Bibir pria itu segera merayap berpindah dari tengkuk menuju leher Emily sambil tetap mendekap wanita itu erat-erat. Jemarinya mengelus punggung wanita itu sementara dengan ahlinya menbuat Emily melayang dengan ciumannya yang panas. “Aku kangen,” bisiknya sambil terus mencium leher Emily. Para penjaga yang tadi siaga menjaga saling pandang dengan heran.Walau pria itu sangat terampil menggunakan bibir dan lidahnya, namun untungnya kali ini Emily sudah sadar, dengan cepat dia menggeliat dan mendorong dada Noah yang segera tertawa terkekeh dengan menyebalkan.“Kenapa sayang, kamu nggak kangen sama aku?” gumam pria tampan itu sambil menjilat bibirnya sendiri. Pria itu melirik para penjaga kastil yang segera berpura-pura tak melihat apa yang mereka lakukan.“Stop nggak!” erang Emily akhirnya berhasil melepaskan diri seutuhnya dari pelukan Noah. Pria itu kembali tertawa.“Ngambek ya, aku kemarin menghilang, maaf ya sayang aku itu harus mengurus kapal.” Pria itu kembali mendekati Emily dan
Hati Emily seakan dicengkram kuat. Wajah kecewa Andi membuatnya sesak napas. Pria itu terlihat bingung sekaligus marah.“Em … ada apa ini?” tanya Andi sambil menarik kekasih hatinya dengan posesif.“Um … pria ini,—” “Hai Andi, jangan pura-pura lupa dong,” ujar Noah yang segera membuat Emily terbelalak kaget. “Kamu … kamu kenal dia?” tanya Emily terkesiap.“Andi? Jelas kenal. Walau dia pasti sok lupa. Ya nggak Ndi?” tanya Noah sambil menepis rambutnya sendiri yang tebal.“Kamu kenal dia?” tanya Emily segera menatap pria yang masih dia anggap kekasihnya. “Kenapa kamu tanya? Bukannya kamu juga dah kenal, kenal akrab malah!” sindir pria bertubuh kurus sambil menatap ke arah Emily dengan sinis.“Aku nggak tau dia siapa! Dia ngaku,—” Emily menghentikan ucapannya lalu mulai berbisik ke pada Andi.“Kalau dia itu adiknya tuan Noel,” bisiknya dengan dramatis.Tapi yang awalnya Emily pikir kalau Andi akan terkejut tapi pria itu malah terbatuk pelan.“Yeah … adik tiri,” jawab Andi sambil mena
Wanita paruh baya yang masih cantik itu duduk di kursi favoritnya. Dekat piano sambil menyesap teh dalam cangkirnya. Duduknya tegak bak seperti sedang dilakukan sesi pemotretan untuk majalah. Namun ada sesuatu yang aneh. Wanita itu terlihat bahagia, mungkin karena itu wajah Mama Karen terlihat jauh lebih muda 10 tahun. Dengan resah Bianca mengikuti suaminya. Tangan pria itu menggandengnya, bagaikan dalam mimpi, jika pria itu terus memperlakukannya seperti ini, Bianca tak akan mau bangun lagi dalam mimpinya. “Siang mama,” ucap Noel untuk menandakan kedatangannya. Wanita itu menoleh dan Noel menyadari kenapa wanita itu terlihat begitu bahagia. Ada papanya di sana. “Liat dia, cantik kan?” ujar Karen sambil menyentuh lengan suaminya. Bianca tiba-tiba ditarik oleh Karen agar seorang pria bisa menilainya. Pria itu pernah dia lihat sekilas di upacara pernikahan mereka, pria itu adalah papa mertuanya. Sudah sangat jelas dari mana Noel dan Noah mendapatkan ketampanannya. Walau sudah
“Aku mencintaimu,” ucapan Bian kembali terngiang dalam benak Noel. Apa wanita itu sudah gila? Tak mungkin Bianca mencintai dirinya, bagaimana bisa? Mereka bukannya hanya dua orang asing yang terperangkap dalam pernikahan? Wanita itu duduk diam saat duduk di kursi penumpang sementara papa dan mama Noel duduk di bagian depan. Wajahnya yang cantik tampak memperlihatkan pemandangan jalan dengan tenang, sedangkan perasaan Noel berkecamuk. Mereka tak boleh saling mencintai. Bukannya hal itu terlarang dalam dunia mereka? Bagaimana kalau dalam beberapa tahun ke depan, keluarga mereka tidak lagi saling membutuhkan dan mereka harus berpisah? Cinta itu terlarang di kalangan mereka. Contohnya tentu saja papa mama Noel sendiri. Mama Karen yang sangat memuja suaminya, sedangkan papa Leon yang bahkan tak menyadari kalau dari tadi Karen mengajaknya berbicara. Melihatnya begitu menyedihkan. Karen mengatakan pada Noel dan Bianca kalau papa telah memesan meja di sebuah restoran terkenal, yang bahk
