Di sebuah bar yang terletak di salah satu kota italia. Tempat biasa bagi orang-orang menghabiskan uang mereka, terlihat seorang wanita sedang duduk di pojok ruangan sembari menggerutu.
Dia Maya Harper, mantan pacar Elios Greyson yang dulu sempat menjadi satu-satunya wanita bagi hidup Elios sebelum sebuah insiden menghancurkan hubungan mereka."Ck brengsek, kenapa Elios sulit sekali di dekati?" gerutunya.Di saat itu pula datanglah dua pemuda yang menghampiri Maya, mereka mengenakan pakaian santai dan memegang wine di tangan masing-masing."Kamu kenapa, May?" tanya salah satu pemuda yang baru saja tiba di hadapannya.Maya mendongak menatap kedua pemuda tersebut. "Elios, susah banget di deketin ngeselin banget sumpah.""Pfftt lagian kamu bego banget, May. kamu kan tau Elios, udah nikah dimana-mana kalo orang udah married nggak mungkin mau sama cewek lain." ujar pemuda berambut coklat bernama Levi Miles."Yah aku setuju pendapat Levi, kamu harusnya sadar Elios bukan milik kamu lagi, May." Imbuh pemuda bernama Owen Brooks.Mendengar ceramah dari kedua sahabatnya, membuat Maya memutar kedua bola matanya malas."Kalian berdua sama sekali tidak membantu, harusnya kalian dukung aku buat balikan sama Elios, dia pasti masih suka sama aku." Ujar Maya dengan pede nya."May, aku tau kamu perempuan nggak tau diri tapi jangan sampai kamu juga nggak punya harga diri dong, kamu mau jadi pebinor heh?" sinis Levi .Maya tak menjawab, hal itu membuat Levi tidak habis pikir dengan otak temannya itu. dulu Maya lah yang membuat Elios pergi meninggalkan nya dan kini dia berusaha mendapatkan kembali laki-laki yang jelas-jelas sudah berkeluarga.Levi dan Owen duduk di samping Maya. mereka menenggak wine yang sejak tadi masih mereka pegang sembari mengobrol ringan."Btw aku dapat kabar katanya perusahaan, Greyson, mau buka cabang baru kalian tau dimana?" cetus Owen.Levi menggelengkan kepalanya polos. "Nggak tau, bukannya kabar itu hanya hoaks yah?""Iya juga sih, sampai sekarang masih adem-adem aja." Sahut Owen.Maya yang sejak tadi mendengarkan percakapan kedua sahabatnya, menjadi penasaran tentang perusahaan milik mantannya itu."Aku juga lihat di berita dan koran katanya hubungan dia sama istrinya makin buruk, apa itu juga hoaks?"tanya Owen lagi."Kalo itu aku juga nggak tau istri, Elios, nggak pernah muncul ke publik sama sekali waktu ada acara perusahaan suaminya juga dia nggak pernah ikut." ujar Levi mengingat pertemuannya dengan Elios beberapa bulan yang lalu.Maya yang sudah sangat kepo akhirnya ikut nimbrung di dalam percakapan Levi serta Owen."Jangan-jangan mereka mau cerai makanya, Elios nggak pernah ngajak istrinya kemana pun." cetus Maya tiba-tiba.Levi dan Owen menganga mendengar ucapan Maya, Levi menoleh ke arah Owen seolah bertanya apa dia juga mendengar hal yang sama dari ucapan Maya.Owen yang di tatap oleh Levi hanya mengangkat kedua bahunya acuh, dia sendiri tidak menduga jika pikiran itu memasuki kepala Maya. Levi kembali menoleh ke arah Maya yang sedang sibuk memainkan kuku-kuku panjangnya."Kamu gila, May? bisa-bisanya kamu kepikiran hal seperti itu!" sinis Levi." Ck itu cuma dugaan kali, Lev, kenapa sih dari tadi kamu seperti nggak suka banget lihat aku ghibahin istrinya, Elios?" heran Maya.Dia merasa Levi sangat sensitif jika menyangkut istri Elios yang belum pernah bertemu dengan mereka selama ini.Tak hanya Maya yang merasa aneh dengan sikap Levi, Owen sebagai sahabat dekatnya juga merasakan hal yang sama."Iya, Lev, kamu kenapa? reaksi mu beda dari biasanya." Ujar Owen menambahkan.Levi terdiam untuk beberapa saat, dia menghela nafas lelah sebelum menjawab pertanyaan dari kedua temannya ."Nggak apa-apa, aku cuma banyak kerjaan aja akhir-akhir ini makanya pikiranku sangat sensitiv." Sahut Levi ."Jangan bohong deh, kamu pasti nutupin sesuatu dari kita berdua kan?" tuduh Maya sedikit meninggikan