Share

Bab 2 - Ular Berbisa

Kini terdengar tawa genit dari pelayanku yang bernama Uriya. "Tapi, hanya saya yang bisa memuaskan Tuan, kan?" tambahnya lagi dengan suara dibuat-buat.

Benigno meludah ke lantai. "Jelas, Uriya! Bagiku, Clara seperti batang kayu. Tak mungkin aku mau menyentuhnya, cih!"

Kali ini, tenggorokanku tercekat. Bagaimana bisa dia tidak menyentuhku? Bukankah seminggu sekali, kami bercumbu dan selalu aku berakhir dengan tubuh telanjangku di bawah selimut? Tetapi, kebingunganku itu tak berlangsung lama.

Benigno tiba-tiba tertawa sebelum berkata, "Aku membiusnya dengan obat luar biasa kuat, hingga membuat serigalanya tertidur dan dia berhalusinasi seolah sudah kutiduri!"

Mendengarnya, Uriya kembali cekikikan. "Bodohnya dia….! Saya meracuninya dengan pil kontrasepsi dan Anda membiusnya, membuat serigalanya dorman. Sampai kiamat pun, perempuan itu tidak akan bisa hamil!"

"Oh iya, Sayangku! Berapa lama lagi aku harus menunggu sebelum Anda mencampakkan Clara?" tanya pelayan perempuan itu dengan suara semakin genit.

"Tunggulah sampai bulan depan. Perjanjian pernikahan kami hanyalah 3 tahun," ucap Benigno keji, "Karena tak ada keturunan darinya, akan kubiarkan ayahnya membusuk di penjara agar asetnya beralih ke klan Darmaraya"

Mendengar itu, tanganku mengepal. Perkara aset yang dirampas keluarga Benigno, sebenarnya hanya sepersekian persen dari warisan kekayaan yang dilimpahkan orangtuaku. Akan tetapi, nenek mengajariku agar selalu merendah terhadap pasangan hidup. Membangun sarang yang nyaman butuh kerendahan hati kedua pihak.

"Mari kita bermain permainan si bodoh dan si pintar," ucap roh serigala dalam diriku. Sepertinya, dia kesal karena sadar dibuat tertidur oleh obat Benigno. Aku pun setuju.

Tanpa suara, aku menuruni bangku dengan mantap langsung berlari menuju kandang ayam. Kemarin sore, tukang kebun kami menangkap ular. Biasanya, ular-ular itu ditampung dalam karung dan dia akan menjualnya sebagai obat atau sebagai daging makanan elang. Aku tidak tahu berapa banyak isi ular dalam karung, tapi segera kutumpahkan semua ular lewat jendela tadi.

Dalam sekejap, terdengar suara mendesis bercampur teriakan. Sepasang manusia serigala di kamar itu sontak berusaha keluar–mengabaikan tubuh mereka yang telanjang. Hanya saja, Benigno-lah yang pertama keluar. Dia bahkan tak peduli pada pelayan yang mungkin sedang digigit ular.

"Tolong aku, Tuan Benigno! Ular ini menggigitku!" teriakan Uriya terdengar pilu.

Aku tersenyum. Terlebih, kala Benigno menyadari kehadiranku. "Apakah kau mendengar suara suara itu, Benigno?" kataku berbisik, "kenapa kau tak menolongnya?"

Alih-alih menjawab, Benigno merintih kesakitan. Sepertinya, ia juga sempat tergigit ular. Hanya saja, aku tak lagi bersimpati.

Kuabaikan suami pengkhianatku itu. Dalam keadaan yang penuh emosi, aku masuk ke dalam mobil dan merasa hancur. Meskipun aku tidak ingin menangis, tetap saja sulit menahan air mata. Setelah cukup lega, aku pun memacu mobil menuju rumah mertuaku. Mereka harus tahu kelakuan anaknya yang jelas akan mencoreng kelompok serigala Darmaraya!

Di keluarga Darmaraya, mertuaku adalah Panatua yang terkuat.

