Rio dan Sonia kompak menjawab saat mendengar ucapan Kayla barusan.
“Hahaha!” Mereka berdua tertawa kencang membuat Kayla semakin kesal melihatnya. “Apa kamu bilang? Jangan mimpi, Kayla!” Sonia mengibaskan tangannya di depan wajah. Rio pun kembali bersikap sok dan percaya diri. “Mana mungkin orang sepertimu bisa berurusan dengan para pebisnis. Kamu itu cuma wanita miskin penjual sayur! Baru dekat dengan Pak Walikota saja kamu sudah belagu!” ungkapnya tetap tak takut. Kedua tangan Kayla mengepal dengan erat. ‘Aku harus bagaimana supaya mereka percaya? Sial!’ Laren yang tadi masih mengamati situasi, tidak tahan lagi melihat mereka semua yang berdebat di depannya. Bisa hilang wibawa dan kekuasaannya di sini. “Cukup! Kalian berdua seharusnya menaruh hormat pada kepona… eh, maksudku pada Kayla. Dia sudah banyak membantu orang!” ucapnya hampir keceplosan. “Tidak mau, Pak!” jawab dua pasangan selingkuh itu bersamaan. “Untuk apa? Apa karena dia memanggil Anda dengan sebutan paman, begitu? Dia saja lebih pantas jadi pembantu di rumahku!” cibir Sonia dengan gaya angkuhnya. “Kalian saja berselingkuh tapi tidak tahu diri!” Kayla pun melirik ke arah Nora sekilas dan tersenyum manis pada Laren yang hanya bisa menarik napas panjang. Dia tahu keponakannya itu memang menyembunyikan identitas aslinya dari semua orang. Ya, dia sebenarnya memang benar paman Kayla. Kakak laki-laki dari mamanya, Laura Yuditama. Hanya orang tertentu saja yang tahu hal ini, karena keluarga mereka sangat tertutup dan banyak rahasia. Laren sebenarnya bertugas sebagai tameng luar yang memuluskan bisnis papa Kayla. Dia adalah orang yang baik tapi ada maunya dan harus ada timbal balik dulu saat dibutuhkan. Tentu dia takut pada iparnya. Itulah kenapa Laren tidak bisa menolak saat Kayla mendekatinya tadi. Kepala Kayla pun berpikir cepat untuk mengatasi hal ini. Dia yakin mereka pasti meremehkannya karena tidak ada bukti yang kuat, apalagi dengan statusnya sebagai wanita biasa yang masih diyakini Rio. “Paman, cabut saja perusahaan mereka dari sponsor. Bisa ‘kan?” ucapnya cepat. “A-apa?!” Semua kompak menjawab kecuali Nora yang malah senyum-senyum sendiri. “Ke-kenapa begitu, Kayla?” tanya Laren tidak mengerti. “Heh, Kayla! Jangan mentang-mentang dekat dengan Pak Walikota kamu bisa seenaknya!” teriak Sonia tidak terima. Rio pun mengangguk setuju. “Jangan sok berkuasa di sini, Kayla. Kamu itu bukan siapa-siapa!” Laren melirik Nora sekilas lalu berucap pelan pada keponakannya. “Aku tidak bisa melakukan hal itu tiba-tiba, Kayla. Kamu kan tahu kalau se-” “Sonia? Apa yang kalian berdua lakukan di sini?” suara pria paruh baya datang dari belakang. Wajah gadis itu berbinar. “Papa! Akhirnya Papa datang juga!” Pria itu menatap sekeliling dengan bingung dan cukup terkejut saat melihat Nora juga ada di sana. “A-apa yang terjadi, Sonia? Kenapa Nona Nora juga ada di sini?” ucapnya gugup. Donny Baskara, pria penjilat itu langsung merapikan jasnya dan menyalami Laren. “Ah, Pak Walikota. Maaf, saya tadi melihat semua berkumpul. Ini Sonia, putri saya!” ucapnya percaya diri. Sebagai petinggi tentu dia kenal dengan pria pengusaha kontraktor pembangunan ini. Laren pun menjawab dengan ketus, “Urus putrimu, Donny. Ajari dia sopan santun!” Papa Sonia hanya bisa mengangguk pasrah mendengar itu. Laren pun memutuskan untuk pergi dari sana dan menyerahkan