suaranya.Levi menatap kedua bola mata Maya dengan datar. "Terserah mau kalian percaya atau enggak, aku tidak perduli aku cuma berharap, Maya, bisa membuka matanya lebar-lebar dan jauhi Elios, supaya dia bisa bahagia sama keluarganya."Tak terima dengan nada bicara Levi yang membentaknya, Maya berdiri dan menarik kerah baju Levi kasar.Srett!"Kamu! jangan pernah sekali pun menasehati ku, tanpa kamu kasih tau pun aku bisa menemukan jalan mana yang harus aku ambil." sentak Maya.Levi tersenyum smirk. " Yah aku harap kamu bisa berubah sebelum takdir yang merubah mu secara paksa ."Levi melepas cekalan Maya di bajunya lalu merapikan kembali bajunya yang kusut. Levi kembali berdiri dia menatap Owen dan Maya secara bergantian."Kita memang berteman, May , tapi aku nggak mau kalau sampai terseret dengan rencana kamu yang menginginkan Elios, kembali kamu masih ingat kejadian dulu kan? harusnya kamu belajar dari sana." Ucap Levi datar.Dia menoleh ke arah Owen dan berucap. "Wen anterin, Maya, aku pergi duluan.""Kamu mau kemana, Lev?" heran Owen .Tidak biasanya Levi pulang lebih dulu seperti ini jika sedang berkumpul dengan nya, namun hari ini sikap Levi benar-benar berubah."Aku ada acara di rumah, aku pergi bye." Pamit Levi dan berlalu dari hadapan kedua temannya itu.Maya dan Owen menatap punggung Levi yang kian menjauh dari pandangan mereka berdua."Levi, kenapa yah? dia beda banget hari ini." cetus Maya.Owen mengangkat kedua bahunya acuh , "Mungkin lagi banyak pikiran tuh anak.""Iya sih kelihatan dari matanya kaya cape banget." imbuh Maya berpikir positif.Owen menyetujui ucapan Maya, mereka berdua kembali duduk dan menikmati alunan musik yang ada di dalam ruangan itu .___________Di sisi Lavender, dia sedang berkutat dengan laptopnya. meski waktu sudah memasuki tengah malam namun Lavender masih betah terjaga.Tadi setelah Elios melihat Ezra sebentar, Lavender langsung menyuruhnya kembali ke dalam kamarnya. Lavender masih tidak suka berdekatan dengan Elios. Setelah Elios pergi Lavender bergegas membuka laptop dan mengirim pesan pada seseorang.' Saya akan kembali ke markas lusa, sampaikan pada yang lain untuk berkumpul di aula setengah jam sebelum saya datang.'Pesan itu Lavender kirimkan ke dalam e-mail wakilnya yang selama ini menggantikan dirinya memimpin organisasi.Yah, Lavender Pradivta adalah leader dari organisasi gelap bernama THE UNTOUCHABLE atau biasa di singkat T.U oleh mereka .Organisasi Lavender baru berdiri selama empat tahun lamanya, namun setelah menikah Lavender menjadi acuh dan mengabaikan organisasinya begitu saja.Tidak ada yang tau jika Lavender merupakan leader sebuah organisasi dunia bawah termasuk suaminya, identitasnya sebagai leader T.U sangat dia tutupi dengan rapat dari orang-orang di sekitarnya.Dalam kehidupan sebelumnya satu bulan sebelum Lavender meninggal, organisasi yang dia dirikan hancur di ledakan oleh seseorang yang belum Lavender temukan hingga dia mati .Kala itu banyak nyawa yang menjadi korban penyerangan tersebut termasuk wakilnya, dan kini Lavender tidak ingin melihat hal itu terjadi lagi maka dari itu dia berniat kembali turun tangan dalam menangani organisasinya, dia merasa sudah cukup baginya untuk terus bersembunyi seperti sekarang hanya karena merasa hidupnya tidak adil.Terlebih sekarang dia harus siap siaga untuk melindungi Ezra dari para musuh yang mengincar The Untouchable, Lavender tak bisa membiarkan putranya menjadi incaran para pesaing di dunia gelap."Aku, harus secepatnya menemukan siapa dalang penyerangan markas ku di masa lalu." tekad Lavender.Sinar matahari mulai menerobos masuk, melalui celah-celah kecil dari jendela kamar Lavender. Di atas ranjang king size, terlihat dua orang masih tertidur pulas.Beberapa saat kemudian, orang yang tak adalah Lavender dan Ezra mulai menggeliat di atas tempat tidur. Lavender perlahan membuka kedua