Di perusahaan Elios, beberapa pegawai baru sudah berkumpul di aula perusahaan tersebut. mereka sedang menunggu kedatangan pemimpin mereka untuk menyapa dan memperkenalkan diri.Di sana juga sudah ada Maya yang berdiri di antara beberapa pegawai baru, tak berselang lama orang yang mereka tunggu-tunggu muncul.Aura wibawa terasa sangat jelas saat Elios melangkah menuju podium, tatapan kagum mengarah padanya. Elios sudah terbiasa dengan hal seperti itu, dia memulai menyapa para pegawai baru itu sebagai formalitas."Selamat pagi semua." suara Elios menggaung di aula itu."Pagi Tuan." semua orang yang ada di sana menjawab sapaan Elios.Senyum simpul terlihat di wajahnya. "Baiklah, saya tidak mau basa basi jadi selamat bergabung di perusahaan Greyson Group, saya harap kalian semua bisa bekerja dan menyesuaikan lingkungan di sini dengan baik.""Terimakasih banyak, Tuan." sahut mereka serempak sembari membungkuk hormat."Sama-sama, saya akhiri pertemuan pagi ini. sekali lagi selamat bergabung
Sinar matahari mulai meredup, kabut perlahan muncul membuat suasana yang tadinya panas berubah dingin. hembusan angin menerbangkan beberapa helai daun yang sudah berwarna kuning.Di dalam rumahnya, Lavender baru saja membereskan mainan Ezra yang berserakan di lantai. dia mengelap keringatnya yang ada di kening menggunakan punggung tangannya."Fyuh~ akhirnya beres juga." gumam Lavender bangga dengan pekerjaannya barusan.Dia mendongak melihat ke arah jam dinding yang menggantung, jam sudah menunjukan pukul 17.30 waktu bersiap-siap masih panjang. Lavender memilih menuju dapur, dia berniat mengambil air putih untuk melegakan dahaganya.Tap. Tap. Tap.Sesaat dia menghentikan langkahnya kala melihat satu maid sedang memasak untuk makan malam."Bi, malam ini nggak perlu masak buat saya dan keluarga saya. Bibi masak buat kalian aja, saya mau ada acara di luar dan mungkin pulang malam." Ujar Lavender sopan.Pelayan itu mengangguk patuh, mereka kembali pada pekerjaan masing-masing. begitu juga
Suasana rumah mewah yang di huni oleh beberapa orang itu terlihat mencekam, tidak ada satu pun dari mereka yang membuka suara.hanya ada tatapan tajam yang saling menghunus satu sama lain, kecuali tatap Ezra yang sejak tadi fokus pada puding di depannya.Lavender jengah karena mereka semua diam, akhirnya dia bertanya lebih dulu pada Jasmine."Bu, kabar ibu bagaimana selama ini?" ujarnya menatap ke arah Jasmine.Raut tegang yang sedari tadi terlihat di wajah Jasmine, seketika memudar. dia tersenyum hangat pada menantu satu-satunya itu."Ibu sehat, Nak. maaf yah Ibu jadi ngerepotin kamu, padahal harusnya ibu yang ke rumahmu." ujar Jasmine menyesal.Lavender menggeleng pelan. "Nggak apa-apa, Bu. aku juga senggang jadi ibu nggak perlu merasa bersalah.""Memang Lavender yang seharusnya sering kesini bukan mertuanya, menantu kok sikapnya egois kaya gitu." sinis ibu Reynold ikut masuk dalam pembicaraan Lavender.Lavender menoleh ke ibu Reynold. "Duh Tante nggak punya kaca yah? kok bisa Tante
Tubuh Lavender terdiam kaku, dia tidak menoleh atau pun merespon ucapan yang di lontarkan Reynold."Kak Lavender, pasti sakit hati kalo Papah memperlakukan dia seperti itu. semua orang juga tau kalo Kak Lavender di jual kedua orang tuanya." jelas Reynold mengungkit kembali kenangan masa lalu Lavender.Jantung Lavender berdebar kencang, kilasan masa lalu yang sudah dia kubur dengan susah payah kembali menerobos masuk.Diam-diam Reynold menarik sudut bibirnya ke atas, dia menikmati saat Lavender terpuruk seperti ini. 'Ha... dia benar-benar imut.' batin Reynold.Jasmine jengah dengan keadaan di ruang makan itu, dia berdiri dari kursinya lalu menghampiri Lavender.Dia merangkul pundak Lavender hangat. "Sayang, nggak usah dengerin ucapan Reynold. lebih baik kita pergi menemui suami mu."Tanpa menjawab Lavender mengangguk, dia mengikuti Jasmine tanpa banyak kata. selepas kepergian mereka, kini hanya ada tiga orang tersisa di dalam ruang makan tersebut."Bagus, Rey. memang harusnya dari awa
