"Semua sudah disiapkan dan sedang disortir untuk dilakukan pengemasan ulang." Salah satu petugas yang bekerja pada Algazka berbicara.Saat itu Algazka berada di sebuah bangunan kokoh yang letaknya cukup jauh dari pusat kota. Bangunan itu berdiri sendiri dan sekitarnya hanya ada ladang yang sudah lama tidak terpakai namun sekarang sudah dilakukan renovasi. Sehingga rumput-rumput berwarna hijau segar juga mulai terlihat dari beberapa bulan lalu. Ada beberapa ternak seperti domba dan juga sapi yang sengaja disediakan di ladang tersebut. Dan mereka semua ada pengurusnya."Berapa yang masuk?" tanya Algazka pada petugas tadi, Jhon namanya."Ini, Tuan Algazka." Jhon menyerahkan beberapa data yang terlampir diatas kertas.Berkas data yang sudah dilihat oleh Algazka dan tatapannya menyortir apa saja yang diatas kertas tersebut."Dan hari ini akan ada satu ton pengiriman lagi, Tuan Algazka." Jhon menyampikan.Algazka menganggukkan kepalanya. Tatapannya kembali melihat semua para pekerja yang me
"Iya, terus udah? Boleh kirim semuanya sekarang. Tapi ingat hati-hati dan jangan sampai ceroboh!" ucapan Algazka yang sempat Allesa dengar ketika dia berbicara di telepon dan tidak lama menutup panggilannya.Allesa mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar. Baru saja dia ingin memanggil Algazka untuk lekas turun biar segera sarapan. Pantas Algazka lama karena ternyata dia yang masih sibuk bekerja meski pekerjaannya dilakukan online. Allesa jadi penasaran tentang yang dibicarakan oleh Algazka.Suara pintu yang dibuka perlahan oleh Allesa membuat Algazka membalikkan badannya. Dia sudah tersenyum melihat Allesa sambil memasukkan hp ke dalam saku celananya."Haiii.""Hai. Kamu abis ngapain kok belom turun sarapan?" tanya Allesa yang sudah masuk ke dalam kamar."Ini aku mau turun." Algazka menghampiri Allesa dan meraih tubuh istrinya agar mendekat.Kecupan hangat sudah singgah sejenak di kening kepala dan juga rambut Allesa. Wan
"Coba liat deh bagusan yang mana? Ada warna biru sama warna pink. Menurut kamu cocokan mana yang dipakai sama aku buat kita breakfast nanti di bawah?"Pagi itu Allesa yang sudah bangun tampak sibuk bertanya pada Algazka yang baru saja membuka matanya tanpa niat bangun. Dia meletakkan dua pakaiannya di atas tempat tidur. Ingin meminta pendapat Algazka yang mana paling cocok untuk dirinya yang akan breakfast nanti bersama Algazka.Padahal biasanya dia bisa memilih sendiri. Tapi karena sudah menjadi istri dari Algazka jadi membuat Allesa ingin meminta pendapat suaminya. Padahal hanya untuk sekedar sarapan pagi di bawah. Tapi begitu lah Allesa.Paginya sudah sangat sibuk sekali hanya dengan bertanya soal pakaian."Algazkaaa.""Iyaaa." Algazka yang mau tidak mau membuka matanya. Masih sangat mengantuk. Untung saja yang membangunkan Allesa, bukan Daskar. Kalau Daskar mungkin dia akan menyuruh Daskar keluar dari kamarnya."Coba pilihin.
Reina masih terdiam setelah mendapatkan kejadian yang tidak pernah dia alami. Daskar menarik tubuhnya sehingga posisi mereka saling berdekatan dan seperti orang yang tengah berpelukan. Ditambah kata-kata Daskar yang mengatakan bahwa dia menyayangi Reina.Sebuah kalimat ungkapan yang Reina dengar dan cukup mengejutkan. Pasalnya selama ini Reina selalu yakin atas perasaan Daskar yang tidak pernah menaruh hati apalagi mengolah perasaannya sampai bersemi rasa sayang. Berbeda jauh dengan Reina yang sempat menaruh hati meski dia berusaha mengontrolnya sampai saat ini.Reina masih duduk melamun. Apakah rasa sayang Daskar sama seperti yang dimaksud oleh Reina? Atau perasaan itu memang sebatas sayang sebagai sesama teman saja. Karena banyak kan yang saling menyayangi dibalik hubungan pertemanan. Contohnya rasa sayang Reina yang juga tercurah untuk Allesa dan sebaliknya.Reina menghela nafasnya. Meski Daskar telah mengutarakan rasa sayang yang tidak pernah Reina den
Sebuah lorong panjang yang kiri kanan dindingnya berwarna abu semen. Tidak ada kebisingan yang sama sekali terdengar. Polos dan tidak memiliki hiasan sama sekali. Lorong panjang yang memiliki cahaya putih dan baru menyala ketika ada langkah yang bergerak. Sepertinya cahaya memang akan terdeteksi jika ada sensor pergerakan.Lorong panjang yang sunyi dan butuh beberapa menit untuk sampai diujung yang memiliki tangga turun ke bawah dan terihat gelap. Namun tidak lama lampu menyala ketika Daskar yang berada di posisi depan menurunkan kakinya satu langkah."Berhenti!" Nadya membuka suara setelah dia ikut masuk bersama Alando dan juga Algazka."Kenapa?" tanya Alando menoleh ke arah Nadya.Sang ibu yang tidak pernah dia hargai meski rasa sayang selalu tersimpan di dalam hati. Mungkin bagi Nadya, Alando memang bukan yang terbaik dan lahir sebagai anak pembangkang. Namun meski begitu, Alando tetap menyimpan hati pada perempuan yang sudah melahirkan dia.
Alando tersenyum kecut melihat Algazka yang kini ada di hadapan dia. Senyuman puas yang dia berikan pada Algazka karena ternyata lelaki itu menyimpan sebuah kebohongan yang menjadi kuncian Alando. Meski dia tidak tahu kebohongan apa, tapi yang jelas Alando tahu bahwa Algazka memang menyimpan sesuatu. Dan kebohongan itu berada di ruang yang terjaga."Bohong apaaa??" Sebuah pertanyaan yang membuat Daskar dan Alando menoleh.Langkah itu berjalan mendekati tiga sosok lelaki yang pada saat itu dilihatnya tengah berdebat. Daskar menundukkan kepalanya sesaat sebagai tanda hormat dan langkahnya dimundurkan meski dia masih berada disana."Algazkaaa! Saya nanya sama kamu." Nada sedikit tegas membuat tatapan Algazka mulai beralih.Sungguh Alando memang sangat brengsek sekali. Sejak awal dia bertemu, dia tidak pernah suka dengan Alando dengan semua tingkahnya. Dan terbukti sampai saat ini sikapnya yang senang membangkitkan rasa jengkel di dalam diri Algazka.