hal ini pada Nora. Tidak bagus untuknya berlama-lama di sana, orang yang melihat bisa salah paham dan nama baiknya harus dijaga. “Papa, usir wanita miskin ini dari sini! Dia sudah membuatku malu di depan Pak Walikota!” adu gadis itu dengan merengek manja sambil menunjuk Kayla. “Kalian tidak berhak mengusirku! Pikirkan saja nasib kalian sendiri!” Kayla sampai sedikit berteriak karena tidak terima lagi-lagi dihina. Donny geram mendengar itu. “Siapa kamu? Beraninya membentak putriku. Mau cari mati, hah?!” suaranya balas meninggi. “Hah, mati? Bukannya pria tua bangka sepertimu ini memang lebih pantas mati lebih dulu!” jawab Kayla enteng. “Benar ‘kan, Nora?” Nora hanya tertawa mendengar itu. “A-apa? Kurang ajar!” Donny sampai terbata. Rahang pria itu terlihat mengeras. Mereka semua semakin kesal dengan tingkah Kayla yang tidak takut sedikitpun. Rio bahkan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, sikap mantan istrinya itu sudah berubah tidak seperti saat di rumahnya yang bicara begitu lembut dan penurut. Jauh berbeda dengan yang sekarang. “Sudahlah, Sonia. Keluarga terhormat seperti kita tidak pantas bicara dengannya. Dia cuma wanita rendah yang meminta perlindungan saja dengan Nona Nora supaya aman!” Donny memberi Kayla tatapan meremehkan. Melihat itu Nora tidak akan tinggal diam. “Tutup mulutmu, Pak Donny. Ingat, kau sedang berurusan dengan siapa! Aku bisa adukan hal ini pada pimpinan!” tegasnya langsung. Kayla dengan cepat menyenggol lengannya dan menggelengkan kepala supaya Nora jangan sampai keceplosan. Mendengar itu wajah Donny langsung pucat pasi. Tentu dia tahu siapa Nora, meskipun tidak kenal dengan pimpinannya, tapi tahu soal kelompok penguasa kota ini. “Maaf, Nona Nora. Saya tidak bermaksud un-” “Cukup! Ini peringatan dariku. Kali ini aku biarkan kalian. Ayo, Nona!” potong Nora cepat dan mengajak Kayla untuk segera pergi dari sana. “Kalian akan menyesal atas semua yang terjadi. Camkan itu!” ucap Kayla mengingatkan lagi setelahnya bergegas menyusul Nora. Sonia mencebikkan bibirnya. “Dengar, Kayla. Karena ada Nona Nora saja kamu belagu! Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Ingat itu!” teriaknya geram. Gadis itu beralih menatap papanya. “Papa! Kenapa diam saja? Beri wanita itu pelajaran!” Sonia masih tidak terima. Donny menggeleng cepat. “Biarkan saja, Nak!” Pria itu memegang kedua pundak putrinya dengan erat. “Sonia, dengarkan papa. Nona Nora adalah orang penting untuk proyek baru perusahaan. Dia yang mengurus semua pembangunan, jadi kita jangan sampai ada masalah dengannya! Kamu paham ‘kan?” Sonia mengangguk lesu. Dia sudah tahu hal itu tapi tetap saja kesal. Rio dari tadi hanya bisa bungkam, karena tahu ini terjadi sebab Kayla adalah mantan istrinya dan membuat semua tambah kacau. Dia jadi malu pada calon mertuanya itu yang sedang menatapnya sinis. Mereka mendapatkan ultimatum seperti itu akibat ulahnya juga. Setelah kejadian tadi, Kayla memutuskan untuk pulang ke apartemen. Acara festival masih berlangsung, tapi karena rencananya tadi berantakan, dia sudah tidak mood berlama-lama di sana. Kedatangan papa Sonia tidak disangka olehnya. “Apa Nona yakin? Kita bahkan belum melakukan apapun pada mereka,” ujar Nora tampak kecewa. Padahal dia sudah bersemangat untuk melihat huru hara. Kayla mendesah pelan. “Aku capek, Nora. Mereka semua benar-benar