Hari berganti hari dan bulan berganti tahun, tanpa terasa dua bulan sudah Lavender kembali ke masa lalu. selama itu juga banyak perubahan dalam hidupnya, termasuk hubungannya dengan Elios.Namun hingga hari berlalu, Elios belum juga memberitahukan pada istrinya kalau Maya sudah bekerja di kantornya. Elios terus menerus menunda-nunda mengatakan hal itu hanya karena alasan sepele yaitu dia tidak ingin istrinya sakit hati, namun dia lupa kalau istrinya bisa lebih sakit hati jika tau Elios menyembunyikan keberadaan Maya.Pagi ini, kediaman Greyson tampak ramai dengan celotehan Ezra. dia sedang duduk di pangkuan Lavender sembari memakan makanan dari sang mamah.Elios memperhatikan anak dan istrinya secara bergantian, senyum hangat tak bisa dia sembunyikan lagi. dia bahagia bahkan lebih bahagia dari yang dia bayangkan selama ini."Lav, lusa kamu mau hadir di acara ulang tahun perusahaan kita, kan?" tanya Elios setelah selesai memakan sarapannya.Lavender yang tadinya sibuk melihat tingkah E
Sinar matahari mulai menyingsing tinggi, di dalam kamarnya Lavender sedang bersiap-siap untuk pergi.Ezra masih asik duduk di atas ranjang dengan mainan di tangan kanannya.Tap. Tap. Tap."Sayang, selama Mamah pergi jangan nakal di rumah yah." pesan Lavender saat mendekat ke arah Ezra.Ezra mendongak. "Ya, Mah.""Anak pintar, kita turun temui omah yuk." ajaknya seraya mengulurkan kedua tangannya.Dengan senang hati, Ezra meraih tangan Lavender. dalam sekejap Ezra sudah berada di dalam gendongannya, mereka berdua turun menuju lantai satu tempat Jasmine menunggu mereka.Tap. Tap. Tap.Dari arah tangga, Lavender bisa melihat ibu mertuanya sedang tersenyum dari arah ruang keluarga."Ibu, udah lama?" tanya Lavender begitu sampai di hadapan Jasmine."Belum, Nak. baru saja ibu duduk." netra Jasmine tertuju pada cucu kesayangannya."Duh cucu omah udah mandi nih." ujarnya tersenyum lembut. Ezra mengangguk kecil, dia mendongak ke arah Lavender. "Mamah, jangan pelgi lama-lama.""Tentu, Mamah cu
Ruangan dengan cahaya remang-remang menjadi tempat penyekapan orang yang mengkhianati organisasi Lavender. Bau anyir tercium sangat jelas hingga membuat perut mereka sedikit bergejolak."Luca, apa ruangan ini nggak pernah di bersihkan?" "Pernah kok, dulu satu tahun yang lalu kalo nggak salah." sahut Luca enteng.Mendengar hal itu, wajah Lavender berubah miris. dia sebagai leader bahkan tidak memperhatikan kondisi markasnya, dia sibuk merenung dan meratapi nasibnya yang menurutnya sangat buruk.Kedua netra Lavender, menelisik ruangan itu. dia menghela nafas berat melihat betapa kotornya ruang tersebut."Besok suruh anak-anak bersihin ruangan ini, nanti saya kasih mereka hadiah." ujarnya pada Luca."Tumben kamu minta mereka membersihkan markas? memangnya mau ada apa, Lav?"Luca bertanya begitu karena tidak biasanya Lavender meminta berbenah, setahun yang lalu terjadi hal seperti ini dan Lavender membawa satu orang musuhnya lalu mengeksekusi di dalam ruangan itu."Nggak ada, memangnya k
Lavender mengusap wajahnya dengan kasar, ingatan tentang pertemuannya dengan Bara masih terasa sangat jelas. namun sampai akhir dia tidak memberikan jawaban yang pasti padanya."Ck mereka sangat menyusahkan, terutama Baskara." gumamnya.Tak ingin membuang waktu lebih lama, Lavender mulai mencatat rencana yang akan dia susun bersama Luca. dia sudah terlalu lama bersantai-santai hingga Baskara bisa seenaknya sendiri."Sepertinya lebih bagus, kalau aku kerjakan hal ini meletakan bolpoin di dagunya, dia mengetuk-ngetuk bolpoin itu secara perlahan pada dagunya.Pikiran sedikit bimbang, jika dia bergerak bisa saja Jasmine juga terkena imbasnya. namun satu sisi dia tidak bisa membiarkan Baskara terus mengintainya seperti makanan."Apakah ada cara lain yang nggak membahayakan ibu?" Di tengah-tengah pikirannya yang bimbang, bunyi ponsel dari sakunya membuat perhatian Lavender teralihkan. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat pesan dari Elios, yang menanyakan keberadaannya saat ini.Lavender