Home / Rumah Tangga / Istri Tuli Yang Kau Buang / Bab 6 Bertemu dengan sang penolong

Share

Bab 6 Bertemu dengan sang penolong

Author: Fidia Haya
last update Last Updated: 2023-08-01 15:12:38

Bab 6 Bertemu dengan sang penolong

Sementara Bening, tergopoh – gopoh masuk ke Café Amour yang berada di dalam Hotel Frangipani.

“Stop Bening!” kata Kama dengan suara berat.

Bening berhenti dan kaget ada yang memanggil namanya. Perempuan itu menoleh ke belakang dan melihat lelaki yang menolongnya barusan berdiri satu meter di belakangnya.

“Bagaimana bisa kamu menjatuhkan portfoliomu? Padahal kamu butuh presentasi pada Ibu Tita Maheswara.” Kama memberikan portfolio itu pada Bening.

“Maaf, saya mungkin menjatuhkannya tadi sewaktu berdebat dengan suami saya?” kata Beming sambil menunduk. “Tapi, bagaimana Anda tahu saya mau bertemu dengan Ibu Tita Mahewara?” tanyanya curiga.

Lelaki itu melempar senyuman manis. Dia memberikan kartu namanya. “Saya Kama, adik kandung Ibu Tita, client yang rencananya bertemu dengan Anda hari ini.” Dia lalu mengajak Bening masuk ke Café Amour dan mengambil tempat duduk di hadapan Bening. “Kakak saya masih terjebak macet.”

Bening tidak serta merta menjawab. Ia mulai tadi menarik semua memori dan mengingat wajah pria di depannya itu.

Kama memperhatikan Bening, wajah perempuan itu masih pucat “Maaf, kamu tadi bilang Pak Ibra suamimu? Apa itu betul?”

“Iya dia suami saya,” jawab Bening kelu. “Saya juga pernah melihat Anda di kanor suami saya. Anda juga yang membawa saya ke rumah sakit dan membelikan dua hearing aid saya yang hancur akibat dirusak suami.” Suara perempuan itu terdengar getir. “Terima kasih, Anda telah membantu saya.”

Pria di depan Bening itu manggut – manggut. “Saya hanya mau menolong wanita yang sedang kesusahan. Itu bukan apa – apa, dan tak perlu kamu pikirkan.” Kama memandang Bening sebentar. Mata mereka saling bertubrukan. Untuk beberapa saat dunia seperti berhenti berputar. Buru – buru ia menguasai keadaan.

Wanita itu menangkupkan kedua tangannya sebagai ucapan terima kasih. “Senang sekali saya bisa bertemu dengan Anda. Terima kasih, berkat bantuan Anda, saya kini bisa mendengar sepanjang hari.” Bening memaksakan diri untuk tersenyum.

“Nah, itu lebih baik.” Kama suka melihat senyum Bening.

“Tapi ngomong – ngomong bagaimana Anda bisa menemukan saya di gang buntu itu?” tanya Bening hati – hati.Ia menjadi penasaran, karena gang itu sempit dan bukan tempat orang berlalu lalang.

“Ceritanya nanti, kakak saya sudah datang. ”Kama menunjuk ke luar jendela.

Ekor mata Bening mengikuti telunjuk Kama. Dia melihat wanita dengan memakai baju kebaya, dengan rambut disanggul, berjalan anggun masuk ke dalam Hotel. Bukankah dia Tita Maheswara, salah satu anak konglomerat pemilik tol yang terkenal di Indonesia? Bagaimana dia tidak tahu lelaki di depannya itu?

Bening berdiri menyambut kehadiran Tita dan Anggi. Ia menyalami keduanya.

“Maaf, Mba Bening kami terlambat, di mana – mana macet,” kata Anggi. “Mba Bening, tidak lupa membawa portfolionya, kan?”

“Iya saya bawa.” Bening memberikan portfolionya pada Tita.

Mata Tita berbinar – binar melihat lembar demi lembar portfolio Joli Flower. “Ini benar – benar sempurna! Saya menyukainya, dekorasinya, cantik, elegan dan berkelas! Benar kan Kama?”

Lelaki di depan Bening itu mengangguk setuju.

