Kimberly Tuner, menggantikan adiknya yang kabur di hari pernikahannya karena tidak mau menikah dengan pria cacat yang hidup di kursi roda bernama Richard Jackson. Kimberly menjadi istri pria dingin yang hidup penuh dengan dendam dan harus menghadapi karakter labil pria tersebut. Disaat kehidupan pernikahan mereka mulai membaik, Emma adik Kimberly datang kembali dan menggoda Richard. Penampilan Emma yang seksi dan menggoda membuat pria manapun tak bisa berpaling, sedangkan dirinya hanya wanita polos dengan penampilan seadaanya. Mungkinkah dia bisa bersaing dengan adiknya? atau menyerah dan meninggalkan pernikahannya?
Lihat lebih banyak“Emma kabur dari rumah, dia tidak ada di kamarnya,” seru Doris sambil berlari ke ruang tengah di mana Kimberly ada di sana.
Mendengar hal tersebut, Kimberly terbelalak tidak percaya. Dia langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekati mamanya. “Itu tidak mungkin, hari ini adalah hari pernikahannya.”
Doris kemudian mengulurkan sepucuk surat yang ada di dalam genggamannya dan memberikannya pada putrinya. Dengan nada bergetar dia berkata, “Emma pergi karena tidak ingin menikah dengan Richard.”
“Bukankah Emma sangat tergila-lagi pada Richard? Tidak mungkin dia melarikan dari pernikahan yang diimpikannya.”
“Emma pergi karena tidak ingin menikah dengan pria cacat seperti Richard, menurutnya tidak ada masa depan menikah dengan pria yang hanya bisa duduk di kursi roda. Dia tidak ingin mengorbankan diri dan mengubur impiannya karena hal itu.”
Kimberly terdiam memikirkan perkataan mamanya. Tidak ada seorang pun yang ingin menjadi cacat, Richard pun tidak mau. Namun kecelakaan mengerikan itu membuat pria itu harus duduk di kursi roda, bukankah sebagai calon istri seharusnya Emma setia mendampingi dan memberi Richard semangat? Bukan malah meninggalkannya begitu saja.
“Jika Emma benar kabur, bagaimana kita akan menjelaskan masalah ini pada keluarga Jackson?” tanya Kimberly.
“Mama tidak tahu harus berbuat apa,” jawab Doris pasrah.
“Mungkin surat Emma bisa memberiku petunjuk dimana dia sekarang.”
Kimberly segera membuka surat yang dia terima dari mamanya, tetapi belum sempat dia membacanya, seseorang merebut surat itu. Dengan terkejut, dia menoleh untuk mengetahui siapa yang melakukannya, tampak papanya dengan wajah garang dan dingin mengambil dan membaca surat yang Emma tinggalkan.
Ketika selesai membaca surat tersebut, rahangnya mengeras. Dia meremas surat itu kuat-kuat hingga punggung tangannya memutih. Wajah Doris dan Kimberly seketika memucat melihat ekspresi Valentino Tuner, kepala rumah tangga di keluarga Tuner.
Tidak ingin membuat papanya marah, Kimberly pun berkata, “aku akan mencari Emma, siapa tahu dia bersembunyi di rumah temannya. Aku akan segera membawanya pulang.”
“Tidak perlu, anak itu memang belum dewasa. Dia hanya bisa bersenang-senang dengan teman-temannya dan bertindak semaunya. Biarkan saja dia pergi, aku akan memblokir keuangannya. Aku yakin anak itu tidak akan bisa hidup tanpa uang dariku,” cegah Valentino dengan nada dingin, membuat keadaan semakin tegang.
“Lalu bagaimana dengan pernikahan Emma dan Richard? Kita tidak mungkin membatalkannya, kehormatan keluarga Tuner sedang dipertaruhkan,” Doris menimpali keputusan suaminya.
Tak langsung merespon perkataan istrinya, mata Valentino beralih menatap Kimberly. Gadis kecil yang dulu dia rawat dengan baik, kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik dan pintar. Selama ini dia selalu memperlakukan Kimberly sama seperti dia memperlakukan Emma, putri kandungnya sendiri, sekarang sudah saatnya wanita itu membalas semua kebaikannya.
“Apakah kamu ingat apa yang telah kami berikan padamu selama ini?” Valentino mulai mengungkit jasanya pada Kimberly.
“Tentu saja aku mengingatnya. Tanpa keluarga ini, aku pasti sudah mati di jalanan. Kalau pun berhasil hidup, aku hanyalah gelandangan tanpa tujuan.”
“Papa menyekolahkanmu agar kamu bisa menjadi bagian dari keluarga Tuner dan bergaul dengan orang-orang berkelas.”
“Ya, aku tahu. Aku berterima kasih untuk semua yang sudah Papa berikan padaku.”
