Share

Chapter 3

Penulis: Queen Sando
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-16 07:26:41

Arumi mondar-mandir di dalam ruang kerjanya di butik. Ia masih kepikiran soal pengakuan mengejutkan Prayoga semalam. Hati Arumi sungguh hancur, ia tak menyangka jika ternyata Prayoga akan setuju dengan ide konyol Bu Melinda untuk menikah lagi.

Ketakutan Arumi sepertinya akan benar-benar terwujud. Rumah tangga yang sudah dibangun selama lima tahun, akan segera hancur.

Prayoga yang selama ini berjuang bersamanya, kini mulai menyerah dan terpaksa mengikuti kemauan orang tuanya.

"Siapa?!" lamunan Arumi pecah saat tiba-tiba pintu ruang kerjanya diketuk.

"Maaf Bu" tampak seorang wanita berdiri di ambang pintu saat pintu dibuka.

"Ada apa Ainah?" tanya Arumi pada Ainah, resepsionis di butik milik Arumi.

"Ada orang yang datang untuk melamar pekerjaan, sepertinya lowongan yang kita sebar di sosial media sudah dibaca oleh para penggunanya "

"Oh begitu, suruh dia masuk!" pinta Arumi sambil melenggang kembali ke meja kerjanya.

Untuk sejenak ia harus menepikan urusan rumah tangganya.

Dan tak berselang lama, Ainah datang kembali dengan seorang wanita muda.

"Ini orangnya Bu!" ucap Ainah.

"Ya sudah, biar aku yang tangani, kau kembali bekerja " perintah Arumi.

Ainah pun segera keluar ruangan, dan kini tinggallah Arumi dan wanita si pelamar kerja itu.

Arumi memperhatikan wanita itu secara seksama. Wanita itu terlihat masih muda, mungkin berusia sekitar dua puluh tahun lebih. Ia memiliki tubuh yang ramping, dengan wajah yang juga cukup menarik. Dan entah mendapat Ilham darimana, tiba-tiba Arumi memikirkan tentang sesuatu.

"Duduklah!"

"Iya Bu" jawab wanita itu malu-malu.

"Siapa namamu?" tanya Arumi sambil mengamati wajah wanita itu.

"Saya Nurselia, bisa panggil Selia" jawabnya lagi.

"Oh, baiklah Selia, bisa saya minta berkas mu?"

Selia lalu menyodorkan sebuah map berwarna cokelat.

Begitu menerima map dari Selia, Arumi langsung membaca beberapa berkas yang dilampirkan di dalam map itu.

Arumi manggut-manggut, sebelum akhirnya menutup map itu dan meletakkan begitu saja di atas meja, sedang Selia menunggu dengan perasaan cemas.

"Kau sudah punya pacar?" tanya Arumi kemudian.

"A-apa, apa Bu?!" Selia kaget dengan pertanyaan yang diluar dugaannya itu.

"Iya, aku tanya apa kau sudah punya pacar?" ulang Arumi.

"Ma-ma, maaf Bu, be-be-belum" jawab Selia gugup, keringat dingin pun mulai keluar dari pori-pori kulit tubuhnya.

Arumi menarik nafas lega, sepertinya apa yang sedang ia pikirkan akan bisa segera terwujud.

"Baguslah" jawab Arumi santai, lebih tepatnya mencoba untuk santai, meski hatinya sebenarnya sedang kacau saat ini.

"Apa kau ingin uang lebih,e bukan, maksudku apa kau ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar dari gaji bekerja di butik ini?" Arumi mulai menggiring Selia ke dalam rencana yang saat ini terbesit di dalam pikirannya.

Selia mengernyitkan keningnya, bingung.

"A-apa maksudnya Bu?" tanya Selia, yang sejauh ini masih belum paham arah dari pembicaraan mereka.