Seperti kata pepatah, sepintar -pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Setelah berhasil menyembunyikan percintaan terlarangnya dengan Kevin, Bianca Thomas gagal menyembunyikan kehamilan pada mama tirinya. Begitu pula perasaan Bianca saat Alice, mama tirinya menatapnya dengan penuh amarah. Bianca sama sekali tak bisa menutupi apapun dari mama tirinya. Wanita itu memegang benda pipih berwarna putih itu sambil menatap Bianca tidak percaya. Bianca sudah hamil dan mengacaukan semua rencana mama tirinya. Sebenarnya ini adalah cara penolakan Bianca, atas perjodohannya dengan Noel Klein, CEO dari Goro Grup. Tapi rencananya yang brilian itu gagal karena ternyata, Kevin yang menjadi tumpuan harapan Bianca malah mengkhianatinya dan menghilang. Alice sudah sangat senang saat Karen, mama dari Noel Klein, setuju untuk menjodohkan anak mereka. Pernikahan pun juga sudah mulai disiapkan, tapi kenyataan seperti ini, membuat Alice hampir mati berdiri. "Bagaimana anak tiriny
Wanita muda itu menutup mata, mencoba tidur. Tetapi rasa perih dan ngilu di perutnya, membuatnya terus mengerang kesakitan. Kepalanya terasa pusing dan perdarahannya belum juga berhenti. Bianca membuka matanya dan menatap langit-langit kamarnya. Dia mendesah sedih memandang sekeliling kamarnya. Walau semua benda di kamarnya seakan berteriak mahal, tapi kemewahan yang melimpah tidak berarti apa-apa bagi Bianca sekarang. Dengan limbung berjalan ke kamar mandi untuk kembali mengganti pembalut. Sambil menghela napas, wanita itu menatap bathup. Berendam dengan air panas di dalam bak sepertinya akan menyenangkan. Wanita itu mulai mengisi air hangat dan masuk, merendam seluruh tubuhnya, pilu di perutnya sedikit mereda, namun hatinya terasa kosong dan kesepiannya semakin menjadi-jadi. Dengan kepala terasa berputar, wanita muda itu merendam dirinya dan menikmati sensasi kehangatan air panas memeluk dirinya. Bianca lalu mengambil obat penenang yang diberikan dokter, dan meminumnya
Karen, mamanya Noel menatap dengan tatapannya yang menusuk, seperti biasa Noel menunduk dan kembali ke masa kecilnya, di mana dia memecahkan pot bunga kesayangan mamanya. Wanita itu tidak berkata apa-apa hanya diam seakan Noel tak ada dan tidak mau menatap Noel selama 3 hari penuh. Noel kecil sama seperti Noel dewasa, dia langsung takut Karen akan membenci dirinya dan otomatis mengikuti apa kemauan mamanya, waktu itu adalah dia masuk kelas piano, yang Noel benci. Kini sama saja, dia harus menikah. Noel tidak pernah menyukai wanita, menurutnya wanita makhluk aneh yang terlalu sering mengeluarkan air mata. Wanita juga tidak pernah jelas apa maunya, dia harus menelaah wajah Karen, dan memperkirakan apa keinginan wanita tua itu, dan seringnya pria itu salah. Kali ini mamanya berkata jelas, bulan depan dia akan menikah dengan putri keluarga Thomas, Bianca namanya. Mereka membutuhkan aset pabrik PT. Thomas untuk bekerja sama di bidang pakan ternak. Noel waktu itu hanya bisa m
Menulis buku harian adalah kebiasaan yang terus dia lakukan setelah mengikuti konseling beberapa waktu yang lalu. Seperti biasanya anak-anak di kalangan mereka, rata-rata semua mengikuti sesi di psikolog untuk mengatasi berbagai masalah kejiwaan. Kalau untuk kasus Noel, psikolog yang belum mengetahui apa masalah yang ada di dirinya akhirnya menyuruh Noel untuk menulis apa yang tak bisa dia katakan, ke buku hariannya. Perasaan tak nyaman itu sudah mulai hilang, namun menulis seperti ini sudah menjadi kebiasaannya setiap mengakhiri hari. Noel meregangkan tubuhnya, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Pria itu tercengang sesaat karena lupa kalau dia sudah memiliki istri sekarang. Saat membuka pintu kayu rumah itu, dia terpana melihat istrinya tertidur dengan rambutnya yang terurai bagai mahkota di sekeliling bantal. “Cantik, tulisannya tadi tidak salah, istrinya memang sangat cantik,” pikirnya segera keluar kembali dan tidur di ruang bacanya tadi. Noel merebahkan