kelopak matanya."Eugh, sudah pagi ternyata." Gumamnya lirih.Tangannya yang masih memeluk Ezra, perlahan dia angkat. Lavender menyentuh kening Ezra perlahan."Sukur lah, panasnya sudah turun." Ucap Lavender lega.Lavender perlahan keluar dari selimut tebal itu, dia turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar mandi.Lima belas menit kemudian, Lavender kembali keluar dari kamar mandi setelah membasuh wajahnya dan sikat gigi.Dia mendekat ke arah Ezra, lalu mengecup singkat kening Ezra penuh kasih sayang.Dia menatap dalam sosok mungil, yang terbungkus selimut di atas ranjang king sizenya.'Akhhh, aku sangat ingin memakan pipinya yang gembul itu.' Batin Lavender menjerit gemas.Sesaat kemudian,
"LAVENDER PRADIVTA!" Suara teriakan menggema dalam mansion Greyson, Lavender menoleh ke arah tangga. Dia melihat Elios sedang menuruni tangga dengan tergesa-gesa.Tap. Tap. Tap.Saat Elios sampai di depan istrinya, Elios hendak menarik pergelangan tangan Lavender namun langsung di tepis olehnya."Cepat katakan apa maumu? kenapa pagi-pagi kamu sudah berteriak seperti di hutan, El?" tukas Lavender dingin."Hah~ harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kamu mengumpulkan semua pelayan pagi-pagi begini?" ujar Elios menurunkan nada suaranya."Aku, hanya mendisiplinkan mereka, itu saja tidak lebih." Mendengar jawaban acuh tak acuh dari Lavender, membuat kepala Elios berdenyut-denyut. Dia sulit memahami pikiran Lavender yang sering kali membuatnya salah paham."Lav, kalo kamu mau mendisiplinkan mereka tidak perlu menggunakan cara kasar seperti ini." Ujar Elios mencoba memberi pemahaman."Kasar? maksudmu kasar seperti apa? aku tidak menyentuh mereka, aku tidak memukul atau pun menampar mere
Tiga hari telah berlalu sejak pertengkarannya dengan Elios, malam ini Lavender berniat mengunjungi markasnya. namun sebelum itu dia hendak menemui Elios terlebih dulu.Tok. Tok. Tok.Lavender mengetuk pintu kamar Elios tiga kali, tak berselang lama pintu terbuka menampilkan sosok Elios yang sedang bertelanjang dada."Lav, ada apa?" heran Elios."Jaga, Ezra, aku ada perlu di luar." Ujar Lavender tanpa basa basi.Mendengar hal itu, kedua alis Elios terangkat."Malam-malam begini? lebih baik besok saja kalau mau pergi keluar, Lav, hari ini sudah terlalu malam." Nasehat Elios."Aku tidak meminta pendapatmu, El, aku hanya minta kamu jagain, Ezra, selama aku pergi." Tukas Lavender dingin.Helaan nafas berat terdengar dari Elios, melihat sorot mata Lavender yang begitu dingin membuat Elios mau tak mau akhirnya mengangguk pasrah, dia tidak ingin bertengkar dengan Lavender seperti beberapa hari yang lalu."Oke, aku akan menjaganya tapi, kamu harus pergi membawa bodyguard, agar mereka bisa menj
Semilir angin malam, menerbangkan helai demi helai rambut Lavender yang sedang berdiri di balkon kamarnya.Satu minggu sudah berlalu sejak dia kembali hidup dari kematiannya. saat ini pikiran Lavender sedang menerawang jauh pada kejadian beberapa tahun yang lalu, saat dia di jual sebagai jaminan untuk mendapatkan bantuan dana dari Elios Greyson.Beberapa tahun yang lalu.........Mansion Pradivta terlihat tenang dari luar, namun berbeda dengan kondisi di dalamnya yang terlihat sangat tegang.Di ruang tamu terlihat seorang gadis yang baru saja pulang sekolah, menatap murka pada kedua orang tuanya."Maksud kalian apa? Kenapa kalian tega melakukan ini padaku." Sentak gadis yang baru menginjak usia 17 tahun, dia Lavender Pradivta."Jangan banyak tanya, Lavender! kamu cukup mengikuti perintah kami." Sahut sang ayah."Kenapa aku harus mengikuti perintah kalian? selama ini aku selalu menuruti semua ucapan kalian, tapi apa yang aku dapat hah? kalian bahkan enggan menganggap aku sebagai putri ka