"Aku menawarkan kerjasama yang lebih menguntungkan dan bisa memberi kau penghasilan yang besar" rayu Arumi yang rupanya tertarik dengan sosok Selia yang terlihat lugu dan baik itu. Arumi berniat untuk menjadikan Selia istri kedua untuk Prayoga. Hal itu ia lakukan bukan karena ia mendukung niat Bu Melinda untuk membuat Prayoga berpoligami, tapi jika wanita yang akan menjadi istri baru Prayoga adalah hasil dari pilihan Arumi, ia berkeyakinan akan tetap bisa menguasai Prayoga sepenuhnya, mengingat Selia hanyalah seorang gadis biasa. Berbanding jauh dengan Arumi yang seorang lulusan perguruan tinggi ternama, dan juga seorang wanita karir.

"Jadi, bagaimana Selia, apa kau tertarik?"

"E, iya, ta- tapi apa itu Bu?" tanya Selia ragu.

"Huh!!" Arumi membuang nafas, seolah ingin membuang semua beban yang berkecamuk di dadanya saat ini.

"Apa kau bersedia menjadi istri kedua?"

"A-apa???!!!" Selia kaget bukan main mendengar ucapan Arumi itu.

Semakin panik gadis itu, ia yang semula berniat datang ke butik itu untuk melamar pekerjaan, kini justru ditawari untuk menjadi istri kedua, sungguh hal yang sangat menakutkan.

"Kau tak usah takut!" seloroh Arumi cepat, seolah ia tahu apa yang sedang Selia pikiran saat ini.

"Ini hanya sementara, lebih tepatnya, kau hanya menjadi istri kedua sampai kau hamil dan melahirkan, lalu setelah itu kalian akan berpisah. Lagipula pernikahan itu juga hanya nikah dibawah tangan kok, jadi kau tak usah takut akan terikat selamanya. Jika semua tujuan sudah tercapai, kau bisa langsung berpisah dari suamimu itu" Arumi mencoba memberi Selia gambaran tentang apa yang ia tawarkan.

Selia diam, ia sedang mencoba mencerna tawaran yang Arumi berikan itu.

Sebenarnya ia merasa tersinggung dengan tawaran Arumi itu, tapi ada satu hal yang akhirnya membuat Selia tak langsung marah pada Arumi. Bukan semata karena saat ini Selia sedang melamar pekerjaan di butik Arumi, tapi itu karena saat ini ia memang sedang membutuhkan uang. Uang yang jumlahnya tak sedikit. Dan jika bisa, ia ingin mendapatkan uang itu dalam kurun waktu yang tak lama. Ia membutuhkan uang yang cukup banyak untuk membiayai adiknya yang hendak masuk ke perguruan tinggi dalam waktu dekat ini.

Tawaran dari Arumi itu cukup menggiurkan walaupun resiko yang harus ditanggung cukup besar, Selia harus rela jadi istri kedua.

"Bagaimana Selia?" tanya Arumi, memecah lamunan Selia.

"E, i-iya Bu.." jawab Selia tergagap.

"Apa kau bersedia?" Arumi mulai tak sabar.

Selia jadi bimbang, di satu ia sedang butuh uang, tapi disisi lain ia harus mempertaruhkan harga dirinya demi mendapatkan uang itu.

"Kalau kau tak mau, aku akan cari orang lain!" ancam Arumi.

"E, jangan Bu, baiklah saya bersedia!" sambar Selia cepat, meski akhirnya ia merasa sedikit malu karena bersedia menerima tawaran itu.

"Saya, saya sedang butuh uang untuk biaya kuliah adik saya" Selia mencoba memberi pembenaran atas keputusannya untuk menerima tawaran Arumi, dengan maksud agar Arumi tak salah paham.

"Aku akan kirim surat kontraknya padamu besok, kau tanda tangani, lalu kau simpan satu untukmu, sedang satunya lagi kau kirim padaku" pungkas Arumi, sebelum akhirnya memutuskan untuk mengakhiri perbincangan hari ini dengan Selia.

