Share

Ep 7

Hembusan angin disiang hari begitu kencang menemani Lita yang berjalan turun dari mobilnya. Ia memandang rumah yang cukup besar tapi tidak sebesar rumahnya. Rumah yang terlihat begitu nyaman didepannya saat ini.

“Kamu harus melakukan ini Fa, ayo harus kuat siap menerima apapun itu” ucap Lita mencoba menguatkan dirinya dia menghembuskan nafasnya melonggarkan dadanya agar tidak tegang memberi kekuatan untuk dirinya sendiri.

Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju pintu rumah didepannya. Ini rumah keluarga fahri, dia harus mencari informasi soal Fahri pada kedua orang tua pria itu.

Lita mengetuk pintu rumah tersebut dengan was-was, tak lama kemudian pintu terbuka menampakkan seorang pelayan yang memakai seragam hitam dan putihnya.

“Iya mbak, cari siapa ya?” ucap pelayan tersebut saat melihat Lita yang tercengang karena melihat orang yang sebelumnya tidak pernah Lihat. Hatinya menjadi penasaran menelisik pelayan didepannya semenjak kapan keluarga Fahri ada pelayan dirumahnya. Biasanya hanya ada bi engkus di rumah ini.

“Aku Mau cari ibu Wulan dan pak Sasongko ada?” ucap Lita.

“Maaf mbak, disini tidak ada yang bernama ibu Wulan atau pak Sasongko. Ini rumahnya bapak Fery”

“Nggak mbak, ini rumah mertua saya. Nggak mungkin kalau mereka nggak ada. Minggir mbak saya mau bertemu dengan mertua saya”  Lita hendak menerobos masuk tapi pelayan itu terus menghalanginya.

“Mbak, jangan asal nerobos masuk ke rumah orang dong.nanti bisa saya laporkan ke polisi loh. Ini seriusan bukan rumah orang yang mbak sebutin tadi” ucap pelayan itu menghalau Lita.

Lita terdiam, dia merasa tidak percaya masihan. Masa ini bukan rumah orang tua Fahri. Lalu dimana rumah orang tua pria itu. Akhirnya Lita mundur secara perlahan, daripada dia harus terlibat masalah hukum nantinya.

Dia akan terus berusaha menyelidiki suaminya itu yang ternyata, orang yang jahat. Dia benci dengan pria itu, tapi hatinya berkata lain. Hatinya masih menyimpan cinta walaupun dia diperlakukan begitu.

“Arggh,.”erangnya dengan keras seakan mengeluarkan seluruh bebannya.

.........

Fahri berjalan di koridor perusahaan Papanya, dia merasa senang sekarang akhirnya perusahaan ini akan menjadi besar dengan sokongan RV Group milik keluarga Lita. Perempuan itu membawa keberuntungan baginya. Ia tadi habis menemui Papa dari Lita, dia diberi pilihan oleh pria paruh baya tersebut memimpin perusahaannya sendiri dengan bantuan Rv Group atau menerima perusahaan dari mereka.

Tentu saja dia memimpin perusahaannya sendiri, ia akan membuat perusahaan miliknya berjaya melebihi RV Group.

“Fahri kau disini?” ucap Sasongko saat berpapasan dengan putranya itu.

“Pa,.” Fahri menghentikan langkahnya melihat sang Papa.

“Ada apa kau kesini?”

“Aku hanya ingin memberitahu Papa kalau perusahaan kita telah bergabung dengan RV Group Pa. Perusahaan kita ini adalah cabang dari perusahaan baru yang diberikan keluarga mereka padaku. Aku harap Papa menyetujuinya” ucap Fahri menatap sang ayah.

“Fahri, kamu serius dengan ucapan mu. Kamu berarti serius juga kan dengan hubunganmu dan Lita.”

“Aku tidak serius melakukan pernikahan ini Pa, aku akan membuatnya menderita atau bahkan mati di tanganku” ucap Fahri menahan emosi yang bergejolak.

“Fahri sadar kamu, jangan sampai kamu membunuh seseorang” ucap Sasongko mengingatkan anaknya.

“Lihat nanti Pa, kalau begitu aku pergi dulu. aku sibu” ucap Fahri dan langsung pergi dari hadapan Papanya yang menatap anaknya miris. Fahri anaknya yang dulu baik hati kini diliputi dendam dihatinya. Kenapa anaknya itu bisa berubah drastis begitu, hanya gara-gara kekasihnya telah dibunuh.

.................

Lita berjalan masuk kedalam rumahnya dengan kaki lemas, tujuannya kali ini zonk untuk mendapatkan informasi mengenai Fahri. Sebenarnya siapa itu Fahri kenapa dia melakukan ini padanya tanpa hal mendasar bahkan menuduhnya sebagai seorang pembunuh. Pembunuh siapa, dia tidak membunuh siapa-siapa kenapa pria itu mengatainya pembunuh.

“Non Lita sudah pulang?” ucap mbok Jum saat melihat Lita yang berjalan lemas menenteng tasnya.

“Sudah mbok,” ucap Lita lemah sambil mendudukkan dirinya di sofa

“Mbok ambilkan minum dulu ya,” Mbok Jum akan berjalan ke dapur tapi langkahnya terhenti karena Lita menggenggam tangannya.

