Kayla menunjuk dengan ragu, “Ka-kamu? Sedang apa di sini?” ucapnya gugup. “Tunggu dulu, apa kamu mengikutiku sampai kemari?”
Kedua mata wanita itu membola, benar-benar tidak percaya kalau orang asing ini tahu tempat tinggalnya padahal mereka bertemu hanya sekilas. Kayla menelan ludahnya dengan kasar, bahaya kalau sampai orang di sini tahu statusnya sebagai anak dari penguasa kota ini. Sekarang bukan waktu yang tepat. Leon sebisa mungkin bersikap santai. “Ekhmm. Sebenarnya aku tadi tidak sengaja melihatmu masuk kemari. Apartemenku ada di seberang sana. Jadi, sekalian saja aku mampir, boleh ‘kan?” ungkapnya dengan memasang senyuman semanis mungkin. Tapi di mata Kayla, senyuman jahil lebih tepatnya. ‘Sial! Bikin jantungan saja!’ Kayla mencebikkan bibirnya kesal karena hampir kecolongan. Jadi, dia tidak akan basa basi lagi pada orang ini. “Ck! Apa yang kamu mau? Kalau cuma kepo tidak usah diteruskan, jika masih sayang dengan nyawamu!” ketusnya langsung. Pemuda itu cukup terkejut dengan ancaman yang ke luar dari mulut wanita seanggun ini. Di luar dugaan! “Sabar, Cantik. Kenalkan, aku Leon. Kalau nama kamu?” ucapnya percaya diri sambil menyodorkan tangan kanannya. Kening Kayla berkerut dan dengan cepat memasang wajah masam. ‘Berani sekali pria ini?’ batinnya heran. “Itu tidak penting! Aku tidak punya waktu untuk meladeni orang sepertimu!” tegas Kayla dengan tatapan tajam. “Kita bertemu lagi pasti bukan cuma kebetulan ‘kan? Wah, aku yakin ini takdir!” Leon tidak gentar sedikitpun. “Maaf, Pak. Anda cari yang lain saja, saya permisi!” Tringgg!!! Bersamaan dengan pintu lift terbuka, Kayla dengan gesit melangkah masuk dan telunjuknya menekan tombol tutup dengan cepat. Bahkan Leon tidak sadar kalau sudah ditinggal begitu saja. “He-hei, Nona! Tunggu!” teriaknya di depan pintu besi itu. Kaki kanannya berusaha untuk menahan pintu, tapi sialnya dia terlambat. Leon pun melihat sekeliling untuk memastikan keadaan karena malu kalau sampai ada yang melihat kejadian ini. “Ah, sial! Susah sekali rupanya. Dia wanita yang menarik!” bibirnya cuma bisa nyengir. Lalu ponselnya berbunyi, ternyata pesan masuk dari Gio. (Tuan Muda, ada di mana? Kami sudah mencurigai satu orang dan sepertinya kali ini benar!) Setelah membaca itu Leon pun bergegas pergi untuk kembali ke apartemennya. Rasa penasarannya pada Kayla tadi kini beralih dengan cepat ke kabar yang dibawa asistennya. Di Kamar Kayla .… Wanita itu meregangkan tubuh setelah lelah berolahraga. Sudah lama sekali dia tidak bisa melakukannya karena selama ini sibuk berjualan dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahkan untuk memanjakan diri sejenak pun tidak bisa. “Senang sekali aku punya banyak waktu sekarang. Nah, sekarang aku harus menyusun rencana baru!” Dengan cepat dia mengambil ponsel dan menelpon Nora. [“Ada apa, Nona?” tanya gadis itu ramah.] “Kapan rapat pemilihan proyek itu, Nora? Aku harus mempersiapkan diri!” ujarnya tanpa basa-basi. [“Seminggu lagi. Nona tahu kan kalau perusahaan Donny juga ikut di pemilihan nanti?” ungkapnya memastikan lagi.] “Iya, si Rio brengsek itu jelas menginginkan posisi bagus! Wanita gatal itu juga bilang kalau papanya akan membantunya. Nora, cari tahu soal mereka dan laporkan padaku. Aku akan memberi mereka kejutan saat pemilihan tender nanti!” ucapnya dengan kedua tangan mengepal erat. [“Oke laksanakan, Nona!”] Sementara itu .