Lavender sedang bersiap-siap pergi membeli pakaian bersama, Ezra. dia sudah memandikan putranya tadi, hari ini Lavender mengenakan atasan blouse berwarna putih di padukan dengan celana panjang berwarna hitam.Rambut hitamnya dia gerai begitu saja, setelah semua siap. Lavender menghampiri Ezra yang sedang duduk di ranjang king size sembari mengayun-ayunkan kedua kakinya."Sayang, maaf yah, Mamah, lama." Ujar Lavender tak enak.Ezra menoleh, dia kagum dengan wajah ibunya sendiri."Mamah, cantik." cetus Ezra.Lavender tertawa lirih, dia berjongkok di depan Ezra lalu mengecup singkat pipi chubby putranya."Kamu, juga ganteng." Sahut Lavender."Kita berangkat sekarang yuk, mumpung belum siang." ajaknya pada Ezra.Ezra mengangguk kecil, dia turun dari ranjang di bantu Lavender. mereka berdua bergandengan tangan menuju pintu keluar.Saat Lavender membuka pintu, dia terkejut melihat Elios berdiri di depannya."El? ngapain kamu berdiri di sini?" heran Lavender.Mendengar pertanyaan tersebut, E
Ruangan bernuansa abu-abu yang menjadi warna favorit bagi Elios, terlihat hening dan tenang sebelum seseorang menerobos masuk ke dalam ruangannya.BRAAKK.Elios yang tadinya sedang sibuk menggoreskan pulpen di atas kertas, seketika langsung melihat ke arah pintu.Dia tertegun melihat ibunya datang secara tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dulu.Elios bergegas menyambut kedatangan ibunya, dia memundurkan kursi kebesarannya dan melangkah menuju tempat ibunya berdiri."Bu, tumben kesini nggak ngabarin dulu?" ucap Elios begitu berhadapan dengan ibunya."Ibu, buru-buru jadi tidak sempat memberitahu mu. ngomong-ngomong ada hal penting yang ingin, Ibu, bicarakan denganmu, Nak." sahut Ibu Elios yang bernama JASMINE GREYSON.Elios mengernyit heran, dia lantas mengajak ibunya menuju sofa panjang yang ada di samping meja kerja Elios.Mereka berdua duduk saling berjejeran, Jasmine nama ibu Elios. dia meraih tangan putranya secara mendadak hingga membuat Elios terkejut."Bu, ada apa?" heran El
Kondisi kediaman Greyson mendadak berubah tegang, semua yang memakan kue buatan Lavender muntah-muntah, terlebih Ezra yang sudah terkulai lemas.Lavender berdiri dari kursi ruang makan, dia menuju ke arah dapur. Melihat kondisi semakin tak terkendali, Lavender langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi dokter pribadi keluarganya.Setelah menelfon dokter, Lavender berlari sembari menggendong Ezra menuju ruang keluarga. dia mengambil kotak obat lalu mencari obat anti mual, setelah mendapatkannya dia kembali ke arah dapur dan memberikan obat tersebut pada para pelayan."Kalian, minum ini dulu. sebentar lagi dokter datang kalian masih kuat nunggu, kan?" ucap Lavender.Para pelayan mengangguk, mereka mengambil obat tersebut dan langsung meminumnya.Tak berselang lama dokter pun datang, Ezra menjadi pasien pertama yang di periksa oleh dokter pribadi keluarganya."Dok, bagaimana kondisi anak saya?" cemas Lavender.Dokter itu menoleh ke arah Lavender, dia sedikit merasa takut saat mau meny
Setengah jam kemudian, Elios sampai di halaman mansionnya. dia memarkirkan mobilnya di garasi.Setelah membawa dua kotak mainan di tangannya, Elios bergegas memasuki mansion.Ceklek.Pintu terbuka lebar, namun suasana di dalam rumahnya tampak sepi dan sunyi. tidak ada satu pun pelayan yang berlalu lalang seperti biasanya."Kemana perginya semua orang?" gumam Elios.Dia melangkah menuju tangga, lalu menaikinya perlahan-lahan. sesaat kemudian dia sampai di depan pintu kamar Lavender yang sedikit terbuka.Baru saja Elios ingin membuka pintu, tiba-tiba dia mendengar pembicaraan antara Lavender dan dokter pribadinya."Dok, nanti kirim semua laporan yang terkena racun pada saya, soal biaya berobat nanti saya transfer pada anda." ujar Lavender."Baik, Nyonya, nanti saya-"BRAAKK.Belum sempat dokter itu menyelesaikan ucapannya, suara pintu di buka secara kasar membuat mereka berdua terlonjak kaget."Apa-apaan ini?" tanya Elios.Raut wajahnya tampak sangat marah, dia berjalan ke arah Lavender