“Sekarang sudah saatnya kamu ikut menjaga kehormatan keluarga, menjaga nama baik Tuner, nama yang kamu sandang saat ini.”
Kimbery meremas tangannya gugup. Hatinya mengatakan ada sesuatu yang akan terjadi yang akan mengubah hidupnya dan dia takut akan sesuatu itu. “Apa yang harus aku lakukan untuk menjaga kehormatan keluarga ini?”
“Kamu akan menggantikan Emma dan menikah dengan Richard,” jawab Valentino seperti pisau yang menusuk ulu hatinya.
Kimberly kini meremas pakaian yang dia kenakan, mulutnya terkatup rapat, menahan diri agar tidak memberontak atau menolak permintaan papanya. Dia tidak berani melakukan hal itu meski sangat menginginkannya karena mengingat betapa besar jasa keluarga Tuner bagi hidupnya.
“Apakah aku memiliki pilihan?” ucap Kimberly lirih dengan suara bergetar penuh keraguan, hanya itu usaha terakhir yang mampu dia lakukan untuk mengubah keputusan papanya.
“Kamu sudah tahu jawabannya sehingga papa tidak perlu memperjelasnya lagi. Tidak ada yang harus kamu pilih, sekarang siapkan dirimu karena waktunya tidak banyak. Papa akan bicara dengan orang tua Richard dan menjelaskan apa yang terjadi.”
Kimberly menggigit bibirnya dan tertunduk lesu, dia sadar jika nasibnya telah ditentukan.
*
Richard meremas sandaran kursi rodanya ketika mendengar jika Emma melarikan diri dari pernikahan yang harus mereka jalani. Kimberly akan menjadi istrinya, menggantikan posisi adiknya.
Mendengar hal tersebut, harga diri Richard terasa terinjak-injak. Seorang wanita dari keluarga Tuner berani menolaknya karena keadaan dirinya saat ini. Meski dari awal dia sama sekali tidak tertarik pada Emma karena mereka dipertemukan dalam perjodohan, tetapi ketika wanita itu meninggalkannya begitu saja, kemarahan dalam dirinya pun tersulut.
Seharusnya dia yang membuang wanita itu, bukan malah dirinya yang terbuang. Jika saja dirinya tidak duduk di kursi roda, dia yakin wanita itu akan mengemis-ngemis cinta darinya.
“Kehormatan keluarga kita telah tercoreng, lebih baik kita batalkan saja pernikahan ini. Berani-beraninya gadis ingusan itu menolak putraku,” ujar Issac penuh kemarahan.
“Jangan mengambil keputusan saat dirimu sedang marah, tenangkan dirimu terlebih dahulu dan pikirkan untung ruginya. Kita tidak mungkin membatalkan pernikahan ini, tamu undangan sudah mulai berdatangan, Richard juga sudah bersiap. Keluarga kita akan malu jika acara besar ini kita batalkan,” Johana memberi saran pada suaminya.
Issac kemudian terduduk sambil memegangi kepalanya, wajahnya tampak tertekan. “Baiklah, kita tunggu kedatangan keluarga Tuner. Sekali lagi mereka menghancurkan acara pernikahan putraku, aku akan membuat perhitungan dengan mereka.”
“Aku setuju dengan keputusanmu, kalau begitu kamu bisa menemui para tamu, aku akan memberitahukan Richard dan membawanya ke altar,” pinta Johana yang kemudian pergi meninggalkan suaminya untuk menemui putra tirinya. Johana memang bukan ibu kandung Richard, dia adalah istri kedua Issac setelah istri pertamanya meninggal.
Richard yang tahu jika Johana mendekati kamarnya, menantinya dengan tatapan dingin. “Benarkah wanita Tuner itu kabur?” tanyanya saat Johana membuka pintu dan masuk ke kamar.
“Kimberly yang akan menikah denganmu, jadi jangan cengeng dan lekaslah bersiap. Aku akan mengantarmu ke altar.”
“Aku tidak butuh bantuanmu, aku bisa pergi ke sana sendiri.”
Pria itu kemudian menekan tombol di kursi rodanya dan pergi meninggalkan Johana begitu saja, memperlihatkan jika selama ini hubungan mereka tidak pernah akur.
Richard menanti kedatangan calon istrinya dengan raut wajah dingin dan tidak bersahabat. Tatapannya seakan bisa membekukan semua yang dilihatnya. Dia sangat marah karena merasa dipermalukan oleh putri kedua dari keluarga Tuner, keluarga yang tidak ada apa-apanya jika tidak mendapat dukungan dari papanya.
Setelah beberapa lama menanti, alunan musik berganti menjadi alunan yang merdu. Pintu besar terbuka dan seorang wanita dengan gaun pengantin yang sangat indah berdiri di sana. Richard sempat tertegun melihat kecantikan wanita tersebut, matanya tak berkedip menatap wajah polos yang memikat baginya.