… Rio dan mamanya baru saja tiba saat hari sudah malam. Padahal Rio sudah memintanya pulang lebih dulu, tapi mamanya masih ingin menemani mereka, supaya bisa pamer kalau sebentar lagi putranya itu akan menikah dengan gadis dari keluarga kaya. “Huaaa! Ma-mama! Kak Rio!” teriaknya dengan kencang sambil terisak. Suara Mia yang sedang duduk di sofa ruang tamu tentu mengagetkan mereka. Sinta pun langsung berjalan cepat menghampiri anaknya. “Mia, ada apa ini?” “Ma, a-aku dipecat! Huaaaa!” adunya seperti anak kecil. “Kenapa bisa dipecat? Apa kamu berbuat hal bodoh?” tanya Rio dengan nada ejekan. Mata Sinta mendelik mendengar itu dan berusaha menenangkan anak bungsunya. “Sabar, Sayang. Coba bicaranya pelan-pelan!” Mia mengangguk, “Iya, Ma. Aku dipecat tiba-tiba saja dan proyek acaraku dibatalkan. Katanya aku sudah berbuat kesalahan fatal, tapi aku tidak tahu itu apa. Hiksss! Karirku sudah tamat, Ma!” jelasnya masih tersedu. Rio dan Sinta pun saling pandang. “Memangnya atasanmu tidak mencari tahu dulu soal ini? Apa dia salah orang?” Rio jadi penasaran. Mia menggelengkan kepalanya pelan. “Bos bilang ini permintaan dari orang penting di kota ini, Kak.” Rio jadi semakin bingung. Lalu, detik berikutnya mata Mia membola. “Apa jangan-jangan … ini ulah mantan istrimu itu? Saat bertemu dengannya kemarin dia sempat mengancamku!” ungkapnya bersemangat. Sinta mencebikkan bibirnya. “Halah, jangan dengarkan wanita kampungan itu. Lagi pula mana mungkin dia bisa melakukan hal itu!” “Tapi, Ma. Bisa sa-” “Jangan ngawur, Mia. Tidak mungkin dia berani. Pasti ada alasan lain!” Rio masih tidak percaya begitu saja. Sinta pun berpikir sebentar. Dia juga merasa Kayla jadi aneh dan berubah setelah pergi dari rumah ini. “Rio, adikmu ada benarnya juga. Bisa saja kan dia merayu bos Mia. Lihat, dia sudah menggoda walikota saat di festival tadi!” Pria itu sedikit tersentak. Bisa saja Kayla melakukan hal yang tidak mereka sangka. “Ti-tidak mungkin, Ma. Aku ragu ini ulahnya, memangnya dia tahu siapa bosnya Mia?” tegasnya lagi. Namun sebenarnya situasi ini semakin membuatnya tidak tenang. Apalagi di festival tadi mantan istrinya itu mendapat pembelaan dari walikota dan Nora. Orang penting di kota ini. “Tapi perusahaan papa Sonia kehilangan tempat di area VIP. Ini pasti karena dia merengek dengan pak walikota. Dasar gatal!” Sinta kembali memanasi anaknya. Mia sampai melongo mendengar itu. Kedua tangan Rio terkepal erat. Tadi dia dan Sonia harus menahan malu karena diusir oleh petugas saat hendak masuk. Rio menggelengkan kepalanya. Rasanya tidak sanggup untuk membayangkan kalau nanti Kayla lebih segalanya dari mereka. ‘Aku harus jadi presdir secepatnya!’ *** Seminggu pun berlalu, hari ini adalah penentuan untuk mencari siapa yang akan jadi pemenang tender proyek baru di area timur. Rapat ini diadakan khusus di ruangan meeting salah satu hotel mewah bintang lima yang ada di kota Green Leaf yaitu The Royal Hills. Para utusan dari perusahaan ternama sudah mulai berkumpul di luar ruangan meeting. Tentu saja perusahaan papa Sonia sangat menantikan hal ini. Donny pun mengajak Rio untuk ikut dengannya kali ini. “Kenalkan, ini adalah calon menantuku!” ucap Donny bangga. Rekan bisnisnya itu menyambut uluran tangan Rio. “Saya cuma ingin perusahaan maju pesat, Pak. Dengan pengalaman yang saya miliki, kita pasti bisa memenangkan proyek ini!” ujarnya sedikit sombong. Rio pun tidak malu-malu lagi sekarang meskipun dengan statusnya sebagai duda. Kepercayaan dirinya meningkat karena dukungan dari papa Sonia. Saat mereka tengah asyik mengobrol, kedua mata Rio terbelalak saat melihat siapa yang berjalan mendekat. “Ke-kenapa dia bisa ada di sini?!”Mendengar itu kedua mata Gio melotot sempurna. “A-apa anak buah kalian mengikuti kita sampai ke hotel ini?”“Tentu saja! Ayah selalu mengawasiku. Mereka pasti melihat kita saat masuk kemari. Arggh, sial!”Gio pun memeluknya erat untuk memenangkan wanita itu.“Sudahlah, tidak apa-apa. Kita harus patuh pada ayahmu!”Dia juga takut pada Damar kalau sampai mengamuk, apalagi status mereka memang belum resmi. Ancaman pria itu tidak mungkin main-main karena Nora adalah putri satu-satunya.Mereka pun akhirnya hanya ngobrol santai dan tidur bersama tanpa melakukan apapun lagi.Flashback end,Kembali keadaan sekarang. Gio membelai rambut Nora dengan sayang. Nora mencebikkan bibirnya. “Dasar orang tua kolot! Memangnya dia tahu dari mana nanti aku sudah tidur denganmu atau belum? Ayah tidak mungkin memeriksa tubuhku ‘kan?”Gio pun tertawa geli. “Dia bisa tahu hal itu saat kamu pulang dan melihat caramu berjalan nanti,” jelasnya singkat dengan sabar.Nora berbalik menatap dengan wajah yang penasa
Gio membawa Nora ke hotel tempatnya menginap sementara. Saat di dalam kamar, keduanya saling menyatukan bibir dengan cepat. Kembali menuntaskan hasrat yang tidak terbendung lagi.Sambil memeluk tubuh Nora dengan erat, pria itu membawanya ke dalam kamar utama, mendorong wanita itu ke arah ranjang. Jasnya sudah tergeletak di lantai bahkan Nora entah sejak kapan sepatunya terlepas.Gio melepaskan pelukannya dan memperbaiki rambut Nora yang sedikit berantakan dan meletakkan di belakang telinganya.“Apa kamu yakin?” tanya pria itu dengan wajah bersalah.Nora mengangguk pelan. “Iya dong! Kamu tidak akan kabur dan membohongiku ‘kan?” Gio terkekeh geli.“Tentu saja tidak. Aku tidak akan berani, takutnya malah dibunuh oleh Tuan Damar,” ucapnya dengan suara berat yang tertahan.Nora juga ikut tertawa mendengar pria itu menyebut nama ayahnya.“Ya sudah, anggap saja ini malam pertama kita. Mau menunggu sampai menikah, itu lama sekal
Gio merasa sangat senang meskipun masih tidak percaya wanita galak sepertinya mau melakukan hal itu. Tanpa ragu lagi tangannya merangkul pinggang Nora dan tidak ada penolakan kali ini. Kalau orang lain melihat mereka sekilas pasti tidak akan menyangka kalau ternyata belum pasangan resmi. Keduanya sangat serasi!Saat karyawan yang membawa mereka tiba di ruangan VIP, hanya ada satu meja dan itu khusus untuk pasangan itu.“Mereka menyiapkan semua untukku. Jangan terlalu percaya diri, kamu kan tahu aku ini siapa!” ucapnya tiba-tiba sengaja menjelaskan supaya pria itu tidak besar kepala.Gio tidak banyak bicara lalu menarik kursi dan mempersilahkan Nora duduk lebih dulu.Nora langsung menatapnya lekat, tidak sabar untuk membuka obrolan di antara mereka.“Kenapa kamu tidak mengajakku bicara duluan saat berada di sini kemarin? Harus banget kamu menelponku dari sana!” ujarnya sedikit ketus.Gio kaget tidak menyangka Nora akan mengatakan ini di pertemuan mereka setelah semua yang terjadi. Dia
