Share

4. Kesal

Author: anyaaang
last update Last Updated: 2025-02-28 10:20:35

"Silahkan masuk kembali, Non Allesandra!"

"Tapi saya mau ke depan situ doang!"

"Silahkan masuk, Non Allesandra!"

"Orang mau liat kupu-kupu aja kok. Itu ada disana. Kan kalian semua masih bisa liat juga kan kalo saya disana. Punya mata kan lo semua?!" Allesa yang jadi kesal karena langkah kakinya tidak pernah bisa keluar saja dari batas yang telah ditetapkan pastinya oleh Algazka.

Tuan muda tampan, tapi sangat psikopat bagi Allesandra. Masa iya untuk pergi ke halaman rumah saja tidak diperkenankan? Padahal kan lagi banyak kupu-kupu yang Allesa lihat tadi saat berada di dalam kamarnya. Kebetulan jendela kamar milik Allesandra menghadap ke halaman belakang yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang sangat indah. Semua dirawat sehingga Allesa seringkali tidak tahan untuk berniat keluar dan ingin duduk menghirup udara disana. Halaman rumah milik Algazka yang sangat luas dan Allesa tidak bisa menikmatinya.

"Minggir nggakkk!" perintah Allesandra yang semakin kesal.

Dua bodyguard dengan tubuhnya yang tegas dan kokoh. Mereka semua rapi dengan penampilannya mengenakan jas hitam dan kemeja putih di bagian dalam. Menggunakan earpiece yang tidak pernah lepas dari telinga mereka. Pastinya untuk selalu melakukan koordinasi sesama penjaga dalam mematuhi peraturan Algazka yang tidak pernah mereka hiraukan satu kali saja.

"Bener-bener nyebelin!" Allesandra mendengus kesal melihat dua bodyguard penjaga pintu menuju halaman yang tidak membiarkan langkahnya melesat begitu saja.

Mereka sangat patuh saat bekerja pada Algazka. Tapi Allesandra menganggap mereka layaknya tawanan seperti dia. Tawanan yang tidak memiliki hak bebas selain mengikuti aturan Algazka dengan kekuasannya yang tidak mampu tertandingi oleh setiap lawannya.

"Cuma sepuluh menit kok. Janji deh. Boleh yaaa?" Allesa merubah taktik menjadikan dirinya lembut dengan bujukan rayuan manjanya. Kali saja bisa berhasil jika dia berbicara baik-baik.

Dua bodyguard tadi memilih diam dan enggan merubah posisinya. Menghalangi langkah kaki Allesa dengan pandangan lurusnya. Bagaikan patung yang tidak bisa dibasmi.

"Oke gimana kalo cuma lima menit? Saya bener-bener nggak akan bilang sama Algazka jadi kalian tenang aja, ya? Janjiii." Allesa setengah berbisik saat melakukan penawaran. Mungkin saja mereka bisa diajak kerja sama jika Allesa juga akan menyembunyikan dari Algazka.

Pokoknya Allesa ingin keluar sebentar untuk melihat kupu-kupu yang berdatangan mengelilingi taman rumah Algazka. Warnanya sangat cantik dengan sayap-sayap mereka yang begitu indah. Terbang bebas dan tidak seperti dirinya yang hanya bisa menatap dari balik ruang siksaan.

Bujukan rayuan yang entah keberapa ternyata tidak membuat mereka menanggapi Allesandra. Apa yang harus Allesandra lakukan?

Apa gue kasih mereka makan ayam goreng kremes aja ya? Kali aja mereka belom makan dan kelaperan karena mereka kan kerjaannya berdiri terus. Hemmm ... atau apa yaaa???

Allesa bergumam di dalam hati dengan mencari ide yang memutar-mutar di kepala dia. Mencoba mencari akal agar bisa bertemu kupu-kupu secara langsung. Algazka memang sangat merepotkan. Menghirup udara di luar saja tidak boleh. Dasar lelaki brengsek! Entah siapa jodoh dia yang sesungguhnya nanti. Yang jelas Allesa bukan jodoh masa depan Algazka.

"Yaudah kalo nggak mau, gue bakal ambil tali buat buat bunuh diri di depan kalian!" ancam Allesa dengan nadanya yang serius.

Dua bodyguard yang menjaga pintu mulai menoleh ke arah Allesandra yang berdiri di hadapan mereka sejak tadi. Sepertinya ancaman Allesa kini menjadi pusat perhatian untuk menanggapi keinginan Allesandra pada dua bodyguard Algazka.

"Gimana??" tanya Allesa dengan perasaannya yang sumringah meski masih mengancam. Ancaman yang pastinya hanya untuk dipakai menggertak saja agar menakuti bodyguard tersebut.

Lagian siapa juga yang mau bunuh diri. Hanya orang bodoh yang mengambil langkah untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Allesandra mengamati dua bodyguard yang saling berpandangan satu sama lain. Ancaman dia yang termakan secara perlahan. Mereka tampak memikirkan ancaman Allesa yang sangat serius.

"Ambilin talinya!"