_____

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 53

    Satu hari sebelumnya.. "Siapa kau?!" tanya Arumi pada seorang wanita yang datang ke rumahnya. "Apa kabar Bu Arumi?" wanita itu tersenyum manis sambil melenggang masuk ke dalam rumah meski Arumi belum memintanya. Arumi bingung, ia mengekori langkah wanita yang berpenampilan seksi itu. "Hei, siapa kau?!" tanya Arumi lagi dengan nada tinggi. "Oh ya, aku lupa, perkenalan, aku Nurselia!" wanita itu mengulurkan tangannya. Arumi bengong saat wanita itu menyebut namanya. "Selia?" gumam Arumi sambil terus mengamati wanita yang ada dihadapannya itu. "Kau tentu masih ingat aku, kan Bu?" tanya Selia dengan senyum misterius, seolah menyimpan sebuah rahasia yang besar. "Bagaimana bisa kau Selia?" tanya Arumi ragu, sebab wanita yang ada di hadapannya itu tak mirip sedikitpun dengan Selia. Wanita itu, Selia, menyeringai membuat Arumi sedikit cemas. "Ku dengar kau akan menikah dengan mantan suamiku, oh, bukan, mantan suamimu?" tanya Selia yang terus mempermainkan bibirnya, seolah

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 52

    "Ada apa lagi Mas?" tanya Arumi kesal, ia sebenarnya sudah merasa malas untuk bertemu lagi dengan Prayoga, semenjak ia mendapat video dari perempuan bernama Aulia itu. "Rum, aku mohon, maafkan aku!" Prayoga langsung menghambur kearah Arumi yang berdiri dengan wajah datar. "Percayalah, semua itu nggak benar!. A-ku udah ditipu Rum!" ucap Prayoga dengan menggebu-gebu. "Apa, ditipu katamu?!" Arumi memicingkan matanya, merasa aneh dengan pernyataan mantan suaminya itu. "Iya Rum, aku nggak kenal siapa wanita itu, sungguh!" Prayoga hendak meraih tangan Arumi untuk ia genggam, agar dramanya terlihat begitu realistis. Tapi Arumi dengan cekatan menghindar. Ia tak ingin lengah lagi, ia sudah sadar kini, karena kelengahannya itulah yang membuat ia akhirnya jatuh kembali ke dalam jeratan cinta Prayoga yang sesungguhnya kini sudah tak lagi sama seperti enam tahun yang lalu. Prayoga terperanjat melihat reaksi ketus Arumi. "Rum?!" "Huhh!!" Arumi menarik nafas dan mengembuskan nya begitu

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 51

    "apa kabar Mas Yoga?!" seorang wanita tiba-tiba menegur Prayoga yang sedang duduk santai menikmati secangkir es kopi di sebuah cafe. Prayoga kaget dan segera meletakkan gelas berisi es kopi americano di atas meja. "hai!" seorang wanita melambaikan tangannya pada Prayoga sambil tersenyum manis. Prayoga tertegun melihat wanita itu, ia coba untuk mengingat-ingat, siapa tahu ia mengenal wanita itu, tapi ia ternyata tak bisa mengenalinya dengan mudah sebab wanita itu mengenakan kacamata hitam. "sendiri aja?" tanya wanita itu setelah berada tepat di dekat Prayoga. Prayoga tak menjawab, ia malah memandangi wanita itu dari ujung rambut hingga ujung kaki. wanita itu berpenampilan cukup seksi dengan hot pant jeans yang di padu atasan rajut berbelahan dada cukup rendah hingga membuat area privasi miliknya sedikit terlihat. "kok bengong?!" ucap wanita itu sambil menjentikkan jarinya, membuat lamunan Prayoga buyar seketika. "e, si-apa kau?!" tanya Prayoga gugup. "astaga, apa waktu b