Mengira jika kepolosan itu hanyalah sandiwara yang dimainkan Kimberly seperti yang sering kali Emma lakukan, Richard pun kembali mengeraskan rahangnya dan menatap dingin ke arah calon istrinya.
Tatapan dingin itulah yang Kimberly tangkap dari calon suaminya, membuatnya merasa gugup dan cemas. Dia meremas jarinya dan menyembunyikannya di balik bunga yang dia pegang. Dari dulu dia menganggap Richard adalah pria yang dingin dan tak tersentuh, dia sama sekali tidak berharap memiliki suami seperti itu.
Impiannya adalah memiliki suami yang mencintainya, yang bisa memperlakukannya dengan hangat dan lembut dan membuatnya nyaman, tetapi impian tersebut kini telah sirna.
Dengan langkah kaki yang berat, dia mulai berjalan perlahan mendekati altar. Semua mata tertuju padanya dan hal itu membuatnya semakin gugup karena seumur hidup, dia tidak pernah menjadi bahan perhatian orang. Kulitnya memucat dan ekspresi sedih tergambar jelas di wajahnya.
Kecemasan semakin melanda ketika tatapannya terkunci dengan tatapan dingin Richard, tatapan itu seolah membunuhnya. Jika saja dia bisa melarikan diri seperti yang Emma lakukan, mungkin dia bisa selamat, namun rasa hutang budi pada keluarga Tuner menahan dirinya untuk pergi.
Ketika Kimberly sudah berdiri di hadapan Richard, ketegangan mulai terasa kental.
“Jadi kamu dengan sukarela menggantikan posisi adikmu?” singgung Richard.
“Ini yang terbaik untuk keluarga kita,” balas Kimberly lirih.
Seringai sinis terkembang di bibir Richard. “Aku yakin kamu punya tujuan lain sehingga mau menikah denganku. Apakah kamu menginginkan harta dan kekayaanku?”
“Aku tidak pernah menginginkan apa yang kamu katakan, aku melakukannya demi kehormatan keluarga.”
“Jangan bicara tentang kehormatan di depanku, aku muak mendengarnya.”
Richard mendekat ke arah Kimberly seraya menatapnya dengan nyalang.
“Dengarkan baik-baik perkataanku, pernikahan ini bukan awal dari kebahagiaanmu, tetapi awal dari penderitaan dan kehancuranmu. Camkan itu!”
Sebuah rumah klasik elegan dengan halaman yang luas disulap menjadi taman yang indah penuh dengan bunga segar dilengkapi kelambu putih sehingga menciptakan suasana romantis.Karpet putih dengan rangkaian bunga harum tergelar menuju sebuah altar dengan dekorasi yang mengagumkan. Kanan kiri karpet tersebut berjajar rapi kursi kayu yang siap menampung para tamu undangan dalam pesta pernikahan Jackson.Saat matahari merangkak meninggi, satu persatu kursi tersebut mulai terisi yang didominasi oleh keluarga besar Jackson.Pernikahan Allie dan Arlo digelar dua minggu setelah lamaran mereka. Meski dengan persiapan yang singkat namun pesta yang digelar tidak mengecewakan. Keduanya sepakat hanya mengundang tamu terbatas demi menjaga kesakralan upacara pernikahan.Acara tersebut digelar di rumah yang akan menjadi tempat tinggal Arlo dan keluarga kecilnya bersama Allie, rumah yang didesain oleh Arlo sendiri sesuai dengan impian yang pernah Allie ceritakan padanya.Tak lama setelah kursi penuh par
“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Arlo berlari mendapatkan Allie ketika wanita itu keluar bersama Britne untuk menemui keluarga Jackson yang masih berkumpul di ruang makan. Ketegangan masih tampak jelas di raut wajah mereka.Allie menatap Arlo dengan tatapan bersalah membuat jantung pria itu berdetak kencang dan rasa gelisah mencengkram hatinya, mengira jika Allie menolak lamarannya.“Apakah kamu ingin bicara berdua saja denganku sebelum kita bertemu keluargaku? Aku tidak ingin kamu terbeban dengan lamaran yang aku ajukan,” lanjut Arlo ingin menenangkan wanita yang dia cintai.“Maafkan aku karena merusak lamaranmu,” balas Allie dengan nada tercekat.“Aku yang seharusnya meminta maaf karena terlalu terburu-buru melamarmu dan membuatmu syok. Aku bisa mengerti jika kamu belum bisa memberikan jawaban, sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja.”Britne yang mencuri dengar perkataan Arlo, menepuk pundak sepupunya itu. “Jangan terlalu cepat menyimpulkan, beri Allie waktu untuk bicara!”