Suara dengan nada dingin, tegas, dan penuh dendam membuat Allesa refleks menoleh. Suara langkah kaki yang semakin terdengar mendekat. Sosok yang kini berdiri di hadapan Allesa saat membalikkan tubuhnya. Algazka Zinadine Geus. Rupanya dia sudah pulang dan sempat mendengarkan ucapan Allesa tadi.

Algazka mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan yang masih melekat pada Allesandra. Gadis cantik dan polos yang kini berdiri mematung.

"Mau bunuh diri kan?" tanya Algazka tanpa senyuman di wajahnya. Tidak ada senyuman yang tercipta untuk Allesandra. Perempuan yang datang dari keluarga pembunuh adik kesayangan dia.

"Ini talinya, Tuan Algazka." Daskario menghampiri Algazka yang sudah menengadahkan tangannya menanti Daskar mengambilkan tali saat dia memerintahkan tadi.

Algazka memajukan satu langkah mendekati Allesa yang masih berdiri tanpa suara.

"Bahkan kalo kamu berniat menyerahkan potongan jari-jari kamu pun untuk mengancam mereka, mereka tidak akan pernah melanggar aturan saya, Allesandra!" nada Algazka yang terdengar dengan intonasinya kegeramann dan keangkuhannya.

Peraturan yang seharusnya Allesandra tahu. Semua takluk pada setiap ucapan yang terlontar dari Algazka.

"Take it! This is what you want." Algazka menyerahkan tali pada Allesa. Ucapan Allesa yang tadi sempat mengancam bodgyguard Algazka untuk melakukan bunuh diri.

Ihhh masa iya gue bunuh diri beneran? Dasar sinting emang Algazka! Lo bener-bener gue gentayangin nanti Algazka. Gue bakal berdiri di depan jendela kamar lo sampe lo gak bisa meremmm!

Allesa menggerutu di dalam hatinya dengan tatapan yang masih membalas tatapan Algazka yang tidak pernah lepas setiap dia menatap Allesa dengan keinginan kuat untuk membunuhnya.

Algazka kembali memajukan langkahnya. Kini dia menatap tajam Allesandra dari jarak dekat. Nafas yang Allesa rasakan secara kasar menyapu wajah dia.

"Asal kamu tau ... saya benar-benar ingin melihat kamu mati, Allesandra!"

Allesandra masih diam. Tatapan Algazka yang selalu Allesandra lihat dengan hasratnya yang sangat ingin menyaksikan Allesandra hilang dari bumi ini secepatnya. Kebencian yang tidak pernah memiliki obat untuk menghilangkan kekejaman seorang Algazka tanpa memandang siapa saja.

Algazka benar-benar ingin melihat Allesandra bisa mati!

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Tawanan Tuan Tiran   236. Terbongkar

    Wajah Algazka tersenyum melihat Allesa yang sudah memejamkan mata dan tertidur pulas. Betapa lucu dan menggemaskan gadisnya itu. Tidak dia sangka kalau malam pertama di hari pernikahan malah dilewati dengan umpatan Allesa dan juga tingkah gemasnya.Allesa terlalu lucu sekali bagi Algazka. Sosoknya sudah sangat menghibur hati dia yang sering membuatnya tersenyum.Apalagi tadi saat dia yang melakukan ciuman dengan Algazka. Tingkah polosnya benar-benar membuat Algazka tidak habis pikir. Ternyata ada wanita sepolos Allesa yang benar-benar ada.Tangan Algazka membelai rambut Allesa secara lembut dan juga hangat."Selamat tidur, Allesayang." Algazka berbisik lembut dan mengecupnya.Menyelimuti sampai setengah tubuh Allesa agar tidur dia tetap hangat dan juga nyaman. Rasa bahagia Algazka yang lagi-lagi seperti mimpi. Sekarang ada sosok perempuan yang berada di dalam kamar untuk menemaninya tidur.Algazka secara hati-hati menuruni tempat tidur. Berusaha tidak mengeluarkan suara karena mencega

  • Istri Tawanan Tuan Tiran   235. Tantangan Jahil

    "IHHH LEPASINNNN!" teriak Reina yang sudah menghempaskan tangan Daskar sampai akhirnya terlepas.Reina tidak suka dan sama sekali tidak suka dengan sikap Daskar yang sudah semena-mena. Apalagi dia sampai melarang dan juga membawa Reina masuk ke dalam hanya karena dia yang tidak suka dengan Alano.Entah apa alasannya yang jelas Reina tidak suka."Aku nggak suka sama sikap kamu dan aku nggak mau ngeliat kamu!" Reina menatap Daskar kesal seratus persen.Saat itu mereka berada di ruang pantry seperti biasa karena tempat pantry adalah tempat biasa mereka selama ini. Duduk sambil ngobrol dan Reina yang biasanya juga membuatkan cemilan untuk Daskar.Namun kali itu tempat pantry menjadi tempat yang tidak Reina sukai. Apalagi Daskar yang tadi sudah menarik Reina dari luar sampai membawanya masuk ke dalam pantry."Aku nggak mau ngeliat kamu, Daskar!" Reina yang masih menyorot tajam Daskar.Tidak ada jawaban dari Daskar. Dia langsu

