Sinar matahari mulai menerobos masuk, melalui celah-celah kecil dari jendela kamar Lavender. Di atas ranjang king size, terlihat dua orang masih tertidur pulas.
Beberapa saat kemudian, orang yang tak adalah Lavender dan Ezra mulai menggeliat di atas tempat tidur. Lavender perlahan membuka kedua kelopak matanya."Eugh, sudah pagi ternyata." Gumamnya lirih.Tangannya yang masih memeluk Ezra, perlahan dia angkat. Lavender menyentuh kening Ezra perlahan."Sukur lah, panasnya sudah turun." Ucap Lavender lega.Lavender perlahan keluar dari selimut tebal itu, dia turun dari ranjang dan bergegas menuju kamar mandi.Lima belas menit kemudian, Lavender kembali keluar dari kamar mandi setelah membasuh wajahnya dan sikat gigi.Dia mendekat ke arah Ezra, lalu mengecup singkat kening Ezra penuh kasih sayang.Dia menatap dalam sosok mungil, yang terbungkus selimut di atas ranjang king sizenya.'Akhhh, aku sangat ingin memakan pipinya yang gembul itu.' Batin Lavender menjerit gemas.Sesaat kemudian, dia menggelengkan kepalanya dengan brutal."Huh, bisa-bisa aku terkena diabetes jika disini terlalu lama." Gumam Lavender.Dia membernarkan selimut di tubuh Ezra, lalu berbalik menuju pintu keluar. Jam baru menunjukan pukul 06.00 pagi, Lavender berniat membuat sarapan untuknya dan juga Ezra.Tap. Tap. Tap.Lavender mulai menuruni tangga, dia melihat para pelayan yang sedang berlalu lalang di depannya seketika berhenti."N-Nyonya." ucap para pelayan itu tak bisa menutupi raut keterkejutan di wajah mereka.Lavender mengernyitkan dahinya heran melihat reaksi para pelayan saat melihatnya.'Mungkinkah, masih ada belek di mataku? sampai reaksi mereka begitu terkejut?' batin Lavender bertanya-tanya.Dia menyentuh kedua matanya untuk memastikan jika dugaannya salah.'Semua aman, tapi kenapa mereka begitu takut seolah melihat hantu?' batin Lavender lagi.Dia tidak menyadari jika wajahnya memang terlihat menakutkan, terlebih sorot matanya yang lebih mirip harimau sedang mengincar mangsanya.Lavender mengamati mereka semua dari ujung kaki hingga ujung rambut.Sesaat kemudian Lavender teringat kejadian beberapa hari yang lalu, dia melangkah menghampiri satu pelayan yang sedang memegang kemoceng."Dimana, kepala pelayan?" tanya Lavender datar."Ke-kepala pelayan a-ada di dapur, Nyonya." jawab pelayan itu gagap.Lavender menarik sudut bibirnya ke atas, dia masih mengenakan piyama tidur yang memiliki bahan sedikit lebih tipis dari pakaian biasanya.Pluk.Lavender menepuk pundak pelayan itu pelan. "Tolong panggilkan, kepala pelayan kesini." Cetus Lavender.Tanpa menunggu lama, pelayan itu mengangguk lalu berbalik menuju arah dapur.Tak berselang lama, kepala pelayan pun datang dengan tergesa-gesa menuju tempat Lavender berdiri. Begitu tiba di depan Lavender, kepala pelayan tersebut merasakan perasaan tidak enak saat melihat tatapan Lavender yang sangat tajam."Nyonya, memanggil saya?" tanya kepala pelayan yang bernama Sisil."Benar, kalau tidak salah nama kamu, Sisil?" ujar Lavender."Iya, Nyonya." Sahut kepala pelayan itu.Diam-diam Lavender tersenyum smirk, dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Apa benar, kamu yang bertanggung jawab atas keperluan, Ezra?" tanya Lavender masih dengan nada datar."Iya, N-Nyonya." Sahut Sisil mulai gemetaran.Lavender mengangguk-anggukan kepalanya pelan, perlahan Lavender melangkah maju hingga membuat jarak di antara kepala pelayan dan dirinya menipis."Apakah, aku yang menyuruhmu untuk memberikan baju compang camping pada, Ezra?" ucap Lavender dengan nada rendah.Degh.Seketika raut wajah Sisil berubah pias, keringat dingin mulai membanjiri dahi dan telapak tangannya.Sisil meremas kasar kedua tangannya yang berkeringat.Melihat reaksi Sisil, Lavender tak bisa menyembunyikan kekesalannya."Kamu, kesini cepat." panggil Lavender pada salah satu pelayan yang berdiri di belakang Sisil."Ada apa, Nyonya?" tanya pelayan itu."Ambilkan buku keuangan yang di pegang, kepala pelayan, sekarang!" titah