LOGINDemi memenuhi tuntutan orang tuanya yang terbuai oleh harta, Nova terpaksa menerima perjodohan dengan Angga, pria yang usianya dua belas tahun lebih tua dari Nova, sekaligus seorang pewaris keluarga kaya raya yang meminangnya. Awalnya, ia pikir pernikahannya akan membawa kebahagiaan yang ia dambakan. Suami mapan, tampan, dan idaman dianggap sebagai penyempurna kehidupan Nova yang selama ini kelam. Namun, tidak disangka, justru itu adalah awal petaka yang akan ia hadapi selamanya. Sisi gelap Angga pun terkuak tepat di malam pertama, menjadikan mimpi indah pun berubah menjadi trauma kelabu. Nova menjadi pelampiasan dendam Angga yang telah lama ia pendam, dendam yang menjadi rahasianya selama ini. Sampai akhirnya Nova sendiri yang mengetahui, rahasia kelam apa yang selama ini Angga sembunyikan. Demi gengsi, orang tua Nova menggadaikan kebahagiaan anaknya. Dan mereka berada di bawah kendali Angga sang penguasa. Berada di sekitar orang-orang yang haus pujian membuat Nova semakin frustasi. Berkali-kali ia mencoba mengakhiri hidup namun selalu gagal. Pernikahannya yang penuh tuntutan, dan keluarganya yang tak mendukung adalah dua hal yang paling menguras kewarasan Nova. Di tengah keputusasaan, Angga yang selalu menghantam mental Nova menguak sebuah kebenaran yang tak pernah Nova bayangkan sebelumnya.
View MoreDi bawah langit malam yang gelap, Nova berlindung menutupi air matanya yang jatuh satu per satu ke pipi. Tidak peduli seberapa nyeri angin malam.menghunus kulitnya, dia tetap berdiri di sana. Halaman belakang yang dia rindukan sejak lama. Tempat di mana dulu selalu menjadi peraduannya kala gundah. Kedua tangannya saling bertaut memeluk tubuh, matanya menatap lurus pada puluhan tangkai bunga mawar beraneka warna yang bergoyang diterpa angin dan tanpa usaha menyanggah. Kontras dengan ketenangan itu, Nova tengah bergulat dengan kepalanya yang berisik. Suara Celva yang menolak keras dirinya terus berputar, bersama dengan rasa bersalah kembali menghujam dadanya. Sebagai seorang ibu, sesak atas penolakan anak sendiri bukanlah hal yang bisa dielak. Terlebih setelah Nova tahu, dia telah menjadi terlalu egois dengan meninggalkan anak itu bertahun-tahun dalam kebingungan. “Ternyata kamu di sini.” Sebuah suara berat menggeser bola mata Nova ke samping. Tempat di mana bayangan seorang pria be
Wanita itu, berjalan santai menghampiri Angga. Setiap gestur yang–tidak sengaja–dia tunjukkan, seakan memperjelas tahtanya di rumah ini. Jantung Nova nyaris mencelos kala matanya melihat keakraban yang melibatkan wanita itu dengan Angga. Kedekatan yang nyaris tak berjarak untuk sebuah pertemanan, dan terlalu intim untuk sebuah hubungan lebih dari sekedar teman. “Hei! Tentu aku merindukan kalian,” jawab Angga. Kata-katanya semakin menohok batang tenggorokan Nova. “Terlebih pada putri kecil ini.” Di tempatnya, Nova memperhatikan setiap interaksi kecil di antara tiga orang di depannya. Percikan api meletup di matanya. Rasa tidak suka tergambar jelas di sana tapi dia memilih diam. “Papa, Celva kangen Papa!” celoteh anak perempuan dalam gendongan wanita tadi. Membuyarkan segala perasaan tak nyaman yang sempat hinggap di hatinya. Gadis kecil itu beralih ke pangkuan Angga. Sepersekian detik mata Nova merekam dengan jelas bagaimana interaksi Angga dengan gadis kecil yang telah ditinggalk
Empat jam sisa penerbangan sebelum mendarat di Jakarta dilalui Angga, Nova, bahkan Chris dalam keheningan. Namun, dibanding Chris yang tidak mendapatkan efek apapun dari tragedi tadi, ada Angga yang kini melangkah di sepanjang lounge bandara dengan segala pikiran berkecamuk. Meski begitu, perhatiannya terhadap Nova dan bayi mungil, Noah, tetap menjadi prioritasnya. Ia memastikan setiap hal berjalan dengan lancar dan dua orang itu selalu berada dalam keadaan nyaman. Mereka sudah mendarat di Jakarta. Lalu lalang orang-orang di sekitar mereka sempat membuat Angga kesulitan untuk mengawasi Nova dan Noah. “Kenapa kau tidak menugaskan pengawal untuk berjaga, huh?” ucap Angga pada Chris di depannya, memimpin langkah mereka keluar dari lounge. Wajah pria itu memucat, “Maaf, Tuan. Aku pikir kita akan pulang dengan jet pribadi milikmu,” sahut Chris. Resiko pekerjaan menjadi tangan kanan Angga, ia harus mengingat dan peka akan segala detail hal tentang bosnya itu. Tidak hanya Angga, ia juga h
Angga duduk termangu di kursinya. Gelisah di dadanya mulai berubah menjadi pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata. Beberapa kali ia menampar pipinya, hanya demi merasakan sakit di sana. Ini bukan mimpi. Apa yang ia dengar dari Nova tadi nyata adanya. Disaat Angga berperang dengan pikirannya sendiri, seseorang di sampingnya terlelap dalam tidur. Setelah melewati momen menegangkan karena Noah yang rewel, Nova terlelap kelelahan. Sekilas Angga memperhatikan setiap hal yang membuat dunia Angga jungkir balik karenanya. “Permisi, Tuan. Apakah Anda ingin segelas teh atau kopi?” Suara lembut pramugari membyarkan semua lamunan Angga beserta bayangan tentang Nova di kepalanya. Ia menoleh dan mendapati seorang wanita cantik, dengan pakaian serba ketat berwarna biru dan sanggul rabut yang rapi dan lici. Tidak lupa senyum ramah yang merupakan sebuah kewajiban dalam pertunjukan selama penerbangan Seoul ke Jakarta. Angga tersenyum tipis membalas sapaan itu. Kopi bukan












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Ratings
reviewsMore