  • Istri Tawanan Tuan Tiran   234. Drama Romantis

    "Jangan-jangan bener kan kalo kamu udah ngumpulin banyak anak di yayasan?" Allesa yang sudah menuduh Algazka dengan pikiran liarnya."Mulutnya, Allesa!" Algazka sontak menoleh ke arah Allesa yang berbicara dengan wajah tengil.Pikiran Allesa selalu saja berhasil dengan cara suka-suka. Entah apa imaginasi yang selalu ada di dalam otaknya itu."Kamu emang bener-bener ya selalu menghayal tingkat tinggi." Algazka mulai protes pada pikiran Allesa yang sering berada di luar batas.Entah apa jadinya jika Algazka tidak menghentikan khayalan Allesa."Tapi kan aku nggak salah. Emang bener kan? Aku bilang sesuai yang kamu bilang. Kamu sendiri yang bilang biasanya perempuan suka adegan romantis. Maksudnya apa?" tanya Allesa yang tidak mau disalahkan."Maksudnya kan umum. Bukan berarti perempuan yang pernah sama aku. Kamu ngerti nggak sih kata biasanya. Sekarang aku tanya, memangnya kamu nggak suka diperlakukan baik dan manis oleh aku? Padaha

  • Istri Tawanan Tuan Tiran   233. Debat Malam

    "BODOHHHH!" makian yang tidak ada habis-habisnya dilontarkan pada Akari dari tuannya. Tuannya itu tidak terima dengan kegagalan Akari yang seharusnya tidak pernah melesat. Dia tidak peduli juga bahwa rencananya memakan korban seperti Sagi yang dimana dia adalah salah yang paling dekat juga dengan Akari. Tapi yang jelas dia sama sekali tidak terima dengan kegagalan yang tidak seharusnya terjadi. Akari menunduk dengan rasa sakit yang dia tahan. Beberapa pukulan dan layangan pecut yang juga telah diberikan secara istimewa pada Akari sebagai balasan yang pantas dia terima. "Maaf, Tuan Nakuto." Akari menundukkan kepalanya. Dia akui dan tahu akan kesalahan yang telah dia lakukan meski rasa kehilangan jauh lebih dia rasakan atas kepergian Sagi yang dia saksikan oleh kedua matanya. "Maaf kamu sama sekali tidak berguna. Dan kamu tahu apa sekarang? Gara-gara kamu tidak bisa membawa gadis itu, Algazka sedang senang-sena

  • Istri Tawanan Tuan Tiran   232. Sesak Nafas

    "Kamu kenapa sih daritadi aku lihat gelisah banget?" tanya Garvin dengan nada pelannya. Jaga-jaga agar Almana tidak terbangun karena dia yang baru saja tertidur.Namun yang menjadi pusat perhatianya adalah Nadya, istri tersayang Garvin yang tampak gelisah. Dia berjalan mondar-mandir setelah menidurkan Almana."Gapapa." Nadya berusaha menenangkan diri meski hatinya memang gelisah.Garvin langsung mendekati Nadya dan memegang kedua bahunya sehingga dia berhenti dari mondar-mandir."Kenapa? Daritadi kamu kayak ulet mondar-mandir. Terus kamu masih mau bilang gapapa?""Enak aja ngatain aku kayak ulet!" Nadya merengut dan langsung duduk di sofa yang terdapat di dalam kamarnya.Kamar yang ditempati Nadya dan Garvin memiliki ruang yang luas sekali. Meski sifat Algazka sangat menyebalkan, tapi dia rela memberikan kamar yang layak. Padahal Nadya sempat mengira kalau Algazka akan menyuruh keluarga Allesa untuk tinggal di gudang. Tapi ternya

  • Istri Tawanan Tuan Tiran   231. Dua Lawan Satu

    Tangan Alano yang sudah dicengkeram membuat dia menoleh dan juga Reina yang melebarkan kedua matanya."Daskar?" Reina yang sangat terkejut ketika mendapatkan Daskar berada diantara mereka. Bukan hanya sekedar melihat posisinya yang di tengah-tengah mereka sekarang, tapi sikap Daskar yang sungguh membuat Reina terkejut.Genggaman tangan Daskar yang benar-benar menahan gerakan tangan Alano saat ingin meraih tangan Reina. Bahkan menyentuh saja belum sama sekali."Kamu ngapain?" tanya Reina pada Daskar. Meski Reina malas berbicara dengan Daskar, tapi melihat sikap dia yang sudah seperti ingin mengajak ribut jadi membuat Reina mau tidak mau berbicara lagi.Lagian apa-apaan sih Daskar yang selalu saja banyak tingkah akhir-akhir ini. Reina semakin lama tidak mengerti dengan apa yang Daskar lakukan. Curiga banget kalau sikap tuannya menular sama dia."Saya udah memperingatkan kamu, Alano!" Daskar menegaskan ucapannya tanpa menanggapi Reina sama s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status