"Benigno menelepon dan memberi tahu bahwa pengurus rumah tangga menemukan beberapa ular berkeliaran di dalam ruangan. Ini bukan pekerjaan hantu, bukan?!"

Secara naluriah, aku tersentak. Begitu tiba, ayah mertuaku yang merupakan tetua serigala Darmaraya, langsung menyerangku dengan pertanyaan. Alih-alih takut, kutatap dengan tenang pria yang dihormati kelompok serigala Darmaraya ini.

"Aku tak tahu. Tapi yang jelas, aku melihat Benigno melompat telanjang!" balasku sambil memutar video sepasang pria dan wanita melongok keluar jendela dalam kondisi tanpa pakaian.

Melihat itu, air muka kedua mertuaku seketika gelap. Brak! "Apa maumu Clara?!" tanyanya lalu bangkit dari tempat duduk.

Aku menelan ludah, sambil menyingkirkan ingatanku tentang pengkhianatan Benigno hari ini, "Aku ingin perkawinanku dengan Benigno batal. Lalu, kembalikan aset keluargaku segera!" tukasku berani.

"Lalu, kau akan menghapus video itu?" Kini mertua perempuanku ikut memberi respon. Dia adalah tipe yang sangat menjunjung tinggi nama baik.

Seketika saja, mataku berkilat kala menyadari peluang negosiasi. "Tentu! Setelah kalian memberikan semua aset keluarga saya kembali, maka video ini akan hilang selamanya!"

Menyadari posisi mereka di bawah, kedua serigala lansia itu menggeram, "Apa jaminannya video itu tidak bocor?!"

"Sederhana, saya akan memberikan menandatangani perjanjian dan juga menghancurkan video dan copy-nya," jawabku meyakinkan, lalu penuh penekanan, "Tentu saja, jika dokumen aset keluarga sudah di tangan saya."

"Pelayan kurang ajar!" Mertua perempuanku kini menggeram. "Seharusnya, aku sudah memiliki cucu sejak beberapa purnama lalu. Tapi, ternyata putraku meracunimu demi perempuan itu!"

Aku sedikit terkejut mendengar harapannya dan aku mengangguk. "Selama ini, saya menghormati Benigno sebagai pasangan," ucapku berpura-pura simpati, “Mungkin, saya terlalu naif." Sengaja aku merendah untuk mencapai tujuanku yang lebih tinggi.

Namun, aku merasakan ayah mertuaku masih enggan menerima kenyataan, "Tapi, tak bisakah kamu memaafkan Benigno?" ucapnya tiba-tiba, "Ayahmu saja yang merupakan Alpha dari klan El Wongso berkawin lagi!"

Mendengar itu, aku jelas mendengus masam. "Jika Anda lupa, Ibuku meninggal terkena ranjau darat. Alpha menikah lagi setelah sepuluh tahun bertahan tanpa istri. Bersikaplah bijak, jangan menghakimi klan kami!" ucapku dengan tegas. Jadi, tak akan kubiarkan keluarga Darmaraya merendahkan ayahku dengan menyamakan kelakuan Benigno.

"Baiklah," ucap pria tua di hadapanku menyerah, "Segera atur pertukarannya di hadapan ayahmu. Tetapi, dia harus tetap di penjara sesuai masa hukumannya." Dia mengayunkan tangan–menyuruhku pergi.

Ayahku yang merupakan Alpha dari El Wongso tidak sengaja membunuh salah satu paman dari Benigno yang mabuk wolfsbane dan menyebrang jalanan asal-asalan, sehingga Ia masih dipenjara oleh kelompok Darmaraya. 

Aku kembali menggangguk. "Tidak masalah!" jawabku. Lagipula, ayahku akan bebas bulan depan.

Sebelum aku melangkahkan kaki pergi dari hadapan dua mantan mertuaku ini, paman dari Benigno datang dengan tergopoh-gopoh. "Tunggu! Clara, apakah kamu yang melempar ular berbisa itu?!" serunya, panik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status