“Waktu itu, saya sedang stress sekali, karena anak saya itu suka dadakan. Semua wedding organizer ditolak, karena dia mau mamanya sendiri yang mengurus perkawinannya. Untungnya ada Kama dan Anggi yang membantu saya,” tutur Tieta. “Kama yang merekomendasikan Joli Flower pada saya. Saya senang sekali, apalagi Mba Bening adalah teman lamanya. Jadi pasti tahu selera kami.” tutur Tita kalem.

Bening melongo dan melirik ke Kama. Matanya menuntut penjelasan. Sayangnya lelaki itu beranjak pergi.

“Sorry, saya pergi duluan.” Kama mencium pipi Tita.

“Jangan lupa nanti malam dinner di rumah.” Tita melambaikan tangannya pada adik semata wayangnya. Dia lalu membicarakan acara dan keinginannya pada Bening.

Bening menyukai pribadi Tita. Dia bukan tipe client yang rumit, dengan mudah wanita membuat sketsa dekorasi kasar untuk acara pernikahan putrinya, bulan depan.

“Perfect! Saya sudah dapat membayangkannya dekorasinya nanti. Tolong segera kirimkan invoice supaya Anggi bisa mengirimkan DPnya.” Ti0ta terlihat puas. Setelah selesai dia pamit.

Bening masih di Café, dan menyelesaikan pekerjaannya sambil menghabiskan kopi.

Ibra yang sedari tadi melihat dari jauh, menghampiri Bening.

“Sejak kapan kamu mengenal Kama Maheswara? Kalian berdua kelihatan akrab sekali. Apa gara – gara dia, kamu ngotot minta bercerai dariku?”

Sudut mata Bening berkerut dan memandang Ibra dengan tatapan sinis. “Kita buktikan saja nanti di Pengadilan Agama tuduhan brutalmu itu,” sahutnya ketus. Ia terlalu malas menanggapi perkataan Ibra dan segera mengemasi barangnya kemudian berlalu meninggalkan Ibra.

 Ibra kesal sekali dirinya diabaikan oleh Bening. Lelaki itu mengejarnya hingga ke parkiran. Tapi dia tak menemukan Bening. “Sial! Ke mana dia?!!” Ia mengentakkan kakinya ke tanah. Karena penasaran, dirinya tetap menyisir pelataran hotel itu hingga menemukan perempuan yang dicarinya.

Lelaki itu buru – buru masuk ke dalam mobil dan mengikuti Bening dari belakang. Setelah hampir 30 menit membuntuti. Ia melihat wanita itu berbelok ke sebuah minimart kemudian melanjutkan perjalanannya lagi dan berhenti di warung bakso. Setelah itu dia berputar – putar di taman.

“Mau ke mana lagi dia?” gumam Ibra kesal. Dia sudah menghabiskan waktunya 2 jam untuk mengikuti Bening, dan belum ada tanda – tanda wanita itu mau pergi ke Joli Flower. Teleponnya berdering.

Ada apa, Ma? Kata Ibra menjawab telepon Herni – mamanya.

Kamu di mana? Mama menelpon dari tadi kok gak diangkat? Nada suara Herni terdengar kesal.

Ibra sedang sibuk. Jawab Ibra malas.

Terdengar desah napas dari seberang. Mama hanya mengingatkan kamu. Uang UKT Ajeng – adikmu bulan depan dan Mama mau liburan ke Singapura hari rabu ini. Kapan kamu mau mengirimkan uang 25 juta itu. Kamu sudah janji lho.

Ibra memijit keningnya. Mama dan adiknya tidak bekerja, dan Ibralah yang menanggung semua kebutuhan mereka.

UKT Ajeng nanti Ibra kirimkan, tapi untuk biaya liburan Mama, Ibra belum bisa bantu. Keuangan Ibra sedang menipis sekarang. Mama batalkan saja liburannya ke Singapura. Ibra menjawab dengan lugas, meskipun ia belum tahu bagaimana mendapatkan uang untuk membayar UKT Ajeng.

Suara Herni melengking memekakkan telinga Ibra. Gak bisa! Mama sudah merencanakan semua ini jauh – jauh hari, dan Mama tidak percaya, kamu tidak punya uang, bukankah Bening juga bekerja. Kamu minta uang saja padanya. Mama yakin dia punya banyak simpanan. Setelah itu dia menutup teleponnya dengan kasar.;

Jawaban ibunya membuat Ibra termenung.

Telepon lelaki itu berdering lagi. Kali ini dari Intan. Suara wanita itu terdengar panik.

Yank, kamu di mana? Erika sakit panas dan muntah – muntah. Kata Dokter dia harus opname. Tolong kirimkan aku uang sekarang. 5 Juta saja. Aku tunggu, Yank.”

“Iya, sebentar lagi.” Kepala Ibra semakin puyeng. Uang lagi, uang lagi, keluhnya… “Di mana aku mendapatkan uang cepat??”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 121 Last episode - Immortality

    Bab 121 Last episode - Immortality “Cukup, Kak, cukup. Stop mentololkan keluarga saya!” Sesabar – sabarnya Bening, hatinya panas mendengar Tita menyebut keluarganya bodoh. Kebencian kakak iparnya itu kian menjadi, setelah tahu Dinda berniat bunuh diri, kemudian memutuskan hengkang dari rumah Tita, dan memilih tinggal bersama kakeknya di Gunung Gajah. Sementara Arum lebih suka tinggal bersama Kama dan Bening. “Kenapa? Ini mulut saya dan saya bebas mengatakan apa yang saya mau. Keluarga kamu memang tolol, dan mau pansos pada keluarga kami. Puas!!” Sorot mata Tita penuh kebencian saat mereka mau ON AIR di salah satu stasiun televisi. Sekonyong – konyong, tangan Tita mengambil gunting dari balik bajunya, dan secepat kilat merobek gaun Bening. Saat Bening belum sepenuhnya sadar, perempuan itu lalu menarik rambut panjang Bening, kemudian dengan bengis memotongnya sangat pendek. “Ya ampun!” teriak beberapa kru yang melihat setengah rambut Bening terlempar lepas ke lantai. Mereka tidak

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 120 Morning call

    Bab 120 Morning call“Kak… aku mau menikahi Dinda.”Sontak donat yang ada dalam mulut Bening muncrat keluar. Dia menoleh dan menatap bola mata adiknya tak percaya. “Kejutan apa lagi ini, Lang?” tanyanya kaget.Wanita itu ingat, saat Andini meninggalkan Elang, lelaki itu terpuruk dan berpikir tidak mau menikah lagi. Eh, sekarang tiba – tiba dia bilang mau menikahi keponakan Kama. Hatinya dag – dig – dug. Ketakutan yang selama ia simpan, terjadi juga.Elang duduk dengan santai di kursinya.“Salah satu alasannya adalah Kanaya, dia butuh sosok Ibu. Walaupun aku tahu, Mama dan Kakak sangat sayang kepadanya. Tapi, Kanaya butuh real mom, dan aku pikir Dinda adalah wanita tepat untuk Kanaya. Dia sangat sayang pada Kanaya.”“Apa kamu sudah memberitahu Mama soal ini?” tanya Bening. Donat bedak kesukaannya tak lagi membuatnya bergairah.Elang tersenyun nakal. Sifat isengnya mulai tumbuh. “Justru karena itu, aku bilang sama Kakak, supaya Kakak mau membantuku bilang sama Mama. Please… hanya Kakak

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 119 Forgiving

    Bab 119 Forgiving“When a deep injury is done to us, we never recover until we forgive.” – Alan Paton“Aku benci Ibra! Aku muak melihat laki – laki itu!” Bening meremas – remas tangannya. “Tolong jangan pinta aku untuk menemuinya!” Bening benar – benar marah saat Kama tiba – tiba mengajaknya ke rumah sakit untuk menjenguk mantan suaminya itu.Bening masuk ke dalam kamar, dan menenggelamkan mukanya di bantal. Air matanya tumpah teringat dengan semua yang dilakukan Ibra.Kama menarik napas panjang, kemudian duduk di tepi ranjang, sembari mengelus kepala Bening.“Sayang, aku paham dengan kemarahanmu. Tapi Ibra menunggumu, aku tidak tega melihat dia selalu memanggil namamu.”Bening bangun dan duduk di sebelah Ibra. Air matanya meluncur deras. “Hatiku sakit Kama! Ibra sangat jahat kepadaku dan Evan, biarkan saja dia menanggung karmanya!”Kama memeluk dan mengecup kening Bening. “Aku mengerti sayang. Hanya saja, tak ada salahnya memafkan orang yang telah menyakiti hati kita. Ibra sudah mend

