung disambut hangat oleh balasan pelukan Allesandra.Rasa rindu pada rumahnya setidaknya terbayar dengan kehadiran Reina yang selalu berada di dekat dia.
Setidaknya, dia punya teman, kan?
Wajah Algazka tersenyum melihat Allesa yang sudah memejamkan mata dan tertidur pulas. Betapa lucu dan menggemaskan gadisnya itu. Tidak dia sangka kalau malam pertama di hari pernikahan malah dilewati dengan umpatan Allesa dan juga tingkah gemasnya.Allesa terlalu lucu sekali bagi Algazka. Sosoknya sudah sangat menghibur hati dia yang sering membuatnya tersenyum.Apalagi tadi saat dia yang melakukan ciuman dengan Algazka. Tingkah polosnya benar-benar membuat Algazka tidak habis pikir. Ternyata ada wanita sepolos Allesa yang benar-benar ada.Tangan Algazka membelai rambut Allesa secara lembut dan juga hangat."Selamat tidur, Allesayang." Algazka berbisik lembut dan mengecupnya.Menyelimuti sampai setengah tubuh Allesa agar tidur dia tetap hangat dan juga nyaman. Rasa bahagia Algazka yang lagi-lagi seperti mimpi. Sekarang ada sosok perempuan yang berada di dalam kamar untuk menemaninya tidur.Algazka secara hati-hati menuruni tempat tidur. Berusaha tidak mengeluarkan suara karena mencega
"IHHH LEPASINNNN!" teriak Reina yang sudah menghempaskan tangan Daskar sampai akhirnya terlepas.Reina tidak suka dan sama sekali tidak suka dengan sikap Daskar yang sudah semena-mena. Apalagi dia sampai melarang dan juga membawa Reina masuk ke dalam hanya karena dia yang tidak suka dengan Alano.Entah apa alasannya yang jelas Reina tidak suka."Aku nggak suka sama sikap kamu dan aku nggak mau ngeliat kamu!" Reina menatap Daskar kesal seratus persen.Saat itu mereka berada di ruang pantry seperti biasa karena tempat pantry adalah tempat biasa mereka selama ini. Duduk sambil ngobrol dan Reina yang biasanya juga membuatkan cemilan untuk Daskar.Namun kali itu tempat pantry menjadi tempat yang tidak Reina sukai. Apalagi Daskar yang tadi sudah menarik Reina dari luar sampai membawanya masuk ke dalam pantry."Aku nggak mau ngeliat kamu, Daskar!" Reina yang masih menyorot tajam Daskar.Tidak ada jawaban dari Daskar. Dia langsu
"Jangan-jangan bener kan kalo kamu udah ngumpulin banyak anak di yayasan?" Allesa yang sudah menuduh Algazka dengan pikiran liarnya."Mulutnya, Allesa!" Algazka sontak menoleh ke arah Allesa yang berbicara dengan wajah tengil.Pikiran Allesa selalu saja berhasil dengan cara suka-suka. Entah apa imaginasi yang selalu ada di dalam otaknya itu."Kamu emang bener-bener ya selalu menghayal tingkat tinggi." Algazka mulai protes pada pikiran Allesa yang sering berada di luar batas.Entah apa jadinya jika Algazka tidak menghentikan khayalan Allesa."Tapi kan aku nggak salah. Emang bener kan? Aku bilang sesuai yang kamu bilang. Kamu sendiri yang bilang biasanya perempuan suka adegan romantis. Maksudnya apa?" tanya Allesa yang tidak mau disalahkan."Maksudnya kan umum. Bukan berarti perempuan yang pernah sama aku. Kamu ngerti nggak sih kata biasanya. Sekarang aku tanya, memangnya kamu nggak suka diperlakukan baik dan manis oleh aku? Padaha
"BODOHHHH!" makian yang tidak ada habis-habisnya dilontarkan pada Akari dari tuannya. Tuannya itu tidak terima dengan kegagalan Akari yang seharusnya tidak pernah melesat. Dia tidak peduli juga bahwa rencananya memakan korban seperti Sagi yang dimana dia adalah salah yang paling dekat juga dengan Akari. Tapi yang jelas dia sama sekali tidak terima dengan kegagalan yang tidak seharusnya terjadi. Akari menunduk dengan rasa sakit yang dia tahan. Beberapa pukulan dan layangan pecut yang juga telah diberikan secara istimewa pada Akari sebagai balasan yang pantas dia terima. "Maaf, Tuan Nakuto." Akari menundukkan kepalanya. Dia akui dan tahu akan kesalahan yang telah dia lakukan meski rasa kehilangan jauh lebih dia rasakan atas kepergian Sagi yang dia saksikan oleh kedua matanya. "Maaf kamu sama sekali tidak berguna. Dan kamu tahu apa sekarang? Gara-gara kamu tidak bisa membawa gadis itu, Algazka sedang senang-sena
"Kamu kenapa sih daritadi aku lihat gelisah banget?" tanya Garvin dengan nada pelannya. Jaga-jaga agar Almana tidak terbangun karena dia yang baru saja tertidur.Namun yang menjadi pusat perhatianya adalah Nadya, istri tersayang Garvin yang tampak gelisah. Dia berjalan mondar-mandir setelah menidurkan Almana."Gapapa." Nadya berusaha menenangkan diri meski hatinya memang gelisah.Garvin langsung mendekati Nadya dan memegang kedua bahunya sehingga dia berhenti dari mondar-mandir."Kenapa? Daritadi kamu kayak ulet mondar-mandir. Terus kamu masih mau bilang gapapa?""Enak aja ngatain aku kayak ulet!" Nadya merengut dan langsung duduk di sofa yang terdapat di dalam kamarnya.Kamar yang ditempati Nadya dan Garvin memiliki ruang yang luas sekali. Meski sifat Algazka sangat menyebalkan, tapi dia rela memberikan kamar yang layak. Padahal Nadya sempat mengira kalau Algazka akan menyuruh keluarga Allesa untuk tinggal di gudang. Tapi ternya
Tangan Alano yang sudah dicengkeram membuat dia menoleh dan juga Reina yang melebarkan kedua matanya."Daskar?" Reina yang sangat terkejut ketika mendapatkan Daskar berada diantara mereka. Bukan hanya sekedar melihat posisinya yang di tengah-tengah mereka sekarang, tapi sikap Daskar yang sungguh membuat Reina terkejut.Genggaman tangan Daskar yang benar-benar menahan gerakan tangan Alano saat ingin meraih tangan Reina. Bahkan menyentuh saja belum sama sekali."Kamu ngapain?" tanya Reina pada Daskar. Meski Reina malas berbicara dengan Daskar, tapi melihat sikap dia yang sudah seperti ingin mengajak ribut jadi membuat Reina mau tidak mau berbicara lagi.Lagian apa-apaan sih Daskar yang selalu saja banyak tingkah akhir-akhir ini. Reina semakin lama tidak mengerti dengan apa yang Daskar lakukan. Curiga banget kalau sikap tuannya menular sama dia."Saya udah memperingatkan kamu, Alano!" Daskar menegaskan ucapannya tanpa menanggapi Reina sama s