Lavender tak terbantahkan.Mendengar hal itu, semua pelayan yang ada di sana terkejut. mereka tak menyangka nyonya rumah yang selama tidak pernah perduli dengan uang yang keluar masuk dalam mansion itu, kini secara tiba-tiba menginginkan buku keuangan yang selalu di pegang oleh kepala pelayan.Takut dengan amarah Lavender, pelayan yang tadi di perintahnya bergegas mengambil buku keuangan itu.Sambil menunggu, Lavender mulai menginterogasi semua pelayan yang kini sudah berdiri di depannya."Di antara kalian semua, apakah ada yang pernah memperlakukan putraku secara kasar?" ucap Lavender penuh penekanan.Para pelayan saling pandang satu sama lain, lalu mereka semua menundukkan kepalanya masing-masing."Maafkan kami, Nyonya, kami mengaku salah." Sahut para pelayan tersebut serempak."Ah~ jadi kalian semua pernah memperlakukan putraku dengan buruk!"Tatapan Lavender berkilat tajam, dia menelisik satu persatu semua pelayan yang masih menundukkan kepalanya. hingga ada salah satu pelayan yang mendongak, dia menatap Lavender takut-takut."K-kami, melakukan itu karena, Nyonya, juga memperlakukan, Tuan muda, dengan buruk." cetus pelayan itu."Jadi kalian semua mengikuti ku?" tanya Lavender tersenyum tipis.Tanpa ragu, pelayan itu mengangguk membenarkan ucapan Lavender."Benar, Nyonya, kami tidak mungkin berani melakukan hal buruk terhadap, Tuan muda, jika Nyonya, lebih perduli padanya." Jawab pelayan tersebut lantang.'Hah~ lagi-lagi ini salah ku.' batin Lavender menyesal.Lavender mendekat ke arah pelayan yang sudah berani menyuarakan pendapatnya.Tap. Tap. Tap."Siapa nama mu?" tanya Lavender begitu berhadapan dengan pelayan tadi."Saya, Nana, Nyonya." sahut pelayan itu sopan."Baiklah, saya akan mengingat nama kamu, Nana." ujar Lavender.Di tengah perbincangan mereka, datanglah pelayan yang membawa buku keuangan dari lorong yang menuju kamar para pelayan.Drap. Drap. Drap."Hosh....Hosh.. ini, Nyonya, bukunya." Ucap Pelayan itu kelelahan.Lavender mengambil buku tersebut dari tangan pelayan itu, dan mulai membaca lembar demi lembar buku berwarna hitam tersebut.Beberapa saat kemudian, Lavender kembali menutup buku tersebut. Dia melihat ke arah kepala pelayan yang sejak tadi tidak berani menatapnya."Kamu, kemanakan semua uang yang tertulis di buku ini?" ujar Lavender dingin."N-Nyonya, saya bisa jelasin semuanya ta-""Cepat jawab! jangan membuang-buang waktuku, Sisil." potong Lavender.Para pelayan yang menyaksikan hal tersebut, meneguk salivanya secara kasar. sorot mata Lavender seperti menusuk tulang belulang mereka semua.'Nyonya, sangat menakutkan jika marah.' batin semua pelayan yang ada di sana.Bruuk.Tiba-tiba kepala pelayan itu berlutut di kaki Lavender, dia menangis sembari memohon pada Lavender."Nyonya, s-saya mengaku salah. Jangan pecat saya, Nyonya." ujar Sisil memohon.Lavender menarik kakinya yang sedang di pegang oleh Sisil secara kasar, hingga membuat pegangan Sisil terlepas."Sisil, saya mempercayakan anak ku sama kamu bukan untuk di perlakukan buruk. saya memberikan kamu uang pegangan semua itu untuk memenuhi kebutuhan, Ezra." ucap Lavender kecewa."Tapi apa yang saya dapat hah? kamu meremehkan saya? memang saya bukan ibu yang baik, saya tidak mengelak tentang hal itu makanya saya meminta kamu menjaga, Ezra." jelas Lavender panjang lebar.Nafas naik turun, wajahnya tampak merah padam menahan amarah yang sudah melambung tinggi hingga ke ubun-ubun.Sisil hanya bisa menangis sesenggukan berharap Lavender mau memaafkan kesalahannya.Sayangnya harapan itu tidak terkabul, Lavender yang memiliki sikap tegas langsung mengusir kepala pelayannya tanpa memberinya pesangon."Mulai detik ini, kamu keluar dari rumah saya! jangan tunjukan lagi wajahmu di sekitar saya mengerti." sentak Lavender."Tapi, Nyonya-" belum sempat Sisil menyelesaikan ucapannya, sebuah suara memanggil Lavender dari lantai atas."LAVENDER PRADIVTA!""LAVENDER PRADIVTA!" Suara teriakan menggema dalam mansion Greyson, Lavender menoleh ke arah