Kimberly menarik selimut dan menutup tubuh telajangnya, hatinya terluka ketika Richard menjauh darinya. Ternyata kejujurannya membuat pria itu tak berniat lagi menyentuhnya. “Aku tidak bisa melakukannya dengan seorang perawan,” ujar Richard sambil memakai pakaiannya. Sebenarnya bukan karena Richard tidak menyukai seorang perawan, tetapi wanita perawan terlalu baik dan spesial untuknya. Dia hanya ingin bercinta dan bersenang-senang, bukan untuk mengukir momen spesial bagi wanita yang baru pertama kali bercinta dengan seorang pria. Namun pemikiran itu disalah artikan oleh Kimberly. Dia mengira, Richard anti dengan seorang perawan. Tentu saja karena seorang perawan tidak tahu cara bercinta yang baik, jangankan memuaskan seorang pria, bahkan dia tidak tahu harus bagaimana. Kimberly yakin dirinya terlihat begitu bodoh dan membosankan dalam urusan ranjang. Dia hanya bisa mendesah pasrah tanpa berbuat apa-apa ketika suaminya menginginkan lebih. Menahan rasa malu akan ketidakmampuannya, d
Richard memegangi kepalanya yang terasa berat, meminta Jimmy membuatkan secangkir kopi kental berharap kafein bisa membuat kepalanya lebih ringan. Dirinya mengingat lagi pertemuannya dengan Emma tempo hari di bar yang dia kunjungi.Wanita itu tanpa rasa malu mendekatinya setelah mengetahui jika dirinya telah sehat dan tidak duduk lagi di kursi roda.Beruntung dia tidak menikahi wanita seperti itu, wanita egois yang mementingkan kepentingannya sendiri. Meskipun begitu, dia tidak bisa melepaskan Emma begitu saja. Dia butuh pelampiasan atas rasa marah yang menghantuinya selama ini karena harga dirinya yang terinjak.“Aku akan membalas apa yang dulu kamu lakukan padaku,” gumam Richard dengan seringai sinis.Lamunan Richard buyar saat pintu ruangan terbuka. Dia menegakkan tubuhnya melihat Jimmy datang membawa apa yang dia minta.“Apakah Anda butuh obat pereda rasa nyeri kepala?” tanya Jimmy memastikan keadaan Richard baik-baik saja.“Obat akan membuatku ngantuk, sebentar lagi akan ada pert
Mengetahui jika suaminya sakit, Kimberly kemudian mengambil obat dan membangunkan Richard agar meminum obat terlebih dahulu. Dengan setengah sadar, Richard melakukan apa yang istrinya minta, lalu tertidur kembali karena tubuhnya tak bisa diajak kerja sama lagi. Untuk menurunkan suhu tubuh suaminya, Kimberly mengambil air hangat dan handuk, lalu mengompres kening dan tubuh Richard. Secara berkala, dia juga mengganti baju suaminya yang basah karena keringat. Semalaman dia menjaga suaminya hingga tidak tidur, sekalinya tertidur, Richard mengigau dan berteriak keras dalam tidurnya hingga membuatnya terbangun. Kimberly kaget dan terduduk, dia menyentuh kening serta tubuh pria itu, namun panas tubuh Richard tak kunjung normal, meskipun panasnya memang sedikit turun dibanding dengan sebelumnya. Kimberly kembali mengompresnya dan berharap suhu tubuh Richard kembali normal. Saking ngantuknya, Kimberly tanpa sadar tertidur sambil terduduk dan bersandar di pinggir ranjang, handuk basah pun ma
“Apakah Anda sudah mendengar berita yang sedang viral beberapa hari terakhir ini?” tanya Jimmy sambil menyerahkan dokumen yang menumpuk karena Richard tidak masuk kerja selama dua hari.“Berita tentang apa? apa itu berpengaruh terhadap saham perusahaan?” Richard balik bertanya.“Tidak Tuan, kenapa yang Anda pikirkan hanya melulu tentang perusahaan? dunia ini penuh warna.”“Karena selain tentang perusahaan, tidak ada yang lebih penting,” balas Richard enteng.“Ada situs kencan buta yang banyak memakan korban. Banyak wanita yang dijebak dengan memberi mereka obat perangsang, lalu melecehkannya. Mereka membuat video dari adegan tersebut dan menjualnya di situs dewasa, sudah ada dua wanita yang bunuh diri karena menjadi korban kencan tersebut karena malu dengan video mereka yang tersebut.”“Lalu apa urusanku? Lagi pula untuk apa orang-orang melakukan kencan buta? bukankah banyak pria dan wanita yang bisa mereka temui di dunia nyata yang bisa mereka ajak kencan?” balas Richard tanpa benar-