“Apakah kamu merasa gugup?” tanya Arlo menggenggam tangan Allie yang terkait dan terlihat gemetar.Keduanya berada di dalam mobil yang berhenti di depan teras kediaman Jackson, sedangkan Barnes tidur di bahu Arlo.“Sedikit,” jawab Allie pelan. “Ada siapa saja di sana?” lanjutnya sambil menatap rumah besar dan megah milik keluarga Jackson.“Semuanya ada di sana, Britne pun ada di sana.”“Bisakah kamu memberi waktu sebentar, aku masih terlalu gugup,” pinta Allie.“Aku akan menemanimu di sini,” balas Arlo tak ingin meninggalkan wanita yang dicintainya, tanpa ragu memeluk dan mengusap punggung Allie.Setelah keberanian Allie terkumpul, dia mengajak Arlo untuk masuk. “Aku sudah siap,” ujarnya.Arlo menggandeng tangan wanita yang dicintainya dengan posesif dan membawanya ke ruang tengah rumah itu, dimana keluarga besarnya sering berkumpul di sana.“Selamat malam,” sapa Arlo membuat semua orang di ruangan itu menoleh dan menatap kedatangan mereka.Keadaan seketika menjadi sunyi, semua mata t
“Tidak perlu khawatir, aku bisa mengajarimu bagaimana menjadi wanita Jackson,” suara Kimberly mengagetkan Allie.Dia menoleh dan mendapatkan wanita itu berjalan mendekatinya dengan Barnes ada di gendongannya.“Apakah Barnes merepotkanmu, Nyonya Kimberly?” ucap Allie sambil mengambil putranya dari gendongan Kimberly.“Dia anak yang cerdas dan menggemaskan, wajahnya sangat mirip dengan Arlo saat masih seumurannya, Barnes sama sekali tidak merepotkanku,” kata Kimberly.“Terima kasih telah menjaganya.”“Kamu tidak perlu berterima kasih karena dia juga cucuku. Aku berharap malam ini kamu dan Barnes akan menginap di kediaman Jackson sehingga aku punya banyak waktu untuk mengenal cucuku,” balas Kimberly tersenyum mendengar ocehan Barnes.Tubuh Allie menegang mendengar harapan Kimberly akan dirinya dan Barnes. Rasanya terlalu cepat untuk masuk ke dalam keluarga billionaire tersebut.“Aku akan bicara dengan Arlo terlebih dahulu,” Allie mencari alasan untuk menghindar dan berniat untuk melarang
Allie membuka mata dengan senyum cerah mengingat percintaan panasnya bersama Arlo semalam serta hubungan mereka yang membaik. Dia mencari keberadaan pria itu dan menemukannya sedang duduk di pinggir ranjang membelakanginya.Pria itu masih belum berpakaian hingga memperlihatkan punggungnya yang menawan membuat matanya tak berkedip dan tatapannya tak bisa lepas dari sana.Sadar jika Arlo sedang menerima panggilan dari ponselnya, membuat Allie sengaja tidak mengganggunya. Dia menggeser tubuhnya mendekati Arlo lalu mengusap punggung pria itu.“Siapa yang menelepon sepagi ini?” tanyanya saat melihat Arlo mengakhiri panggilan.Pria itu menoleh dan memperlihatkan wajah tegang yang tidak bisa disembunyikan membuat Allie merasa cemas. “Apakah semua baik-baik saja?”“Mamamu masuk rumah sakit,” ujarnya.“Ada apa dengan mamaku? terakhir kali aku bicara dengannya, dia baik-baik saja.”“Dia mengalami kekerasan dari papa tirimu, aku meminta bantuan papa untuk menangani kasus mamamu.”“Aku harus kemb
Allie merasa senang telah mengizinkan Arlo menghabiskan waktu bersama putranya. Wajah pria itu terus berbinar penuh kebahagiaan, hal itu membuat Allie bertekad bulat untuk menjadi wanita yang pantas untuk Arlo, wanita dewasa dan elegan yang tidak gegabah menyimpulkan sesuatu yang dia lihat dan dengar.Malam harinya Allie mengunci diri di kamar mandi cukup lama, menatap dirinya di cermin dengan pakaian menantang. Lingerie transparan dipakainya, hingga tubuhnya terlihat sangat menggoda dengan aset-aset yang tak bisa disembunyikan.“Apakah aku terlihat seperti wanita jalang?” gumamnya pada diri sendiri.“Persetan dengan hal itu, aku ingin menyenangkan Arlo malam ini,” Allie berusaha menghapus keraguan yang menyelimuti.“Sayang, apakah kamu baik-baik saja?” suara Arlo dari luar mengagetkan.“Aku baik-baik saja,” jawab Allie cepat.“Kamu sudah terlalu lama di kamar mandi, itu bisa membuatmu sakit,” Arlo mengingatkan.“Sebentar lagi aku akan keluar.”“Apakah kamu tidak nyaman aku berada di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen