Beranda / Rumah Tangga / Istri Tuli Yang Kau Buang / Bab 7 Tuduhan membabi buta

Share

Bab 7 Tuduhan membabi buta

Penulis: Fidia Haya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-01 15:12:43

Bab 7 Tuduhan membabi buta

Sementara itu Bening, waspada, matanya tak lepas dari kaca spion. Ia tahu, Ibra mengikutinya semenjak keluar Hotel Frangipani. Setelah merasa aman, barulah dia memutar motornya menuju Joli Flower.

Jam waktu itu menjelang magrib, Ismail dan Tanto sedang memasukkan bunga – bunga segar ke dalam toko. Hari ini, toko mereka tidak begitu sibuk. Ada 10 orderan rangkaian bunga dan sudah dikirim siang tadi.

“Malam…” sapa Bening, dia lalu masuk ke dalam kantornya yang tak begitu luas.

“Malam, Mba Bening. Kami mau pulang dulu, ya,” pamit Tanto, setelah selesai memasukkan semua bunga ke dalam. Lelaki kemayu itu memakai kuteks berwarna merah.

“Silahkan, saya mau di sini sebentar.” Bening melihat Tanto dan Ismail. “Awal bulan depan, Joli Flower menangani pernikahan anak Ibu Tieta Maheswara. Dia salah satu anak konglomerat dan pertanda baik bagi kita. Saya berjanji mau memberikan bonus dua kali lipat gaji pada kalian, tiap kita mendapatkan order besar, asal kalian giat bekerja membantu saya,” katanya semangat.

“Siap Bos.” Tanto dan Ismail kelihatan gembira sekali.

Selepas dua karyawannya pulang. Bening fokus di layar laptopnya membuat invoice untuk Ibu Tieta. Saat dia konsentrasi, lamat – lamat ia mendengar ada yang mendorong pintu kaca toko. Perempuan itu mendongak dan melihat Ibra berjalan ke arahnya.

“Mau apa kamu ke sini?” tanya Bening bengis. Ia heran kenapa sepanjang hari ia bertemu dengan suaminya itu.

Ibra tidak menjawab, tangannya memutar layar laptop yang masih menyala. Matanya terbelalak saat melihat nominal invoice untuk Tieta Maheswara. “Wow! 300 juta! Hebat sekali kamu.! Aku tidak menyangka, istriku yang tuli bisa menghasilkan uang sebesar ini!” Ia lalu duduk di kursi kerja Bening.

Dengan muka kesal, Bening menutup laptopnya. “Pergilah! Sebelum aku berteriak maling!” ancamnya.

Ibra meringis. “Kita masih suami istri dan aku punya hak mengunjungi istriku.”

Bening mencoba menahan kemarahannya. “Aku tidak menyangka, ternyata kamu masih punya nyali menyebutku seorang istri, huh. Apa kamu tidak malu mengatakannya setelah semua yang kamu lakukan padaku, Mas?” jawabnya dengan suara yang terdengar ironis.

Bening menatap langit – langit. Kemudian melanjutkan kalimatnya lagi. “Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?”

Ibra melihat pakaian Bening. Wanita itu memakai baju blouse berwarna biru dongker dan tampak sangat pas di tubuhnya. Hasratnya meningkat tajam membayangkan bagian dalam tubuh istrinya.

“Start upku belum menghasilkan uang. Aku butuh membayar gaji karyawan dan vendor, juga untuk menafkahi Mama serta membiayai kuliah Ajeng. Aku butuh kamu! Kamu menghasilkan uang,” jawab Ibra terdengar bodoh. “Sekarang, aku butuh uang 30 juta untuk liburan Mama dan membayar UKT Ajeng. Kepalaku pusing mendengar rengekan Mama.”

Bening tertawa kecil. Semua sudah jelas sekarang kenapa lelaki itu mau mempertahankannya sebagai istri. “Maaf! Aku bukan sapi perah kalian! Selama ini, aku saja yang bodoh. Aku mau saja memberikan apa yang kalian mau. Tapi apa balasan yang kuterima?!!” Ia meluapkan amarahnya.

“Kenapa kamu pelit sekali sama suamimu. Aku lihat kamu tadi mendapat client besar, dan aku duga uangnya pasti besar. Uang 30 juta itu kecil bagimu.” Ibra tetap ngotot meminta uang.

Mulut Bening terasa kering. Urat – urat wajahnya menegang mendengar kata – kata Ibra. “Apa? 30 juta kecil! Bagimu mungkin kecil, tapi besar sekali bagiku. Aku bekerja berdarah – darah, supaya bisa ternotice oleh client. Enak sekali kamu datang dan meminta uang. Kenapa kamu tidak jual mobilmu saja, untuk membiayai gaya hidup hedon kalian. Daripada kamu datang meminta uang ke sini?!!”

Sakit hati yang dipendam Bening terlontar seperti bola api dan menghanguskan semua di sekelilingnya.

Emosi Ibra terseulut. Entah setan apa yang merasuki kepala Ibra. Lelaki itu langsung menampar Bening. PLAK! Kemudian badannya menindih wanita itu di lantai dan mau memperkosa istrinya. “Transfer aku uang sekarang atau kamu kuperkosa di sini!!”

“Tidak! Aku tidak akan mengirimkan uang sepersepun kepadamu!” Mata Bening menatap lantang Ibra. Dan mencari cara supaya terlepas dari cengkeramannya. Saat lelaki lengah. Cepat – cepat Bening menendang daerah vital Ibra.

Lelaki itu meringis kesakitan. Darahnya mendidih, giginya gemeretak menahan amarah. Beberapa detik kemudian, tangannya menyambar kursi lalu melemparkannya ke vas yang berisi bunga bunga – bunga kering. Vas – vas itu jatuh ke lantai menimbulkan suara keras. Pecahan kacanya berserakan di lantai.

PRANK

Rupanya, Ibra belum puas, secepat kilat tangan lelaki itu meraih laptop di atas meja dan membantingnya ke lantai. Setelah itu dia merusak semua property di Joli Flower dengan gagang sapu.

BRAK!!

Mata lelaki itu merah menyala dan menghancurkan semua yang dilihatnya. “Brengsek! Dasar istri durhaka. Apa ini yang kamu inginkan, hah!” Kakinya menendang ember – ember yang berisi air dan  bunga segar yang baru datang tadi sore, kemudian kakinya enteng menginjak – injak bunga – bunga itu.

“Hentikan, Mas! Tolong hentikan!!” Bening berteriak sambil memegangi kaki Bening. Ia panik antara menyelamatkan diri dan menyelamatkan Joli Flower dari kerusakan lebih besar.

 “Jika kamu tidak menuruti kemauanku, aku bisa lebih kejam dari ini! Beri aku uang sekarang!” Ibra semakin agresive merusak. Isi kepalanya hanya uang dan uang.

“Tidak aku, tidak tidak punya uang!” Bening ingat dengan tasnya. Secepat kilat ia mengambil ta situ dan memeluknya erat.

Ibra tidak percaya. Lelaki itu menyeringai dan dengan beringas, dia meraih tangan Bening dan memelintirnya dengan kasar.

“Aduh!” Bening mengaduh kesakitan. Tas dipelukannya terlepas dan menjatuhkan semua isinya ke luar berikut dompet yang berisi uang 5 juta Rupiah di dekat Ibra.

Buru – buru tangan Bening meraih dompetnya. Tapi kaki Ibra lebih cepat. Ia menginjak tangan Bening keras. Lelaki itu kemudian memungut semua uang yang ada di dalam dompet Bening.

“Kamu bohong kepadaku, Hah! Di sini ada uang 5 juta dan kamu bilang tidak punya uang!”

“Mas, tolong jangan diambil, uang itu untuk membayar vendor besok,” pinta Bening nyaris putus asa.

Lelaki itu tak menggubris dan menendang tubuh Bening ke samping. Tangannya mencengkeram tubuh Bening dan menatap istrinya dengan sorot mata kebencian. 

Kemudian, Ibra meludahi wajah perempuan itu. Cuh! “Berani – beraninya kamu melawanku. Uang ini milikku sekarang!!”

Hati Bening teriris. Dia memejamkan mata dan mengusap ludah Ibra di mukanya. Dia lalu menatap nanar suaminya dan membalas sakit hatinya dengan menampar wajah lelaki itu.

PLAK!

“Kembalikan uangku!” teriak Bening kencang dan berusaha merebut kembali uang miliknya yang ada di saku Ibra.

Ibra gemas dan mau mengakhiri percekcokan itu segera. Ia lalu menangkap Bening dan mencekik leher wanita itu, hingga kesulitan bernapas.

Sekonyong – konyong seorang lelaki datang meninju rahang Ibra hingga lelaki itu terjengkang ke belakang. “Anda tidak pantas disebut seorang suami, Pak Ibra, melainkan iblis!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fidia Haya
Fhank you Mba Amy
goodnovel comment avatar
amymende
byebyebyebye
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 121 Last episode - Immortality

    Bab 121 Last episode - Immortality “Cukup, Kak, cukup. Stop mentololkan keluarga saya!” Sesabar – sabarnya Bening, hatinya panas mendengar Tita menyebut keluarganya bodoh. Kebencian kakak iparnya itu kian menjadi, setelah tahu Dinda berniat bunuh diri, kemudian memutuskan hengkang dari rumah Tita, dan memilih tinggal bersama kakeknya di Gunung Gajah. Sementara Arum lebih suka tinggal bersama Kama dan Bening. “Kenapa? Ini mulut saya dan saya bebas mengatakan apa yang saya mau. Keluarga kamu memang tolol, dan mau pansos pada keluarga kami. Puas!!” Sorot mata Tita penuh kebencian saat mereka mau ON AIR di salah satu stasiun televisi. Sekonyong – konyong, tangan Tita mengambil gunting dari balik bajunya, dan secepat kilat merobek gaun Bening. Saat Bening belum sepenuhnya sadar, perempuan itu lalu menarik rambut panjang Bening, kemudian dengan bengis memotongnya sangat pendek. “Ya ampun!” teriak beberapa kru yang melihat setengah rambut Bening terlempar lepas ke lantai. Mereka tidak

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 120 Morning call

    Bab 120 Morning call“Kak… aku mau menikahi Dinda.”Sontak donat yang ada dalam mulut Bening muncrat keluar. Dia menoleh dan menatap bola mata adiknya tak percaya. “Kejutan apa lagi ini, Lang?” tanyanya kaget.Wanita itu ingat, saat Andini meninggalkan Elang, lelaki itu terpuruk dan berpikir tidak mau menikah lagi. Eh, sekarang tiba – tiba dia bilang mau menikahi keponakan Kama. Hatinya dag – dig – dug. Ketakutan yang selama ia simpan, terjadi juga.Elang duduk dengan santai di kursinya.“Salah satu alasannya adalah Kanaya, dia butuh sosok Ibu. Walaupun aku tahu, Mama dan Kakak sangat sayang kepadanya. Tapi, Kanaya butuh real mom, dan aku pikir Dinda adalah wanita tepat untuk Kanaya. Dia sangat sayang pada Kanaya.”“Apa kamu sudah memberitahu Mama soal ini?” tanya Bening. Donat bedak kesukaannya tak lagi membuatnya bergairah.Elang tersenyun nakal. Sifat isengnya mulai tumbuh. “Justru karena itu, aku bilang sama Kakak, supaya Kakak mau membantuku bilang sama Mama. Please… hanya Kakak

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 119 Forgiving

    Bab 119 Forgiving“When a deep injury is done to us, we never recover until we forgive.” – Alan Paton“Aku benci Ibra! Aku muak melihat laki – laki itu!” Bening meremas – remas tangannya. “Tolong jangan pinta aku untuk menemuinya!” Bening benar – benar marah saat Kama tiba – tiba mengajaknya ke rumah sakit untuk menjenguk mantan suaminya itu.Bening masuk ke dalam kamar, dan menenggelamkan mukanya di bantal. Air matanya tumpah teringat dengan semua yang dilakukan Ibra.Kama menarik napas panjang, kemudian duduk di tepi ranjang, sembari mengelus kepala Bening.“Sayang, aku paham dengan kemarahanmu. Tapi Ibra menunggumu, aku tidak tega melihat dia selalu memanggil namamu.”Bening bangun dan duduk di sebelah Ibra. Air matanya meluncur deras. “Hatiku sakit Kama! Ibra sangat jahat kepadaku dan Evan, biarkan saja dia menanggung karmanya!”Kama memeluk dan mengecup kening Bening. “Aku mengerti sayang. Hanya saja, tak ada salahnya memafkan orang yang telah menyakiti hati kita. Ibra sudah mend

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 118 The last wish

    Bab 118 The last wish “Tolong beritahu Kak Bening, Mas Ibra sekarat dan ingin sekali bertemu dengannya.” Intan memegang kedua lengan Atun dengan kuat. Setelah dia menceritakan semua yang terjadi. Atun menggeleng. “Maaf Jeng, aku tak bisa. Aku takut Ibu Bening marah kepadaku. Kamu tahu kan, apa yang telah kakakmu lakukan pada Ibu Bening?” Dia khawatir, permintaan itu akan memporak – porandakan kebahagiaan Bening. Ajeng tidak mau perjalanannya sia - sia. “Aku tahu Mba, kakakku memang brengsek, dia telah menghancurkan hidup Kak Bening, tapi tolong Mba Atun, beritahu Kak Bening, bahwasannya kakakku mau meninggal dengan tenang. Aku tahu, selama ini dia menunggu Kak Bening. Mungkin dia mau meminta maaf sama Kak Bening langsung.” Terburu – buru Ajeng mengambil ponsel yang disembunyikan di dalam kantung celananya bagian dalam. “Kalau tidak percaya, lihatlah, lihatlah video ini.” Ajeng memutar video tentang kakaknya. Atun tercekat melihat kondisi Ibra yang sangat mengenaskan. Timbul rasa

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 117 A sweet kiss

    Bab 117 A sweet kiss“Sial!!” Suara gedoran pintu itu membuyarkan kenikmatan Kama yang hampir mencapai puncak nirvana. Dia menghentikan gerakannya.“Buka dulu sayang, siapa tahu penting,” kata Bening, mengusap peluh di kening Kama yang berada di atasnya.Muka Kama cemberut, kelihatan kesal sekali dengan gangguan yang ditimbulkan pagi itu. “Biarkan saja. Kita lanjutkan saja permainan kita. Tanggung!” Tangannya menarik selimut dan menutupi tubuhnya dan Bening.Laki – laki itu kemudian memagut bibir Bening, mengulumnya dengan lembut, kemudian melakukan gerakan lamban naik – turun tapi dengan intense, seirama dengan alunan instrument piano yang mengalun lembut. “Kama… kama apa kamu ada di dalam? Tolong buka pintunya sebentar. Kakak mau bicara.” Dengan tak sabar, Tita menggedor – gedor pintu kamar Kama.“Ibu Tita, maaf, tolong jangan ganggu Bapak dan Ibu dulu, mereka mungkin masih tidur,” kata Atun. “Ibu silahkan tunggu dan duduk dulu di situ.”“Hey… diam kamu!” bentak Tita kasar. “Saya i

  • Istri Tuli Yang Kau Buang   Bab 116 A slice of life

    Bab 116 A slice of life“Oh my God! Meskipun kamu sudah menjadi istri sah Kama, saya tidak sudi dekat – dekat dengan kamu!” ucap Tita songong, saat Bening menyambangi rumahnya siang itu dengan membawa makanan.Kebencian perempuan itu pada Bening telah membuatnya menjadi perempuan buruk, hingga melupakan etika sebagai tuan rumah, dan membiarkan Bening berdiri dari 10 menit lalu.Telinga Anggi yang mendengarnya turut panas, ekor matanya melirik Bening yang berdiri dengan tegar dan tatapan teduh.“Tidak apa – apa, Kak, saya mengerti. Tujuan saya ke sini, selain untuk menjenguk Kakak, saya mau mengajak Kakak untuk menemui Ibu Irina, pekan ini. Beliau ingin sekali bertemu dengan Kakak ipar saya, sekaligus ingin mengajak Kakak bergabung dalam paguyuban Empowering Woman.” Intonasi suara Bening sangat tenang, dan tampak sangat professional menguasai emosinya. “Email resminya, nanti akan dikirim oleh Meli Sudrajat – sekretaris beliau.”Dagu Tita mendongak, sedang tangannya melipat ke depan dad

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status