tangga. Dia melihat Elios sedang menuruni tangga dengan tergesa-gesa.Tap. Tap. Tap.Saat Elios sampai di depan istrinya, Elios hendak menarik pergelangan tangan Lavender namun langsung di tepis olehnya."Cepat katakan apa maumu? kenapa pagi-pagi kamu sudah berteriak seperti di hutan, El?" tukas Lavender dingin."Hah~ harusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kamu mengumpulkan semua pelayan pagi-pagi begini?" ujar Elios menurunkan nada suaranya."Aku, hanya mendisiplinkan mereka, itu saja tidak lebih." Mendengar jawaban acuh tak acuh dari Lavender, membuat kepala Elios berdenyut-denyut. Dia sulit memahami pikiran Lavender yang sering kali membuatnya salah paham."Lav, kalo kamu mau mendisiplinkan mereka tidak perlu menggunakan cara kasar seperti ini." Ujar Elios mencoba memberi pemahaman."Kasar? maksudmu kasar seperti apa? aku tidak menyentuh mereka, aku tidak memukul atau pun menampar mere
Tiga hari telah berlalu sejak pertengkarannya dengan Elios, malam ini Lavender berniat mengunjungi markasnya. namun sebelum itu dia hendak menemui Elios terlebih dulu.Tok. Tok. Tok.Lavender mengetuk pintu kamar Elios tiga kali, tak berselang lama pintu terbuka menampilkan sosok Elios yang sedang bertelanjang dada."Lav, ada apa?" heran Elios."Jaga, Ezra, aku ada perlu di luar." Ujar Lavender tanpa basa basi.Mendengar hal itu, kedua alis Elios terangkat."Malam-malam begini? lebih baik besok saja kalau mau pergi keluar, Lav, hari ini sudah terlalu malam." Nasehat Elios."Aku tidak meminta pendapatmu, El, aku hanya minta kamu jagain, Ezra, selama aku pergi." Tukas Lavender dingin.Helaan nafas berat terdengar dari Elios, melihat sorot mata Lavender yang begitu dingin membuat Elios mau tak mau akhirnya mengangguk pasrah, dia tidak ingin bertengkar dengan Lavender seperti beberapa hari yang lalu."Oke, aku akan menjaganya tapi, kamu harus pergi membawa bodyguard, agar mereka bisa menj
Semilir angin malam, menerbangkan helai demi helai rambut Lavender yang sedang berdiri di balkon kamarnya.Satu minggu sudah berlalu sejak dia kembali hidup dari kematiannya. saat ini pikiran Lavender sedang menerawang jauh pada kejadian beberapa tahun yang lalu, saat dia di jual sebagai jaminan untuk mendapatkan bantuan dana dari Elios Greyson.Beberapa tahun yang lalu.........Mansion Pradivta terlihat tenang dari luar, namun berbeda dengan kondisi di dalamnya yang terlihat sangat tegang.Di ruang tamu terlihat seorang gadis yang baru saja pulang sekolah, menatap murka pada kedua orang tuanya."Maksud kalian apa? Kenapa kalian tega melakukan ini padaku." Sentak gadis yang baru menginjak usia 17 tahun, dia Lavender Pradivta."Jangan banyak tanya, Lavender! kamu cukup mengikuti perintah kami." Sahut sang ayah."Kenapa aku harus mengikuti perintah kalian? selama ini aku selalu menuruti semua ucapan kalian, tapi apa yang aku dapat hah? kalian bahkan enggan menganggap aku sebagai putri ka
Lavender sedang bersiap-siap pergi membeli pakaian bersama, Ezra. dia sudah memandikan putranya tadi, hari ini Lavender mengenakan atasan blouse berwarna putih di padukan dengan celana panjang berwarna hitam.Rambut hitamnya dia gerai begitu saja, setelah semua siap. Lavender menghampiri Ezra yang sedang duduk di ranjang king size sembari mengayun-ayunkan kedua kakinya."Sayang, maaf yah, Mamah, lama." Ujar Lavender tak enak.Ezra menoleh, dia kagum dengan wajah ibunya sendiri."Mamah, cantik." cetus Ezra.Lavender tertawa lirih, dia berjongkok di depan Ezra lalu mengecup singkat pipi chubby putranya."Kamu, juga ganteng." Sahut Lavender."Kita berangkat sekarang yuk, mumpung belum siang." ajaknya pada Ezra.Ezra mengangguk kecil, dia turun dari ranjang di bantu Lavender. mereka berdua bergandengan tangan menuju pintu keluar.Saat Lavender membuka pintu, dia terkejut melihat Elios berdiri di depannya."El? ngapain kamu berdiri di sini?" heran Lavender.Mendengar pertanyaan tersebut, E