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 50

    "sial!, bagaimana bisa wanita itu punya video seperti itu?, ku rasa aku udah dijebak malam itu?, tapi atas dasar apa dia lakukan itu?!" Prayoga mondar-mandir sambil terus mengoceh. "loh Yoga?!, kok udah pulang?!" Bu Melinda kaget ketika melihat keberadaan Prayoga di ruang tengah. "bukankah hari ini kau dan Arumi akan fitting baju ya?" tanya Bu Melinda sambil mendekati anaknya itu. "apa terjadi sesuatu?" selidik Bu Melinda yang mulai merasa ada hal aneh yang terjadi jika melihat gelagat yang ditunjukkan Prayoga. "Yoga, kamu dengar Ibu nggak?!" pekik Bu Melinda. "iya Bu, Yoga dengar!" jawab Prayoga ketus. "kalo dengar kenapa kamu nggak jawab?!" Bu Melinda nggak kalah ketus. "Yoga lagi bingung Bu!" "bingung kenapa?, apa baju yang kalian pesan nggak sesuai?" tanya Bu Melinda sambil duduk di sofa dan menikmati secangkir teh Kamomil yang hangat dan harum. "bukan soal baju, tapi ini soal Arumi!" "crutt!" air teh yang sedang di seruput Bu Melinda muncrat seketika saat ia me

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 49

    "Kok lama banget Mbok?" Prayoga bertanya pada Mbok Piah dengan gusar. Ini sudah hampir setengah jam ia menunggu Arumi yang kata Mbok Piah tadi sedang bersiap-siap. Kedua matanya terus menatap ke lantai atas, berharap Arumi segera turun untuk menemui dirinya. Prayoga merasa aneh, ia pernah hidup bersama Arumi selama enam tahun lamanya. Ia paham betul jika Arumi bukanlah tipikal wanita yang akan menghabiskan banyak waktu hanya untuk berkutat di meja rias. "Coba panggil lagi Mbok, ini udah siang!" pinta Prayoga, Mbok Piah mengangguk ragu namun ia bergegas naik ke lantai atas untuk memanggil Arumi. Prayoga gelisah, ia terus mondar-mandir kesana-kemari sambil menggerutu tak jelas. Dan tak berselang lama Arumi pun turun di ikuti oleh Mbok Piah. Prayoga tertegun melihat Arumi. Tadi menurut Mbok Piah Arumi sedang bersiap diri, tapi kini yang nampak justru berbeda. Arumi masih mengenakan daster panjang berwarna biru gelap dengan Khimar peach yang menutup kepalanya. Wajah Arumi juga

  • Istri Untuk Suami Arumi    Chapter 48

    "Siapa ya?!" Mbok Piah menatap bingung pada seseorang yang berdiri di hadapannya. Sepagi itu ada seorang wanita muda yang Dadang berkunjung. Wanita itu masih sangat mudah, usianya sepertinya belum genap dua puluh tahun. Paras wajahnya cukup cantik, tubuhnya tak terlalu tinggi namun cukup sintal, apalagi ditambah dengan pakaian yang ketat membuat setiap lekuk di tubuhnya tergambar dengan jelas. Mbok Piah nampak tak suka melihat penampilan wanita itu yang terlalu seksi. "Perkenalkan, saya Aulia!" wanita itu mengulurkan tangannya pada Mbok Piah yang masih bingung. Dengan ragu Mbok Piah menerima uluran tangan wanita itu. "Maaf Bu, apa Bu Arumi nya ada?" tanya wanita bernama Aulia itu dengan ramah seolah sudah sangat mengenal Arumi. Mbok Piah memicingkan matanya, mencoba untuk menyelidiki siapa wanita itu. "E, Ibu dia, dia su-dah pergi!" jawab Mbok Piah berdusta, sebenarnya Arumi ada di rumah, tapi semalam Arumi bilang pada Mbok Piah jika hari ini ia berencana untuk melakukan fittin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status