menguras emosiku. Nanti saja saat rapat, acara festival itu tidak akan berarti apa-apa untuk mereka. Karena cuma sponsor kamu saja yang habisi mereka!” suaranya terdengar lesu. Kayla terlambat untuk meminta pamannya menolak perusahaan papa Sonia. Dia sudah salah perhitungan. Nora mengangkat kedua pundaknya dengan santai. “Baiklah, bagaimana kalau aku cabut hak istimewa perusahaan Donny di area VIP?” “Terserahmu sajalah!” Kayla mengibaskan tangannya pasrah. “Oke, Nona. Aku pergi dulu!” Kayla mengangguk sebagai jawaban dan Nora pun bergegas ke luar dari apartemen untuk kembali ke festival. Sambil menunggu pintu lift terbuka, Kayla memainkan ponsel dengan kepala tertunduk. Beberapa menit kemudian, tiba-tiba suara yang tak asing mengusiknya. “Oh, jadi kamu tinggal di sini?” Seketika itu juga Kayla langsung berbalik dengan kedua mata yang membola. “Halo, Cantik. Aku sudah tahu rahasiamu!”Gio merasa sangat senang meskipun masih tidak percaya wanita galak sepertinya mau melakukan hal itu. Tanpa ragu lagi tangannya merangkul pinggang Nora dan tidak ada penolakan kali ini. Kalau orang lain melihat mereka sekilas pasti tidak akan menyangka kalau ternyata belum pasangan resmi. Keduanya sangat serasi!Saat karyawan yang membawa mereka tiba di ruangan VIP, hanya ada satu meja dan itu khusus untuk pasangan itu.“Mereka menyiapkan semua untukku. Jangan terlalu percaya diri, kamu kan tahu aku ini siapa!” ucapnya tiba-tiba sengaja menjelaskan supaya pria itu tidak besar kepala.Gio tidak banyak bicara lalu menarik kursi dan mempersilahkan Nora duduk lebih dulu.Nora langsung menatapnya lekat, tidak sabar untuk membuka obrolan di antara mereka.“Kenapa kamu tidak mengajakku bicara duluan saat berada di sini kemarin? Harus banget kamu menelponku dari sana!” ujarnya sedikit ketus.Gio kaget tidak menyangka Nora akan mengatakan ini di pertemuan mereka setelah semua yang terjadi. Dia
Nora pun kaget sampai menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Dia pun berdehem sebentar lalu kembali bersikap biasa saja.[“Ada apa? Apa Nona Kayla baik-baik saja?” tanya wanita itu basa-basi.]Gio jadi bingung sendiri dibuatnya karena dia menghubunginya dengan alasan perasaan pribadinya, tapi sepertinya Nora masih menjaga jarak dengannya.Pria itu menjawab, “Nona Kayla baik-baik saja. Aku … ada hal yang ingin aku bicarakan padamu,” ungkapnya jujur.[“Soal apa?” ucap Nora cepat.]Gio tersenyum tipis mendengar responnya itu.Aku ingin mengajakmu untuk dinner besok. Kalau boleh?” pintanya penuh harap.Lagi-lagi Nora pun tidak menyangka dengan ucapan pria itu. ‘Dia serius ‘kan?’ Karena yakin pria itu tidak mungkin berani main-main dengannya. [“Bukankah ini sudah malam? Lagipula kamu itu jauh dari sini,” sanggahnya langsung.]Gio tahu kalau Nora pasti akan mengatakan hal itu.“Aku tahu, Nona. Besok pagi aku pergi ke sana. Kamu mau ‘kan menemuiku?” pintanya sekali lagi.Mendengar penje
Gio bahkan tidak mendengar apa yang diucapkan oleh Kayla barusan. Melihat pria itu sedang bengong, Kayla pun melempar pulpen dan tepat mengenai dada asisten suaminya itu. “Eh! Iya, Tuan. Ada apa?” ucapnya cepat. Kayla pun tertawa kencang karena melihat Gio yang gelagapan seperti itu.“Hei! Suamiku membayarmu untuk bekerja, bukannya melamun ya!” ketus wanita itu langsung. Gio pun melihat ke sekeliling ruangan lalu tersadar kalau saat ini hanya ada Kayla di sana.“Ma-maaf, Nyonya!” ujarnya dengan tersenyum kikuk.“Sepertinya dia memang merindukan kakakku,” ucap Kayla kembali tertawa lagi dengan sangat puas. Gio pun menggaruk tengkuknya tidak gatal. “Maaf, Nyonya. Aku tidak seperti itu,” jawabnya tidak mau mengaku, tapi wajahnya justru sebaliknya karena sudah memerah sekarang. Kayla pun tertawa lagi dan memberikan senyuman mengejek pada pria itu. “Kak Gio pergi saja ke sana sebentar la