Setelah minuman datang, Kimberly meminum minumannya tanpa curiga. Pria yang dia kenal sebagai Boby itu terus mengajaknya mengobrol, tanpa dia tahu jika Boby sedang menunggu reaksi yang akan terjadi dari obat perangsang yang dimasukkan ke dalam minumannya.Tidak sampai 30 menit, reaksi yang Boby tunggu mulai terlihat. Kimberly memejamkan mata beberapa kali dengan kening berkerut tajam ketika pandangannya berkunang-kunang, tubuhnya terasa ringan dan kakinya seperti melayang.Mulut Kimberly terasa kering membuatnya menghabiskan minuman yang sudah tercampur obat perangsang dengan sekali teguk. Rasa haus yang dia rasakan bukannya hilang, namun tubuhnya malah terasa panas dan tenggorokannya terasa kering.Boby yang melihat gelagat Kimberly mulai aneh, tahu jika obat yang dia berikan sudah bereaksi sesuai dengan yang diharapkan. Dia pura-pura tampak peduli dengan bertanya kepada Kimberly.“Apakah kamu baik-baik saja? wajahmu memerah,” ujar Boby sambil mengusap pipi Kimberly dengan lembut.Se
Obat perangsang yang masuk ke tubuh Kimberly membuatnya kehilangan rasa malu, dengan senang hati dia menyodorkan diri kepada Richard. Ciuman mereka membuat gairahnya tersulut dengan cepat, miliknya memanas dan melembab meminta untuk dipuaskan.Richard yang tadinya hanya ingin menggertak istrinya karena sikap berani wanita itu, malah kehilangan kendali. Dia tak menyangka jika pengaruh Kimberly begitu kuat, membuatnya seakan ikut terpengaruh oleh obat perangsang yang Kimberly minum.Sambil memejamkan mata, dia menikmati bibir manis istrinya, tekstur kenyal dan lembabnya menjadi candu baru baginya, menggetarkan naluri prianya.Lidahnya menyapu permukaan bibir wanita itu, mengecap lalu membuka mulutnya, menelusup masuk menyentuh dinding mulut yang hangat dan basah. Lidah mereka saling bertemu dan menari bersama hingga suara cecapan menggema di kamar dan menjadi yang suara merdu.Erangan Richard lolos sebagai tanda dirinya terhanyut dalam tarian bibir yang menggoda, disambut oleh desahan
Richard bergerak pelan di dalam Kimberly ketika istrinya tersebut meledak dan meremas miliknya kuat. Dia mengerang sambil mengeratkan giginya, bertahan agar dirinya tidak ikut meledak.Desisan lirih lolos dari bibir Kimberly ketika suaminya melepas penyatuan mereka, desah kecewa mengiringinya karena dari kosong dan dingin di dalam inti miliknya.“Sabar, kita belum selesai,” ucap Richard sambil mengecup singkat bibir istrinya.Dia menegakkan tubuh untuk berpindah posisi. Hatinya berdesir aneh dengan emosi berkecamuk ketika matanya menatap noda di sprei bekas percintaan mereka, noda yang memberi tanda jika Kimberly telah melepas keperawanannya untuk dirinya.Richard memiringkan tubuh Kimberly dan berbaring di belakangnya. Tangannya mengusap punggung lembab wanita itu masih masih basah karena keringat.“Apa aku menyakitimu?” tanya Richard sambil mengecup bahu wanita itu lalu menggesekkan hidungnya di tengkuk Kimberly.Apa yang Richard lakukan membuat gairah Kimberly tersulut kembali. Dia
Richard duduk di kursi kerjanya dengan pikiran yang tak bisa lepas dari percintaannya semalam bersama Kimberly. Ada desiran aneh setiap kali teringat bagaimana dirinya menyentuh wanita itu, bahkan hanya dengan membayangkannya saja, gairahnya dengan mudah tersulut. “Shiittt ...!” umpatnya keras sambil memukul meja melampiaskan keanehan dirinya. Pikirannya terganggu dengan bayangan Kimberly yang menari-nari di kepala. Hal itu membuat konsentrasinya buyar sehingga tidak bisa bekerja dengan baik. Dia masih tak percaya jika bisa hilang kendali ketika menyentuh istrinya, hal yang tak pernah terjadi dalam hidupnya. Lamunannya buyar ketika pintu ruang kerjanya terbuka dan orang yang sangat tidak diharapkan masuk ke ruangannya. Richard seketika menegakkan posisi duduknya dan menatap orang tersebut dengan tatapan tajam dan dingin. “Untuk apa kamu ke sini?” tanya Richard sinis pada ibu tirinya. “Papamu menyuruhku menanyakan apakah kamu butuh bantuan dalam mempersiapkan acara ulang tahun peru