Nora pun kaget sampai menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Dia pun berdehem sebentar lalu kembali bersikap biasa saja.[“Ada apa? Apa Nona Kayla baik-baik saja?” tanya wanita itu basa-basi.]Gio jadi bingung sendiri dibuatnya karena dia menghubunginya dengan alasan perasaan pribadinya, tapi sepertinya Nora masih menjaga jarak dengannya.Pria itu menjawab, “Nona Kayla baik-baik saja. Aku … ada hal yang ingin aku bicarakan padamu,” ungkapnya jujur.[“Soal apa?” ucap Nora cepat.]Gio tersenyum tipis mendengar responnya itu.Aku ingin mengajakmu untuk dinner besok. Kalau boleh?” pintanya penuh harap.Lagi-lagi Nora pun tidak menyangka dengan ucapan pria itu. ‘Dia serius ‘kan?’ Karena yakin pria itu tidak mungkin berani main-main dengannya. [“Bukankah ini sudah malam? Lagipula kamu itu jauh dari sini,” sanggahnya langsung.]Gio tahu kalau Nora pasti akan mengatakan hal itu.“Aku tahu, Nona. Besok pagi aku pergi ke sana. Kamu mau ‘kan menemuiku?” pintanya sekali lagi.Mendengar penje
Gio bahkan tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Kayla barusan. Melihat pria itu sedang bengong, Kayla pun melempar pulpen dan tepat mengenai dada asisten suaminya itu. “Eh! Iya, Tuan. Ada apa?” ucapnya cepat. Kayla pun tertawa kencang karena melihat Gio yang gelagapan seperti itu.“Hei! Suamiku membayarmu untuk bekerja, bukannya melamun ya!” ketus wanita itu langsung. Gio pun melihat ke sekeliling ruangan lalu tersadar kalau saat ini hanya ada Kayla di sana.“Ma-maaf, Nyonya!” ujarnya dengan tersenyum kikuk.“Sepertinya dia memang merindukan kakakku,” ucap Kayla kembali tertawa lagi dengan sangat puas. Gio pun menggaruk tengkuknya tidak gatal. “Maaf, Nyonya. Aku tidak seperti itu,” jawabnya tidak mau mengaku, tapi wajahnya justru sebaliknya karena sudah memerah sekarang. Kayla pun tertawa lagi dan memberikan senyuman mengejek pada pria itu. “Kak Gio pergi saja ke sana sebentar la
Gio pun mendadak merasa gugup lalu menelan ludahnya kasar dengan wajah bersalah. “Ti-tidak sampai seperti itu, Nyonya. Aku hanya menciumnya saja, tidak lebih!” jelasnya dengan buru-buru. “Itu juga karena pengaruh minuman itu,” sambungnya lagi. Kayla sudah menatapnya dengan wajah masam dan juga sudut bibir atasnya naik dua senti mendengar penjelasan pria itu. “Tetap saja kamu menikmatinya ‘kan? Dasar pria kesepian!” ledeknya dengan sadar. Leon sampai melongo karena tidak percaya Kayla begitu saja mengeluarkan kata-kata tidak berperasaan. Meskipun tahu kalau sebenarnya tidak bermaksud seperti itu. Semua karena Kayla kesal Gio meladeni rencana gila gadis itu. “Honey!” tegur suaminya langsung.“Kenapa? Itu semua benar ‘kan? Semua pria itu semua sama, disentuh wanita sedikit saja kalian langsung hilang kendali!” ucapnya dengan ketus, kali ini bahkan melipat kedua tangan di depan dada dan sedikit memiringkan tubuhnya karena tidak mau mendengarkan ucapan pembelaan Leon nanti.Melihat ti