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 118 The last wish

    Bab 118 The last wish “Tolong beritahu Kak Bening, Mas Ibra sekarat dan ingin sekali bertemu dengannya.” Intan memegang kedua lengan Atun dengan kuat. Setelah dia menceritakan semua yang terjadi. Atun menggeleng. “Maaf Jeng, aku tak bisa. Aku takut Ibu Bening marah kepadaku. Kamu tahu kan, apa yang telah kakakmu lakukan pada Ibu Bening?” Dia khawatir, permintaan itu akan memporak – porandakan kebahagiaan Bening. Ajeng tidak mau perjalanannya sia - sia. “Aku tahu Mba, kakakku memang brengsek, dia telah menghancurkan hidup Kak Bening, tapi tolong Mba Atun, beritahu Kak Bening, bahwasannya kakakku mau meninggal dengan tenang. Aku tahu, selama ini dia menunggu Kak Bening. Mungkin dia mau meminta maaf sama Kak Bening langsung.” Terburu – buru Ajeng mengambil ponsel yang disembunyikan di dalam kantung celananya bagian dalam. “Kalau tidak percaya, lihatlah, lihatlah video ini.” Ajeng memutar video tentang kakaknya. Atun tercekat melihat kondisi Ibra yang sangat mengenaskan. Timbul rasa

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 117 A sweet kiss

    Bab 117 A sweet kiss“Sial!!” Suara gedoran pintu itu membuyarkan kenikmatan Kama yang hampir mencapai puncak nirvana. Dia menghentikan gerakannya.“Buka dulu sayang, siapa tahu penting,” kata Bening, mengusap peluh di kening Kama yang berada di atasnya.Muka Kama cemberut, kelihatan kesal sekali dengan gangguan yang ditimbulkan pagi itu. “Biarkan saja. Kita lanjutkan saja permainan kita. Tanggung!” Tangannya menarik selimut dan menutupi tubuhnya dan Bening.Laki – laki itu kemudian memagut bibir Bening, mengulumnya dengan lembut, kemudian melakukan gerakan lamban naik – turun tapi dengan intense, seirama dengan alunan instrument piano yang mengalun lembut. “Kama… kama apa kamu ada di dalam? Tolong buka pintunya sebentar. Kakak mau bicara.” Dengan tak sabar, Tita menggedor – gedor pintu kamar Kama.“Ibu Tita, maaf, tolong jangan ganggu Bapak dan Ibu dulu, mereka mungkin masih tidur,” kata Atun. “Ibu silahkan tunggu dan duduk dulu di situ.”“Hey… diam kamu!” bentak Tita kasar. “Saya i

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 116 A slice of life

    Bab 116 A slice of life“Oh my God! Meskipun kamu sudah menjadi istri sah Kama, saya tidak sudi dekat – dekat dengan kamu!” ucap Tita songong, saat Bening menyambangi rumahnya siang itu dengan membawa makanan.Kebencian perempuan itu pada Bening telah membuatnya menjadi perempuan buruk, hingga melupakan etika sebagai tuan rumah, dan membiarkan Bening berdiri dari 10 menit lalu.Telinga Anggi yang mendengarnya turut panas, ekor matanya melirik Bening yang berdiri dengan tegar dan tatapan teduh.“Tidak apa – apa, Kak, saya mengerti. Tujuan saya ke sini, selain untuk menjenguk Kakak, saya mau mengajak Kakak untuk menemui Ibu Irina, pekan ini. Beliau ingin sekali bertemu dengan Kakak ipar saya, sekaligus ingin mengajak Kakak bergabung dalam paguyuban Empowering Woman.” Intonasi suara Bening sangat tenang, dan tampak sangat professional menguasai emosinya. “Email resminya, nanti akan dikirim oleh Meli Sudrajat – sekretaris beliau.”Dagu Tita mendongak, sedang tangannya melipat ke depan dad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status