Ruangan bernuansa abu-abu yang menjadi warna favorit bagi Elios, terlihat hening dan tenang sebelum seseorang menerobos masuk ke dalam ruangannya.BRAAKK.Elios yang tadinya sedang sibuk menggoreskan pulpen di atas kertas, seketika langsung melihat ke arah pintu.Dia tertegun melihat ibunya datang secara tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dulu.Elios bergegas menyambut kedatangan ibunya, dia memundurkan kursi kebesarannya dan melangkah menuju tempat ibunya berdiri."Bu, tumben kesini nggak ngabarin dulu?" ucap Elios begitu berhadapan dengan ibunya."Ibu, buru-buru jadi tidak sempat memberitahu mu. ngomong-ngomong ada hal penting yang ingin, Ibu, bicarakan denganmu, Nak." sahut Ibu Elios yang bernama JASMINE GREYSON.Elios mengernyit heran, dia lantas mengajak ibunya menuju sofa panjang yang ada di samping meja kerja Elios.Mereka berdua duduk saling berjejeran, Jasmine nama ibu Elios. dia meraih tangan putranya secara mendadak hingga membuat Elios terkejut."Bu, ada apa?" heran El
Kondisi kediaman Greyson mendadak berubah tegang, semua yang memakan kue buatan Lavender muntah-muntah, terlebih Ezra yang sudah terkulai lemas.Lavender berdiri dari kursi ruang makan, dia menuju ke arah dapur. Melihat kondisi semakin tak terkendali, Lavender langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi dokter pribadi keluarganya.Setelah menelfon dokter, Lavender berlari sembari menggendong Ezra menuju ruang keluarga. dia mengambil kotak obat lalu mencari obat anti mual, setelah mendapatkannya dia kembali ke arah dapur dan memberikan obat tersebut pada para pelayan."Kalian, minum ini dulu. sebentar lagi dokter datang kalian masih kuat nunggu, kan?" ucap Lavender.Para pelayan mengangguk, mereka mengambil obat tersebut dan langsung meminumnya.Tak berselang lama dokter pun datang, Ezra menjadi pasien pertama yang di periksa oleh dokter pribadi keluarganya."Dok, bagaimana kondisi anak saya?" cemas Lavender.Dokter itu menoleh ke arah Lavender, dia sedikit merasa takut saat mau meny
Setengah jam kemudian, Elios sampai di halaman mansionnya. dia memarkirkan mobilnya di garasi.Setelah membawa dua kotak mainan di tangannya, Elios bergegas memasuki mansion.Ceklek.Pintu terbuka lebar, namun suasana di dalam rumahnya tampak sepi dan sunyi. tidak ada satu pun pelayan yang berlalu lalang seperti biasanya."Kemana perginya semua orang?" gumam Elios.Dia melangkah menuju tangga, lalu menaikinya perlahan-lahan. sesaat kemudian dia sampai di depan pintu kamar Lavender yang sedikit terbuka.Baru saja Elios ingin membuka pintu, tiba-tiba dia mendengar pembicaraan antara Lavender dan dokter pribadinya."Dok, nanti kirim semua laporan yang terkena racun pada saya, soal biaya berobat nanti saya transfer pada anda." ujar Lavender."Baik, Nyonya, nanti saya-"BRAAKK.Belum sempat dokter itu menyelesaikan ucapannya, suara pintu di buka secara kasar membuat mereka berdua terlonjak kaget."Apa-apaan ini?" tanya Elios.Raut wajahnya tampak sangat marah, dia berjalan ke arah Lavender
Suasana mansion yang terletak cukup jauh dari jalan raya, tampak sepi hingga tadi. namun sesaat kemudian mansion yang awalnya gelap gulita seketika berubah terang.Di dalam mansion itu, terlihat satu pria sedang berbincang-bincang dengan seorang pemuda yang mengenakan hoodie berwarna hitam."Anda sangat sulit di temui akhir-akhir ini, Tuan, apakah indonesia nyaman untuk anda tinggali?" tanya pria paruh paya."Lumayan, setidaknya di sini saya bisa bersantai." sahut pemuda tersebut."Benar, anda sudah lama tinggal di luar negeri. saya rasa anda akan betah tinggal di sini."Pemuda tersebut mendongak, sorot matanya terlihat sangat tajam dan menakutkan. Hingga membuat pria paruh baya itu sedikit gemetar."Sudahi basa basinya! saya tidak bisa membuang waktu hanya untuk mendengar ocehan tidak berguna dari anda." sentak pemuda tersebut.Glek.Pria paruh baya yang tak lain merupakan ayah Elios, itu pun menelan ludahnya dengan kasar.Dia buru-buru meminta maaf dan mengatakan alasan dia memanggi