“Ada apa non?” ucap Mbok Jum melihat lita.

“Mbok, aku boleh meluk mbok nggak” ucap Lita, menatap penuh harap.

“Boleh sini mbok peluk, ada apa denganmu? Kenapa kamu kelihatan sedih sekali” Mbok Jum duduk tepat di samping Lita memeluk perempuan itu yang sudah seperti anaknya begitu juga Lita yang telah menganggap mbok Jum seperti ibunya.

“Kenapa hidupku begini mbok, kenapa?” ucap Lita sudah tidak bisa menahan air matanya yang ingin keluar sedari tadi.

“Lita, ada apa? Cerita sama mbok jangan menangis begini. mbok nggak tahu kalau kamu begini” Mbok Jum mengusap punggung Lita menenangkan perempuan tersebut.

“Aku hanya sedih saja mbok, “ Lita menangis tidak kuasa untuk menceritakan semua ini. Kenapa pahit sekali hidupnya terlahir dari seorang selingkuhan, sempat dibenci keluarganya dan sekarang ia malah menikah dengan pria yang ternyata membencinya dan sungguh misterius. Ia sama saja telah ditipu selama ini.

“Kamu mencoba membohongi mbok ya, mbok tahu dirimu Lita. Bilang sama mbok, apa yang terjadi padamu?”

“Aku tidak apa mbok, kalau begitu aku ke kamar dulu ya” ucap Lita dan langsung berdiri dia menghindari perempuan paruh baya tersebut karena ia tahu ia tidak bisa berbohong dengannya.

Mbok jum hanya melihat Lita penasaran sekaligus khawatir, sebenarnya kenapa perempuan yang sudah ia rawat dari kecil itu.

...........

Fahri malam-malam sekali baru pulang dalam keadaan sempoyongan dengan ditemani wanita malam yang dia rangkul masuk kedalam rumahnya dan Lita saat ini. Dia berjalan dengan dibantu wanita itu,

Lita yang baru saja mengambil air minum dari dapur langsung terkejut melihat kedatangan Fahri yang sedang menaiki tangga menuju kamarnya.

“Kau siapa? Kenapa kau bisa pulang dengan suamiku ke rumah ini?” tanya Lita kepada perempuan yang dirangkul oleh Fahri.

Mereka berdua langsung melihat kebelakang melihat dimana Lita berdiri saat ini.

“Wow, ternyata ada istriku disini.” Ucap Fahri menatap Lita.

“Hei Lihat pembunuh itu bicara padamu,?” ucap Fahri pada perempuan disampingnya menunjuk Lita.

“Kau pergilah dari rumahku,” ucap Lita mendekati perempuan itu dengan mengabaikan Fahri.

Lita menarik perempuan tersebut mengusirnya pergi.

“Hei,.berani sekali kau bersikap begitu dengan wanitaku” bentak Fahri mengejar Lita yang menarik perempuan malam tersebut.

“Ada hak apa dirimu mengusir wanitaku” Fahri mencengkram tangan Lita.

“Tentu saja ini hak ku, ini rumahku, dan kau suamiku mengerti. Tentu saja aku ada hak untuk mengusir wanita tidak jelas ini dari rumahku” ucap Lita menghempas tangan Fahri dan menarik cepat wanita yang dibawa Fahri.

Fahri mengikuti Lita dengan sempoyongan.

Plakkk

Tamparan keras mendarat begitu saja di wajah Lita setelah perempuan itu mengusir wanitanya dan menutup pintu rumah mereka saat ini.

“Berani sekali kau mengusir dia, dan berani sekali kau melawanku” ucap Fahri

Lita sambil memegangi wajahnya menatap tajam Fahri,

“Untuk apa aku tidak berani padamu, kau pria brengsek yang pernah ku kenal. Aku ingatkan sekali lagi padamu ini rumahku jangan pernah kau membawa wanita lain ke sini”

“Cih, rumahmu. Kau tidak salah Papamu saja memberikan ini untukku dan atas namaku. Makanya kau jadi perempuan jangan bodoh” Fahri mendorong kuat kepala Lita.

“Dan kau jangan mencampuri urusanku, aku hanya suami di atas kertas mu mengerti. Jadi hakku membawa wanita ke rumah ini, ini rumahku paham” ucap Fahri mendekati Lita dan akan menamparnya.

Terlebih dahulu Lita, menahan tangan jahanam Fahri. Menatap pria tersebut dengan tajam.

“Baiklah, jika memang begitu. Ambil saja rumah ini dan lihat aku juga bisa sepertimu mengerti, Jika kau menganggap pernikahan kita hanya di atas kertas. Aku malah senang mengerti jadi kau jangan pernah mencampuri urusanku di setiap aku melakukan apapun. Karena kau bukan suamiku” Lita mendorong kuat Fahri hingga pria itu terjatuh kelantai karena sedari tadi memang berdiri tidak tegap.

Fahri yang terjatuh dilantai, malah tiduran saja dilantai tersebut. Dia tidak perduli kondisinya saat ini yang ia perduli kan hanyalah tidur badannya terasa lemas dan mengantuk.

°°°

T.B.C

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status