Gio pun mendadak merasa gugup lalu menelan ludahnya kasar dengan wajah bersalah. “Ti-tidak sampai seperti itu, Nyonya. Aku hanya menciumnya saja, tidak lebih!” jelasnya dengan buru-buru. “Itu juga karena pengaruh minuman itu,” sambungnya lagi. Kayla sudah menatapnya dengan wajah masam dan juga sudut bibir atasnya naik dua senti mendengar penjelasan pria itu. “Tetap saja kamu menikmatinya ‘kan? Dasar pria kesepian!” ledeknya dengan sadar. Leon sampai melongo karena tidak percaya Kayla begitu saja mengeluarkan kata-kata tidak berperasaan. Meskipun tahu kalau sebenarnya tidak bermaksud seperti itu. Semua karena Kayla kesal Gio meladeni rencana gila gadis itu. “Honey!” tegur suaminya langsung.“Kenapa? Itu semua benar ‘kan? Semua pria itu semua sama, disentuh wanita sedikit saja kalian langsung hilang kendali!” ucapnya dengan ketus, kali ini bahkan melipat kedua tangan di depan dada dan sedikit memiringkan tubuhnya karena tidak mau mendengarkan ucapan pembelaan Leon nanti.Melihat ti
“Aargghhh!” Indah pun berteriak kesakitan sambil memegangi paha kirinya yang mulai mengeluarkan banyak darah.Bahkan pria yang di sampingnya dan sopir di depan terkejut melihat apa yang baru saja dilakukan oleh Gio.Gio menatapnya tajam. “Aku hanya main-main saja denganmu. Jangan terlalu percaya diri! Dasar wanita murahan!” teriaknya kencang.Indah pun mengerang keras karena tidak kuat menahan rasa sakitnya dan menatap Gio dengan penuh kebencian. Dia sudah salah menilai pria itu. Napasnya tersengal-sengal karena tidak bisa berbuat apa-apa.“Jangan harap aku akan melepaskanmu dengan mudah! Kau harus membusuk di penjara!” ucapnya ketus sambil menunjuk ke wajah gadis itu.Indah hanya bisa bungkam dan tidak ada orang yang berniat membantunya karena semua patuh pada ucapan Gio.Di villa ….Kayla menunggu Gio dengan perasaan was-was. Dia bahkan berjalan mondar-mandir karena tidak tenang sehingga membuat Leon yang sedang sibuk menatap layar laptopnya, merasa risih dengan sikapnya itu. “Dudu
“A-apa?!”Leon sampai mundur selangkah ke belakang karena tak percaya dengan apa yang gadis itu ucapkan barusan.Gio pun mengerti situasinya sekarang. Gadis ini ingin balas dendam!Leon menggelengkan kepalanya cepat. “Itu semua bukan salahku! Kenapa kau malah menyalahkanku, hah?!” ucapnya sangat kesal.Indah mendengus. “Ya! Kalian memang tidak pernah sekalipun memikirkan apa akibat dari perbuatan keji kalian!”Gio pun tidak tahan untuk buka suara. “Siapa orang tuamu? Kami punya banyak rekan bisnis, mana kutahu orang tuamu yang mana? Jadi tidak bisa menebak-nebak!” “Aku memang tidak tahu apapun. Tapi yang pasti kami adalah saingan bisnis keluargamu lima tahun lalu!”jelasnya singkat.Namun jawaban darinya tidak bisa memuaskan dua lelaki itu.“Aku datang karena ingin membuatmu hancur! Kau juga harus merasakan apa yang aku rasakan brengsek!” sambungnya lagi.Indah adalah putra dari orang yang berbisnis ber